David dan Randy menemui dokter Tini yang sekarang tampak memakai memakai baju operasi, dan kacamata khusus sudah selesai menjahit tubuh korban yang dibuat sayatan berbentuk Y untuk membuka isi organ dalam.
"Good timing boys" ucap dokter manis itu.
"Bagaimana dok?" tanya David tanpa basa basi.
Dokter Tini Srikandi
"Ini silikonnya, ini jaringan jantung, hati, paru-paru, isi perut, hasil swab kuku dan mulut" ucap Dokter Tini memperlihatkan dua buah jelly silikon di atas meja, beberapa botol berisikan jaringan serta beberapa plastik barang bukti dengan tulisan disana. "Tanpa harus ditusuk dengan alat pemecah es, korban pun hidupnya tidak lama."
"Dia sakit apa Dok?" tanya David.
"Limfoma. Stadium tiga dan aku sudah memberitahukan labfor agar berhati-hati."
"Bagaimana dok Tini tahu?" tanya Randy.
"Aku periksa semuanya dong Randy sayang" senyum dokter Tini. "Test darah adalah sesuatu yang aku lakukan terlebih dahulu setelah menswab kuku dan mulut."
David memperhatikan wajah polos Calista aka Cecep yang sudah polos dari makeup setelah dibersihkan oleh dokter Tini. Wajahnya kok familiar ya. Aku pernah lihat dimana.
"Kamu kenapa Let?" tanya Randy.
"Coba kamu lihat wajahnya deh. Kok aku familiar tapi nggak ingat lihat dimana" jawab David.
Randy pun mendekati wajah Cecep dan terkejut.
"Astaghfirullah! Let, ini kan Cecep Sutisna!" seru Randy.
"Saha eta ( siapa itu ) Ran?" tanya David bingung.
"Teman seangkatan kita! Ingat nggak Dave, pas kita awal masuk Akpol, ada cowok nangis lebay tidak mau menjadi polisi?"
David mengingat kejadian sepuluh tahun lebih itu dan teringat wajah cowok yang manis, menangis penuh drama membuat para instruktur marah.
"Yang waktu kita berbaris itu?" tanya David.
"Iya Dave! Yang aku sama kamu awal kenalan itu dan kita berdua ghibah dia!"
Dokter Tini menatap kedua anggota kepolisian itu dengan wajah bingung. "Ada apa ini?"
"Dia dulu pernah mendaftar masuk Akpol dan aku tidak tahu bagaimana dia bisa lolos dan saat kami berkumpul awal di lapangan, dia menangis karena tidak mau menjadi polisi." Randy menatap Dokter Tini.
"Lalu bagaimana?"
"Hari itu juga dia pergi dan kami tidak tahu kabarnya lagi"
"Sampai sekarang melihat dia menjadi mayat" gumam David.
"Dokter Tini" panggil dokter Farah.
"Ya dok Farah?"
"Ada laporan penemuan mayat lagi tapi kondisi sudah membusuk" ucap dokter Farah sambil melirik jijik ke David.
David sendiri tampak cuek sambil membuka ponselnya yang tidak sengaja terpencet silent dan banyak panggilan disana.
"Randy, kita ke TKP sekarang!" David menatap dokter Tini. "Dok Tini berangkat juga?"
"Of course tapi aku ganti baju bentar, kalian pergilah dulu."
David mengangguk ke dokter Tini dan dokter Farah lalu berjalan keluar. Wajah dokter Farah tampak mengeras.
"Jangan coba-coba membuatnya normal, dokter Farah. Letnan memang belok" cengir Randy. "Susah membuatnya lurus."
Dokter Farah hanya menatap tajam ke Randy.
"Dibilang mending sama saya saja, nggak percaya" sambung Randy lagi sambil menyusul David.
Akan aku buat kamu normal lagi, David! Mata coklat dokter Farah menatap tajam punggung lebar itu dengan menyala-nyala.
***
"Kamu bilang apa sama dokter Farah?" tanya David sambil menyetir Honda HRVnya. David lebih suka memakai mobil miliknya sendiri dibandingkan mobil dinas yang sering membuat orang terintimidasi.
"Aku bilang, percuma mengharapkan dirimu, Let" jawab Randy.
"Alasannya?"
"Karena kamu belok, Dave!" gelak Randy tanpa dosa.
"Aku? Belok? Maksudmu?" David melirik tajam ke sahabatnya.
"Iya, aku sengaja bilang begitu agar Dokter Farah tidak mengejar dirimu. Aku bilang kamu sudah punya pacar namanya Didit" cengir Randy.
