Janji Anarghya

Hari Sabtu ini ketiga waria itu memutuskan untuk tetap di rumah, tidak kemana-mana karena mereka hendak melihat semua rekaman yang diberikan oleh Indra, si pemilik Rainbow Nightclub.

Jimmy dan Toro sengaja memasang flashdisk itu di TV layar lebar di apartemen milik ketiga waria itu dan dimulai dari enam bulan lalu.

"Apa yang ada kalian kenali?" tanya David sambil menatap serius di layar tv. Randy dan Fajar pun memperhatikan semua kegiatan yang berlangsung di sana.

"Saya tidak ikut waktu itu pak pol" jawab Tasya.

"Tasya kena flu berat jadi cuma kami bertiga yang ke Rainbow" sahut Yulia.

Lama mereka melihat hingga Viola berseru melihat Calista dengan seorang pria dan David serta Randy dan Fajar mengaku pria itu benar-benar tampan.

"Siapa pria itu? Apakah Mr Angel?" gumam David sembari memperhatikan pria dengan kulit khas Asia.

"Kami tidak tahu pak pol tapi melihat bagaimana Calista memandang pria itu kok sepertinya iya." Yulia memandang layar tv dengan serius.

"Toro, cek dengan face recognition" pinta David ke Toro.

"Assyiiaappp."

***

Anandhita sedang berjalan di koridor rumah sakit setelah melakukan visite ke beberapa pasiennya yang telah dioperasi.

Bersama dengan suster Mira, Anandhita membaca hasil pasca operasi sambil berjalan. Wajah cantiknya tampak puas dengan hasil semua pasiennya.

"Alhamdulillah ya dok Dhita, semua hasil operasi yang dokter lakukan memuaskan, tidak ada komplikasi atau infeksi" ucap suster Mira.

"Iya Sus, Alhamdulillah. Masih ada visite lagi tidak sus?" tanya Anandhita yang pagi ini hanya mengikat rambutnya santai. Apalagi hari ini hari Sabtu tapi dirinya mendapatkan jadwal jaga.

"Tidak ada dok. Apa dokter mau pulang?" tanya suster Mira.

"Kok pulang? Kan aku kedapatan jaga hari ini" senyum Anandhita.

"Oh iya" tawa Suster Mira. "Seingat saya malah tidak jaga hari ini."

"Aattaaahhh, jaga aku neng" kekeh Anandhita.

"Iyaaa dok" senyum suster Mira.

Kedua gadis itu pun berjalan menuju ruang praktek Anandhita. Kedua gadis itu terkejut ketika melihat seorang wanita cantik berdiri disana.

"Maaf, ada apa ya mbak?" tanya Suster Mira.

"Anandhita!" bentak gadis itu galak.

"Dokter Farah. Ada apa kemari?" tanya Anandhita tenang.

"Gara-gara kamu! GARA-GARA KAMU!" wajah Dokter Farah tampak marah.

"Apa maksudnya? Memang dokter Dhita salah apa?" tanya Suster Mira

"Kamu sudah merebut David ku!"

Suster Mira bingung. Siapa lagi itu David?

"Aku tidak merebut David, Dokter Farah! Kami sudah dari SMA kenalnya" jawab Anandhita. Suster Mira terkejut ketika mendengar kalau gadis cantik di depannya adalah seorang dokter.

"Brengsek kau Anandhita!" Dokter Farah yang hendak menyerang dokter cantik itu namun sebuah tangan mencengkeram tangan dokter Farah yang hendak mencakar Anandhita.

"Sekali lagi kamu nyerang dokter Anandhita, aku laporkan ke IDI dan polisi!" suara dingin terdengar di telinga Anandhita dan suster Mira.

Dokter Farah melotot ketika melihat wajah dingin seorang pria berdarah Asia itu. Wajah yang sangat dingin dan matanya tajam.

"Arga?" panggil Anandhita.

"Apa perlu aku panggil keamanan? Atau aku seret kamu keluar rumah sakit ini? Biar semua orang tahu kalau kamu dokter abal-abal?" Anarghya memberikan kode kepada dua orang sekuriti untuk membawa dokter Farah keluar.

"Mas Arga?"

"Dikawal saja pak."

"Baik mas" jawab dua petugas keamanan itu. "Mari dok."

Dokter Farah yang terkesima melihat Anarghya hanya bisa tertegun dan ikut kedua petugas itu.

"Arga? Ngapain kamu kesini?" tanya Anandhita menghampiri sepupunya.

"Memenuhi janji aku sama bang Dapid. Menjaga kamu." Anarghya tersenyum.

***

"Pria tadi siapa pak?" tanya Dokter Farah.

"Tadi itu mas Arga. Dokter Anarghya Giandra lengkapnya."

Giandra? Giandra Otomotif Co?

"Apa hubungannya dengan dokter Anandhita?" tanya Farah lagi.

"Dokter Anandhita sepupunya Dokter Anarghya" jawab salah satu satpam itu.