David menatap mayat yang masih berpakaian lengkap tapi memiliki luka yang sama, tusukan dengan alat penghancur es di lehernya. Apa ini termasuk pembunuhan berantai? Modusnya sama, korbannya juga sama.
"Tapi yang ini belum sampai melakukan operasi vaginoplasty, punyanya dia masih orisinil" ucap Dokter Tini.
"Dok, apakah mungkin ini pelakunya sama?" tanya David.
"Maksudmu... Kita menghadapi pembunuh berantai?" bisik Dokter Tini dengan wajah serius.
"Bisa jadi, jika melihat stereotip korban dan posisi lokasi dia dibunuh di tubuhnya."
Dokter Tini memandang korban pembunuhan itu. "Apa mungkin karena dia banci?"
"Bisa jadi pelaku benci banci dan membunuhnya satu persatu?" gumam David.
"Tapi kalau korbannya dua orang, apakah sudah bisa dibilang pembunuhan berantai?"
David terdiam. Bisa saja kebetulan tapi tidak ada kebetulan dalam kriminal.
"Jangan ambil kesimpulan dulu, Let. Kalian kan dalam waktu 24 jam baru menemukan dua mayat tapi belum mencari latar belakang kedua korban. Malah yang ini belum aku angkut Let" kekeh Dokter Tini.
"Benar juga Dok. Mungkin efek aku kurang tidur jadi otakku tidak sinkron" senyum David.
"Aku juga butuh istirahat, Let tapi jam kerja aku sampai jam lima" keluh Dokter Tini.
"Sepertinya kita butuh istirahat nanti dok, supaya bisa berpikir jernih besoknya."
"Benar itu let."
***
David menerima laporan anak buahnya yang disebar mencari info apartemen tempat Calista alias Cecep. Akhirnya mereka berhasil mendapatkan apartemen itu dan ketiga teman Calista itu pun bersedia datang ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian.
Viola, Yulia dan Tasya datang ke kantor polisi dengan dandanan normal tidak mencolok seperti biasanya dan meskipun begitu, para petugas disana tidak sedikit menggoda mereka.
David pun keluar dari ruangannya dan melihat ketiga waria itu yang merasa tidak nyaman digoda oleh para anak buah Pria itu.
"Wooiii !" Suara David menggelegar di luar ruangannya membuat para petugas itu terdiam. "Sopan sama saksi!"
"Baik Let" ucap mereka semua dengan segan.
"Nona Viona, Yulia dan Tasya mari ikut saya." David berjalan mendahului ketiga waria menuju ke ruang interogasi. Tampak disana Randy sudah siap untuk mencatat kesaksian ketiga orang teman Calista itu.
***
"Siapa nama nona?"
"Viola."
"Nama asli?"
"Vino Hasto."
"Kalau anda?"
"Yulia."
"Nama asli?" tanya Randy.
"Yulianto."
David dan Randy saling berpandangan. Gak beda jauh sama nama asli.
"Kalau nona Tasya, nama aslinya?"
"Tarmuji." David nyaris terjatuh dari kursinya. What the hell?
"Saya minta KTP asli anda bertiga sebagai bukti identitas." David menengadahkan tangannya meminta KTP ketiga orang itu.
Viola, Yulia dan Tasya pun mengeluarkan semua KTP nya dan Randy memfoto satu persatu serta mencatatnya di lembaran saksi.
"Apakah kalian semua mengenal Calista alisa Cecep Sutisna?" tanya David serius.
"Pak Polisi, kok ganteng banget?" goda Tasya aka Tarmuji.
David melongo dan Randy pun tersenyum geli melihat sahabatnya cengok.
"Ehem. Kamu mau ditahan karena mengganggu proses pemeriksaan saksi?" tanya David dingin dan tatapan tajam.
"Duh, akika kerasa hawa kutub" keluh Tasya.
"Iya say. Eike pun ngerasa ini lekong mukadimanya dingin banget!" timpal Viola.
David semakin jutek. "Gunakan bahasa Indonesia yang benar!"
"Ini akika sudah bener, ganteng" goda Yulia.
"Astogeeee!" David memegang pelipisnya.
"Eh pak polisi tahu astoge juga? Kirain akika saja" kekeh Tasya.
"Kembali ke topik. Dimana kalian kenal Calista? Jawab dengan bahasa Indonesia, jangan bahasa kalian!" David harus menahan emosinya.
"Kami berempat bertemu di sebuah cafe secara tidak sengaja, ganteng. Lalu kami kan butuh tempat yang bagus tapi bisa sharing, akhirnya kita kumpul deh!" ucap Viola.
