David dan Fajar masuk ke dalam nightclub itu bersama dengan Vian. Bau alkohol, drugs dan maksiat lainnya tercium di hidung mancung David. Sebelumnya dia meminta anak buah Jimmy untuk ikut memeriksa nightclub itu untuk mencari bukti.
Toro, salah satu asisten Jimmy, hanya bisa menghela nafas panjang melihat bagaimana nightclub itu yang masih ada botol-botol minuman keras berserakan, suntikan, bong bahkan Kon*dom.
"Let David, ini apa yang mau diperiksa? Semua DNA bikin pusing periksanya" bisik Toro sambil bergidik. Kalau boleh memilih, Toro mending memeriksa pembunuhan di ruang tertutup di rumah atau apartemen. Setidaknya TKP nya tidak separah dan menjijikkan seperti ini.
"Percuma kamu periksa satu-satu Toro, pegel lu!" ucap David yang tahu ahli forensik ini bisa nangis kejer kalau periksa semua.
"Nah tuh paham Let" cengir Toro.
"Cecep .. eh Calista semalam duduk dimana?" tanya David.
"Cecep? Siapa Cecep Let?" tanya Toro kepo.
"Korban" jawab Fajar.
"Seriously? Namanya Cecep? Oh Gusti!" kekeh Toro. "Kok jadi Calista? Calistung kali?"
"Toroooo" desis David sebal.
"Sorry Let" cengir Toro.
"Sebelah sini pak" ucap Vian menunjukkan sebuah bilik yang terdapat sofa warna merah.
Toro lagi-lagi menghela nafas panjang. "Yakin Solihin madarun, pasti banyak DNA disana dan letnan pasti nggak mau tahu itu apa saja disana."
"Coba kasih lampu birumu, Toro" pinta David.
"Tolong lampunya dimatikan" pinta Toro sambil mengambil lampu UV dari kopernya.
Setelah lampu dimatikan dan ketiga orang itu memakai kacamata khusus, tampak di sofa itu bercak-bercak yang muncul disana.
"Buset! Kursi ini penuh dengan pe*Ju!" celetuk Toro. "Diupahi aku tidak mau duduk disini!"
"Bakalan sulit cari DNA nya si korban kalau begitu. Lihat saja, overlaping begini bercaknya" gumam David.
"Kan aku dah bilang Let" timpal Toro.
"Tetap bawa ke labfor sekalian kamu periksa di kolong sekalian" perintah David.
"Whaaaatttt? Letnaaaannn" rengek Toro.
"Kamu mau makan gaji buta? Percuma kamu sekolah tinggi-tinggi tapi ilmumu nggak kepake!" sarkasme David.
Fajar cekikikan melihat keributan antara David dan Toro.
"Vian, sofa itu saya sita untuk penyelidikan."
"Tapi pak, saya harus bilang apa sama boss saya?" Vian tampak panik.
"Bilang saja barang bukti kasus pembunuhan!" David menatap tajam ke Vian.
Vian pun tampak lemas.
***
David menghadapi Indra Gunawan, pemilik nightclub itu yang datang setelah mendapatkan laporan dari Vian kalau Sofanya hendak disita.
"Hanya satu sofa saja kan pak David?" tanya Indra.
"Hanya satu sofa" jawab David. "Apakah bapak kenal dengan korban? Calista?"
"Kenal biasa saja karena dia pelanggan club' kami."
"Siapa saja teman atau pacarnya?"
Indra menggaruk kepalanya. Pria yang sedikit gemulai itu menatap David bingung. "Pacarnya saya tidak tahu pak David tapi teman-temannya saya tahu. Ada Viola, Yulia dan Tasya. Mereka kalau tidak salah satu apartemen di daerah Grogol."
"Anda punya alamatnya?" tanya Fajar.
"Maaf pak, saya tidak tahu persis apartemen apa, hanya tahu di daerah Grogol."
David menoleh ke Fajar. "Sebar anak-anak cari tiga orang itu tadi. Viola, Yulia dan Tasya."
"Baik Let."
"Maaf pak Indra, ketiga orang tadi wanita penghibur atau gimana?"
Indra terkekeh kecil. "Pak, mereka semua waria, banci."
David dan Fajar hanya bisa melongo.
Kenapa gue jadi inget lagunya P Project... Jangan ganggu banci ...
***
David masuk ke ruangannya yang termasuk kecil dan minimalis. Hanya ada meja, kursi, dan lemari kabinet yang berisikan berbagai macam kasus yang sudah dipecahkan olehnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan dia baru saja selesai apel pagi. Matanya tampak lelah setelah baru tidur hanya dua jam langsung dipanggil ada kasus.