David melongo. "Astaghfirullah! Randdyyyy!"
"Kan bagus Let, jadi kamu lega!"
David terdiam. Benar juga! Yang tahu hubungan ku dengan Didit kan hanya Randy, setidaknya aku tidak perlu capek-capek menghindari dokter ganjen itu.
"Kamu benar, Randy! Tumben kamu cerdas! Sudah sana, kamu dekati dokter Farah karena aku tahu kamu suka dia kan?" seringai David.
"Nah tuh tahu, Let! Doakan kami ya" Randy meletakkan kepalanya di bahu David seperti seorang kekasih sembari mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Astogeeee! Jijaaaayyy!" bentak David bergidik.
Randy Hutabarat
***
Randy harus menahan rasa mual yang melanda saat bau busuk mayat tercium di hidungnya. Duh Gusti! Jangan sampai nasi uduk aku keluar semua! Eman-eman, belum tercerna dengan baik ini di dalam lambung dan usus. Vitamin dan gizinya belum terserap semua ini!
David menghampiri petugas kepolisian yang sampai disana terlebih dahulu.
"Pak Letnan David" sapa Aiptu Fajar. Wajah pria itu tampak kuyu kurang tidur tapi harus bekerja.
"Jar. Kamu habis ini pulang! Tidur! Saya tidak mau anak buah saya ambruk gara-gara kurang tidur!" perintah David.
"Tapi Let..."
"Pulang Jar. Kasihan ibumu anaknya belum pulang dari semalam."
Fajar tinggal bersama ibunya di sebuah kampung daerah Kebayoran Lama. Ayahnya sudah meninggal sejak dia SD dan selama itu ibunya berjualan lotek, karedok, rujak di depan rumahnya untuk membiayai sekolah Fajar dan adiknya. Fajar dan adiknya sendiri juga terbiasa membantu ibunya berjualan camilan yang diambil dari tetangga lalu dijajakan di sekolah setelah jam pulang.
Fajar yang bercita-cita menjadi seorang polisi akhirnya mendapatkan orangtua angkat yang bersedia membiayai dirinya masuk akademi kepolisian di Bandung yang lebih dekat daripada di Semarang.
Dan kini, dirinya sudah bisa membuat kehidupan ibu dan adiknya lebih baik meskipun ibunya masih berjualan depan rumah dengan alasan biar ada kesibukan. Adik Fajar, Mentari, sekarang sudah bekerja sebagai perawat di rumah sakit Pelni Petamburan.
"Baik Let. Nanti selesai mengurus TKP dan menanyakan para saksi, saya pulang."
"Pulang, besok kamu sudah segar, bisa bekerja lebih baik lagi" ucap David.
Tak lama dokter Tini datang bersamaan dengan Jimmy dan Toro serta beberapa anak buahnya. Mereka segera memeriksa TKP yang sudah diberikan garis polisi bewarna kuning.
David dan Randy pun menanyai petugas orange atau petugas taman kota Jakarta yang menemukan mayat tersebut. Mereka memang setiap hari rutenya bekerja disana setiap pagi.
"Tapi kemarin kami tidak menemukan mayat apapun pak. Entah kalau dia membuangnya malam hari" ucap petugas itu.
"Bapak rutenya memang disini ya?" tanya David sambil mencatat.
"Iya pak polisi, kami datang setiap jam empat subuh dan langsung bekerja. Kemarin pun sama tapi kami tidak menemukan sesuatu yang aneh. Baru tadi siang ini saya mendapatkan laporan dari teman saya pak."
"Letnan David" panggil Dokter Tini.
"Randy, kamu lanjutkan. Aku mau ke dokter Tini."
David pun menghampiri wanita itu. "Gimana Dok?"
"Korban sudah meninggal dua-tiga hari lalu dan terbukti korban sempat disimpan di freezer."
"What? Jadi si pelaku membuang korban dalam kondisi beku?" David melongo mendengar bagaimana psycho nya orang ini.
"Hasil pemeriksaan hati kacau Dave. Jadi aku hanya bisa memeriksa lebam mayat saja. Oh, korban juga seorang trans*gender."
David mengusap wajahnya kasar. Ini korban pertama atau kedua?
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
ya amplop langsung percaya saja si darah sama gosip Randy 😅😅😅
2024-10-23
1
Ga tulus lu Dokter Farah. gw jamin dia mah bukan cinta sama David, cuma kesemsem doank dan juga tantangan karena David nya cuek ga nanggapin.
2022-11-03
2
Niken Dwi Handayani
Kebayoran Lama..daerah tempat tinggal AQ itu Thor....
2022-05-30
1