Diberikan tatapan tajam dan menuntut dari seorang letnan polisi atau Iptu David Hakim, membuat Mikail Hermanto pun mengalah meskipun dalam hatinya merutuki si pelaku kejahatan memakai alat yang memang dijual hanya di tokonya.
David sendiri dengan sabar menunggu Mikail, Siswo dan Sarah kepala bagian admin penjualan online dan offline memeriksa pembelian alat penghancur es batu itu. Beruntung karena alat yang dipakai spesifik dan tidak banyak orang memerlukan, data yang diperolehnya pun segera masuk.
David dan Randy membaca satu persatu pembelian alat itu. Untuk pembelian online tidak ada yang mencurigakan karena dalam satu bulan rata-rata hanya terjual sekitar tiga item.
Namun David dan Randy curiga ketika melihat di enam bulan sebelumnya terjadi transaksi penjualan yang jumlahnya cukup mencolok, sekitar lima belas item. Dipakai apa saja itu?
"Pak Mikail, anda mempunya rekaman semua CCTV?" tanya David.
"Ada pak."
"Bisa minta tanggal 27 Juni pada hari Minggu jam 16.30 dibuka CCTV nya?" pinta David.
Mikail pun memainkan jarinya diatas keyboard, meklik beberapa folder hingga akhirnya menemukan gambar saat waktu yang diminata. Padabsaat video rekaman CCTV itu diputar, David serta Randy melihat seorang pria dengan topi dan jaket Hoodie berjalan ke sektor penjualan alat pemecah es batu itu di depan kasir.
Meskipun ada beberapa angle kamera CCTV, baik David maupun Randy tidak bisa melihat jelas wajah pria itu yang tertutup masker dan dia memakai kacamata tebal.
"Siapa kasir disana waktu itu?" tanya David karena melihat kasir itu banyak bertanya.
"Nonik, pak" jawab Siswo.
"Panggil Nonik kesini" perintah David.
Tak lama seorang gadis manis datang ke ruangan Mikail dan wajahnya tampak tegang ketika melihat dua orang polisi disana.
"Nonik, ini pak David dan pak Randy ingin menanyakan sesuatu padamu. Jawab yang sejujurnya" ucap Mikail.
"Bapak ... mau tanya ... apa?" Nonik menatap David dan Randy dengan takut-takut. Rasanya aku tidak berbuat kesalahan, tidak korupsi, tidak nilep, tidak judes sama pelanggan.
"Mbak Nonik, ini Anda kan?" tanya David sambil menunjuk ke layar monitor.
"Iya pak. Kenapa pak?" Nonik balik bertanya ke David. Duh, pak pol kok ganteng sih tapi dingin.
"Apa mbak Nonik ingat saat menjualkan alat pemecah es batu ke orang ini?"
Nonik memandang layar monitor dengan seksama. "Saya ingat pak!" Syukurlah bukan soal pelayanan aku ke pembeli.
"Apa yang kamu ingat?"
"Saya ingat waktu itu mas-mas ini bawa keranjang yang berisikan alat pemecah es batu." Nonik menunjukkan keranjang yang dibawa pria itu. "Saya waktu itu bilang 'Lho mas, kok belinya banyak sekali?' Terus dijawab 'Iya mbak. Soalnya saya punya gerobak es kekinian banyak di semua area jakarta.' Saya bilang lagi. 'Kok masih pakai ini ya? Bukannya es batu sekarang sudah dibentuk bundar gitu?'. Dijawab 'Gerobak-gerobak saya kan pakai es serut jadi es batunya yang besar-besar.' Saya hanya berpikir, kok agak tidak masuk akal ya."
David menatap gadis berkulit hitam manis itu. Wajah Nonik itu biasa, khas wanita Indonesia tapi matanya. Mata gadis itu tampak cerdas.
"Kok bisa mbak Nonik bilang dia mas-mas?" tanya David.
"Meskipun wajahnya dikasih kacamata tebal dan pakai masker dengan alasan sedang kena flu, tapi leher dan tangannya kelihatan kalau dia masih muda, se pak pol gitu" jawab Nonik.
"Apa ada ciri lain yang membuat mbak Nonik teringat kalau ketemu lagi?"
Nonik berpikir keras. "Baunya."
"Baunya kenapa?" tanya Randy penasaran.
"Baunya seperti di rumah sakit. Bau disinfektan."
David dan Randy melongo. Apakah si pelaku itu seorang dokter? Suster? Pegawai rumah sakit lainnya?