"Berapa lama kalian kenal Calista?" tanya David.
"Hampir dua tahun terakhir ini" jawab Yulia.
"Apa kalian tahu siapa yang dekat dengan Calista? Pacarnya mungkin? Atau sugar Daddy nya?" David mengingat ketika dokter Tini bilang bahwa oplas yang dilakukan oleh Calista aka Cecep itu membutuhkan biaya banyak.
"Paling tidak butuh biaya 1M minimal ini let. Apalagi silikonnya yang dipakai yang mahal dan operasinya ini tampaknya dibuat di Korea Selatan" ucap Dokter Tini waktu David membaca laporannya.
"Calista memang ada sugar Daddy yang membiayai semuanya. Makanya jadi cantik seperti itu" ucap Tasya dengan dingin.
"Siapa?"
"Eike tak tahu, pak pol ganteng. Calista cuma bilang 'Mr Angel'. Kayaknya takut kita-kita bakal rebut die punya lekong" ucap Viola.
"Padahal gimana mau rebut, ketemu aja kagak pernah cyiiinnn" sambung Yulia.
David dan Randy melirik satu sama lain. Harus cari tahu siapa itu Mr Angel.
"Oke. Saya minta kalian memberikan informasi selain dengan kalian, Calista dekat dengan siapa lagi?" tanya David.
"Calista tuh agak sok ekslusip pak pol ganteng, maunya setiap Selasa dan Kamis di nightclub Rainbow yang masuknya saja mehong bingit!" jawab Tasya.
Davaid mencatatnya. Nightclub Rainbow memang club ekslusif dan tidak sembarang orang bisa masuk serta Cecep ditemukan dibunuh disana pada Rabu subuh.
"Lalu hari-hari lainnya? Dia kemana?"
"Senin dan Rabu, kami biasa nongki di Cafe You" jawab Viola.
"Cafe dekat rumah sakit ibu dan anak Mother and Baby?" tanya Randy.
"Iya pak pol yang gagah" sahut Viola sambil mengedipkan sebelah matanya.
Randy langsung bergidik. Dokter Farah. Dokter Farah. Randy langsung membayangkan dokter centil itu guna menghilangkan rasa jijiknya. Gue normal. Gue normal.
Davide termenung. Bukannya rumah sakit itu tempat Didit juga bekerja jika dibutuhkan pembedahan?
"Kalian biasanya ngapain di cafe You?" tanya David.
"Nongki sajo pak pol, makanannya endang soalnya jadi kita semua cucok meong deh!" senyum Yulia.
"Harga juga kagak morotin kantong dompet eike" lanjut Tasya. "Kan pak pol tahu lah, kita-kita ini bukan orang gedongan aja tajir" ucap Viola.
"Kalian mendapatkan pendapatan dari mana?" tanya Randy tanpa maksud apapun meskipun bisa meraba.
Ketiga waria di hadapan mereka tampak rikuh.
"Saya bukan polisi bagisan asusila dan saya tidak perduli kalian bekerja sebagai PSK tapi disini saya ingin memecahkan pembunuhan terhadap Calista. Apakah ada kaitannya dengan orang yang tersinggung dan sakit hati dengan teman kalian jadi tega melakukan hal seperti itu" ucap David tenang tapi tegas.
Ponsel David berbunyi dan langsung mengangkatnya.
"Ya dokter Tini? ... Apa? ... Sudah ketemu identitas korban? Siapa? ... Oke, baik. Thanks Dok!" David memutuskan telponnya.
Pria tampan itu memandang ketiga orang dihadapannya.
"Apakah kalian mengenal waria bernama Alisia alias Ali Siantar?" tanya David.
Ketiga waria itu terkejut. "Astaghfirullah! Yang bener pak pol?" seru Viola.
"Jadi kalian kenal?" tanya Randy.
"Kenal pak pol! Dia salah satu teman kami. Memang kenapa pak?"
David menatap ketiga orang disana. "Dia ditemukan terbunuh tadi jam sebelas siang."
Viola, Yulia dan Tasya menjerit heboh.
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
aku kok bacanya ngeri ngeri sedep bikin ngakak ya... 🤣🤣🤣🤣
mbak hana emang t o p deh 👍
2024-10-23
1
Asngadah Baruharjo
tarmiji alias Tasya aduuhhh,bikin sakit' perut
2023-11-27
1
yuli
duh Gusti ....walaupun belok masih ingat istighfar
2023-09-09
1