Harus telpon Didit nih buat mood booster pagi-pagi.
David mengambil ponselnya dan mendial nomor kekasihnya. Setelah empat deringan, terdengar suara merdu yang selalu membuat David ayem.
"Assalamualaikum" sapa Anandhita.
"Wa'alaikum salam Didit. Sudah sampai rumah sakit?"
"Sudah mas. Mas David gimana? Sudah sampai kantor?"
"Dari semalam aku sudah di tkp" ucap David. "Baru tidur dua jam, ditelpon si Randy!"
"Duh kasihan anak Lanang" kekeh Anandhita.
"Didiiitt ! Kamu kesini dong. Anak Lanang ini butuh pukpuk!" rengek David yang memang manja kalau lagi berduaan dengan kekasihnya.
Randy yang main masuk tanpa mengetuk pintu, melongo mendengar rengekan Bossnya.
"Letnan? Kamu belok?" tanya Randy sambil melongo.
"Ketuk pintu dulu, kampret!" bentak David sedangkan Anandhita tertawa terbahak-bahak mendengar kekasihnya dikira belok.
***
"Apa?" tanya David judes.
"Dih si letnan tuh, belum sarapan langsung ngegas!" jawab Randy kalem. Dia sudah biasa menghadapi David yang moodyan kalau berada di ruangannya.
"Hasil pemeriksaan oleh dokter Tini akan keluar jam sepuluh. Letnan mau kesana atau tunggu laporan saja?" lanjut Randy.
"Kesana saja! Ngomong-ngomong belikan aku sarapan dulu, Dy, daripada aku cranky pengen makan orang!"
"Nasi uduk ya Let!"
"Cusss lah!"
***
Setelah sarapan nasi uduk lengkap dengan ayam goreng dan balado telor, David dan Randy berangkat ke rumah sakit Bhayangkara bagian forensik. Beruntung untuk bagian korban pembunuhan mendapatkan ruangan tersendiri dari korban lakalantas jadi Randy tidak parno. Randy lebih memilih melihat korban pembunuhan daripada korban kecelakaan, dan dia sendiri tidak tahu kenapa.
Para petugas di kamar mayat ruang korban pembunuhan sudah hapal dengan Iptu David Satrio dan asistennya Randy Hutabarat. Meskipun Randy Batak, tapi dia lebih mirip orang Jawa karena ibunya adalah orang Jawa asal Jogja, ayahnya sendiri orang Batak yang sudah lama tinggal di Jogja jadi bataknya mulai tercemar kalau versi penilaian David.
"Batak kok bisa kromo Inggil" kekeh David ketika bertemu dengan kedua orangtuanya Randy.
"Kau jangan tanya bahasa Batak pada bapakku, bubar!" balas Randy dengan logat bataknya.
Sebelum orangtuanya David meninggal, mereka memang berteman baik dengan orang tua Randy karena anaknya sama-sama di akademi kepolisian.
"Pagi setengah siang Letnan David" sapa dokter Farah asisten dokter Tini dengan sedikit genit. Semua orang di ruang mayat forensik tahu kalau dokter Farah naksir berat David tapi yang ditaksir cuek bebek.
"Pagi dokter Farah" sapa Randy manis sedangkan David hanya mengangguk. Setelah tadi mendengar David memanggil Didit, Randy baru tahu kalau itu panggilan kekasih David yang bernama Anandhita. Selama ini memang David selalu menutup rapat kehidupan pribadinya.
"Kok Letnan David nggak balas sapaan aku sih?" protes Farah sambil cemberut.
"Jangan sama letnan David, dia belok! Mending sama saya dok! Saya normal kok" kerling Randy.
Dokter Farah hanya mendengus kesal. Masa letnan David belok?
"Nggak percaya? Pacarnya namanya Didit" bisik Randy yang membuat Dokter Farah menganga.
"Randdyyyy!" panggil David.
"Serius dok!" ucap Randy sambil memberikan tanda V dengan dua jarinya dan bergegas menyusul David masuk ke dalam kamar mayat
Dokter Farah masih menatap tidak percaya. Yang benar saja!
***
Yuhuuu Up Siang Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
ya ampun Randy malah bikin gosip, bisa dikeplak davit kamu 😅😅😅
2024-10-23
1
Fani Indriyani
Knp manggilnya ga anin aja,let...jd kan kalo yg ga tau dikira didit tuh cowok wkwkwk
2024-04-25
1
🥰Siti Hindun
🤣🤣🤣
2024-01-10
1