"Apa ada lagi yang mbak Nonik ingat?" tanya David.
"Uangnya banyak. Saat membuka dompetnya, saya melihat setumpuk uang warna merah dan biru. Mungkin sekitar 10 jutaan plus beberapa kartu kredit."
"Dia bayarnya pakai?"
"Cash. Total habis belanjaannya sekitar 250ribu."
Kalau bayarnya pakai cash, akan sulit jika hendak dilacak.
"Pak Mikail, saya minta copy rekaman CCTV ini dari satu jam sebelumnya hingga setengah jam sesudah orang ini melakukan transaksi."
Mikail pun menyanggupi permintaan David apalagi toko sudah mau tutup jam tujuh malam dan dirinya ingin pulang bertemu anak dan istrinya jauh lebih menyenangkan daripada dengan polisi berwajah dingin itu.
Jam tujuh malam bertepatan dengan toko mau tutup, semua permintaan David dan Randy sudah dipenuhi oleh Mikail yang bersyukur semuanya dilakukan secara digital hingga mempermudah pekerjaannya.
"Mbak Nonik, jika ada yang teringat dari orang itu, tolong dicatat dan dikumpulkan lalu serahkan ke saya. Jangan lupa diberikan paraf atau tanda-tangan supaya otentik." David mengeluarkan kartu namanya dari dompetnya. "Ini kartu nama saya. Mbak Nonik bisa menghubungi saya jika hendak ke kantor polisi kalau ada yang mbak ingat."
"Baik pak polisi." Nonik membaca nama di kartu nama itu Iptu David Hakim Satrio.
"Pak Mikail, Pak Siswo, Bu Sarah dan mbak Nonik, terima kasih atas kerja samanya. Maaf jika kami merepotkan." David mengangguk sopan dengan memberikan senyum tipis.
"Sama-sama pak David, pak Randy. Saya minta agar pelakunya segera tertangkap karena saya tidak rela produk kami dipakai untuk membunuh" ucap Mikail.
"Apa itu custom pak?" tanya Randy.
"Sebenernya itu buatan adik saya yang kebetulan berkebutuhan khusus tapi dia mampu membuat berbagai alat rumah tangga dan salah satunya itu pak, alat pemecah es batu. Makanya merk-nya cuma satu, Home Steel, yang sudah kami patenkan ke deperindag dan bagian UMKM."
David mengangguk.
Setelah mendapatkan semua rekaman CCTV dan kopi bukti transaksi, David dan Randy pun pulang ke kantor nya. Sesampainya disana, salah seorang anak buahnya mengatakan bahwa ada seorang bernama Yulia mencarinya melalui telepon.
"Ada pesan apa, Dik?" tanya David ke Sidik, bagian piket.
"Katanya bapak diminta ke apartemennya, penting."
David dan Randy saling berpandangan. Ada apa ya?
***
David dan Randy yang sudah mandi dan berganti pakaian di markas, berangkat menuju apartemen milik keempat yang sekarang menjadi tiga waria disana. Di perjalanan David menelpon Anandhita yang ternyata sudah perjalanan pulang diantar oleh Anarghya.
"Mas minta maaf Dit, gara-gara cari petunjuk, tidak bisa antar kamu pulang" ucap David melalui buds di telinganya.
"Nggak papa mas. Tahu kok lagi urus kasus. Aku pulang sama Arga jadi santai saja. Sudah, mas kerja aja. Ini mau kemana?" suara lembut Anandhita membuat David tersenyum. Hati letnan itu merasa ayem.
"Ini sama Randy mau ke tempatnya Yulia, Tasya dan Viola."
"Ngapain?" tanya Anandhita yang sudah tahu siapa mereka bertiga.
"Mencari petunjuk."
"Siapa tiga cewek itu, Bang Dapiidd?" suara Anarghya terdengar di buds David.
"Lho kamu loud speaker?" tanya David.
"Iya" kekeh Anandhita.
"Tiga cewek tadi siapa bang?" tanya Anarghya.
"Mau tahu? Wa-ri-a" goda David.
"Oh Tuhanku! Oom Aryaaaaaa, mantumu belok!" teriak Anarghya.
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
Randy dapat temen gosip satu lagi, mulutnya usil lagi macam emaknya 😅😅😅
2024-10-23
1
Murni Agani
angetny cm ama didit😁
2022-05-26
1
za_syfa
Arga ketularan Hoshi ini rada gesrek soalnya
2022-05-13
1