David dan Randy menuju Rainbow nightclub untuk melihat renovasi apa yang dibuat Indra, si pemilik. Setelah sebelumnya David mengganti wallpaper ponselnya, pria itu pun membuat private semua foto dan kontak Anandhita dan memasukkan nama Anarghya sebagai emergency contact.
"Kamu yakin memasukkan nama Anarghya, Dave?" tanya Randy.
"Kita berdua menyamar, Ran, dan Anarghya adalah orang yang paling pas buat backup kalau kita ada apa-apa. Insyaallah sih nggak tapi dia kan dokter, jadi aman lah!" jawab David yang dalam hatinya berharap tidak terjadi sesuatu.
"Apalagi Anarghya anaknya Bara Giandra ya jadi lebih aman. Kita semua tahu bagaimana keluarga itu. Kamu tuh kok ya bisa sih masuk sana?" omel Randy.
"Sejujurnya aku tidak tahu Didit anaknya siapa. Nama belakang Ramadhan kan pasaran, beda dengan Giandra. Jadi aku baru tahu itu setelah lulus SMA sebelum masuk akpol."
"Bukannya mereka selalu screening sama siapa saja yang dekat dengan keluarga mereka ya?"
David mengangguk. "Aku sih lolos lolos saja tuh. Bahkan kalau ada acara keluarga suka diajak. Kayak tahun kemarin lebaran, aku kan tidak dapat tugas jadi bisa liburan. Ya sudah kumpul di mansion Giandra karena tahun kemarin jatahnya Oom Bara yang open house."
"Keluarga mereka gimana sih?" Randy sangat penasaran ingin tahu bagaimana keluarga Sultan itu berkumpul.
"Rusuh! Aku sampai pusing kalau sepupu-sepupunya Didit kumpul. Yang dibahas itu obrolan receh tapi malah jadi gelut." David meringis mengingat Hoshi dan Bima ribut hal yang tidak penting hingga Abi dan Rama lagi-lagi harus memisahkan mereka. "Terutama yang namanya Hoshi dan Bima. Mereka itu tidak pernah bisa akur."
Randy melongo. "Mereka itu nggak ada bahas bisnis atau pamer beli apa gitu?"
"Blaasss! Yang ada pembahasan tidak jelas, ambigu dan membagongkan" gelak David.
"Kirain pada pamer" gumam Randy.
"Kalau kamu mau tahu, Ran, mereka itu lebih suka pamer pasangan masing-masing, apalagi yang sudah menikah. Bima dan Hoshi tuh paling hobi membanggakan istri dan anak masing-masing padahal nakalnya sama tuh anaknya duo anti akur" kekeh David.
Tak terasa mobil David tiba di nightclub yang semalam mereka datangi. Kedua polisi itu pun berjalan menuju nightclub yang tampak dibongkar perabotannya.
"Pagi pak Indra" sapa David.
"Pagi...pak Polisi yang kemarin itu yaaa" balas Indra ramah.
"Iya pak." David dan Randy memberikan senyum profesionalnya.
"Habis dari mana pak?" tanya Indra basa basi.
"Lewat saja. Kok pada dikeluarkan semua pak sofa dan mejanya?" tanya Randy.
"Iya ini pak. Sudah waktunya ganti pak, sudah enam bulan juga. Saya biasa pak, mengganti perabotannya setiap enam bulan sekali."
"Pak Indra, apakah bapak memasang CCTV? Sebab saya tidak melihat saat saya datang pertama kali" tanya David.
"Ada pak tapi memang saya sengaja pasang tersembunyi karena para pengunjung keberatan."
David dan Randy saling berpandangan.
"Saya bisa melihat rekaman saat korban Calista datang ke club anda waktu dia ditemukan meninggal?" David menatap Indra serius.
"Bisa...pak David ya?" David mengangguk. "Mari pak."
David dan Randy mengikuti Indra menuju ke dalam nightclub yang ketiga kalinya mereka masuk ke dalam dengan situasi berbeda.
Keduanya memindai para pekerja yang sibuk mengeluarkan kursi, sofa, meja dan beberapa perabotan yang sekarang terlihat sangat jelek di bawah cahaya matahari.
"Dave, itu sofa udah parah DNA disana" bisik Randy.
"Bisa bikin si Ateng pengsan" kekeh David.
"Pak David, minta pada saat tanggal itu sama kapan lagi pak?" tanya Indra. Baginya lebih baik bekerja sama daripada nanti ijinnya dicabut dan harus membayar mahal lagi.
David membuka catatannya yang semuanya pada saat korban mulai berjatuhan. Indra pun dengan terbuka memperlihatkan rekaman yang dimilikinya dan mengkopinya ke dalam flashdisk yang selalu disiapkan oleh Randy.
Semua data yang diminta David pun diberikan semua sampai rekaman semalam. Dalam hatinya David merutuki dirinya tampak cantik dengan dandanan seperti itu.
"Dang it! Lu caem chuy" bisik Randy cekikikan.
"Iyee, chuy. Ngeri ya gue?" balas David sambil berbisik disertai nyengir lebar.
"Anjiirrr, gue kelihatan kekar chuy" sungut Randy sambil berbisik.
"Kan bodi lu kayak pegulat."
"Pak David, apa ada lagi yang dibutuhkan dari rekaman kami?" tanya Indra sambil menatap dua polisi yang sedang berbisik-bisik.
"Sementara cukup pak Indra. Terimakasih banyak" jawab David formal.
"Saya hanya ingin membersihkan nama nightclub saya dari kasus pembunuhan itu pak. Kan bisa mengurangi reputasi kami" ucap Indra sambil mengangguk.
***
David dan Randy sampai di sebuah mesjid untuk melaksanakan sholat Jumat. Sengaja David memilih sebuah mesjid yang tidak terlalu jauh dari rumah sakit tempat Anandhita bekerja.
"Elu sengaja ya milih Jumatan disini?" ucap Randy. "Biar bisa lihat Ditha?"
"Seminggu gue kagak lihat dia bro. Telepon aja jarang sejak kita mulai acara penyamaran." David melihat Anarghya berjalan bersama para rekan dokter menuju mesjid. Segera pria itu memanggil adik Arimbi Giandra. "Arga!"
Anarghya yang merasa namanya dipanggil pun melihat pacar sepupunya melambaikan tangannya dan mau tidak mau dia harus memisahkan diri dari para rekan kerjanya
"Ape bang?" tanya Anarghya judes.
"Diiihhh sama calon kakak ipar judes banget" sungut David.
"Ada apa bang Dapid yang ganteng kayak sekoteng?" ucap Anarghya manis.
"Diiihhh sekoteng. Eh Ga, Abang mau bilang serius." Wajah David berubah menjadi tampak sangat serius. "Untuk beberapa saat ke depan, Abang dan bang Randy ada tugas penting. Abang mau kamu menjaga Didit ya."
"Yaelah bang, tanpa diminta, aku pasti jagain Ditha lah" cengir Anarghya.
"Thanks Ga."
"Memang bang Dapid tugas kemana?" tanya Anarghya kepo. Kalau David sudah seperti ini sudah pasti tugas negara yang super duper penting.
"Abang mau keluar kota sementara waktu. Didit sudah tahu sih cuma Abang lebih tenang kalau bilang sendiri sama kamu, Ga."
"Ditha bisa menembak tapi nggak bisa bela diri" gumam Anarghya.
"Justru karena itu, makanya Abang minta tolong sama kamu. Jagain Didit selama Abang nggak bisa antar jemput seperti biasanya."
Randy melongo. "Ditha bisa menembak?"
Anarghya dan David menoleh ke arah Randy yang masih melongo.
"Bisa lah. Keluarga kami minimal bisa menembak meskipun tidak bisa bela diri" jawab Anarghya.
"Mati lah si Ateng" bisik Randy.
"Kenapa?" tanya David.
"Dia ada salah, langsung bolong kepala" ucap Randy sambil bergidik.
"Nggak lah, paling dimutilasi" sahut Anarghya santai.
"Dave, kok bisa sih kamu pacaran sama Ditha yang keluarganya begini?" Randy menatap David miris.
"Justru keluarga seperti mereka lah yang membuat aku ayem." David tersenyum. "Karena mereka saling mendukung satu sama lain."
"Kami keluarga besar yang bahagia" timpal Anarghya.
Bahagia apanya.? Mafia gitu! - sungut Randy.
***
Yuhuu Up Brunch Yaaaa
Maaf telat masih urus pindah semua data ponsel lama
Thank you for reading and support author
Don't forget to like and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Murti Puji Lestari
jangan salah mereka itu keluarga cemara, versi mereka 😅😅😅
2024-10-24
1
Yane Kemal
Mafia bahagia Ran
2022-10-18
1
Murni Agani
julid beut Ran😂
2022-05-28
1