Arabelle keluar dari belakang pintu ketika mendengar suara orang memasukkan password di pintu.
Setelah orang dari luar itu masuk, Arabelle segera menampakkan dirinya. Sengaja dia masuk ke dalam Apartemen Raymond agar dia bisa memberi kejutan pada Raymond.
Dan benar saja, Raymond sangat terkejut dengan adanya Arabelle di dalam rumahnya. Dan sialnya lagi, Arabelle memakai kemeja putih Raymond tanpa memakai bawahan, sehingga membuat orang yang melihatnya akan berpikiran negatif.
Raymond menoleh pada Caramel yang sedang melongo dengan membuka lebar mulutnya. Kini Raymond sangat menyesal mengajak Caramel datang ke apartemennya. Mungkin ini karma baginya karena telah membohongi dan memaksa Caramel untuk datang ke apartemennya.
"Kalian abis ngapain? Kok boneka Anabelle pakai baju itu?" tanya Caramel sambil menunjuk baju yang digunakan Arabelle.
"Eh cewek kampungan, namaku Arabelle ya bukan Anabelle," sahut ketus Arabelle.
Caramel tidak mendengarkan Arabelle, pikirannya malah travelling kemana-mana. Dia berpikiran yang tidak-tidak.
Raymond melihat ekspresi Caramel. Dia jadi merasa jika sekarang hubungan mereka sudah tidak aman lagi, padahal rencananya sebentar lagi Raymond akan mengajak orang tuanya mendatangi rumah Caramel untuk melamarnya.
"Sayang, jangan salah paham. Aku gak ngerti dia ada disini," Raymond memegang pundak Caramel dan menghadapkannya ke arahnya.
"Dia pasti tidur disini semalam, kayak di drama-drama kalian tidur bersama dan.. dan... setelah itu dia pakai baju kamu. Wow...," ucap Caramel dengan nada kaku seperti membaca karena pikirannya masih travelling.
"Enggak sayang... enggak. Dia semalam gak ada disini. Aku semalam sendirian disini," Raymond mencoba menjelaskan pada Caramel.
"A-a-aku mau pulang," Caramel menyingkirkan tangan Ryamond dari pundaknya dan dia berlari dengan cepat.
Entah mengapa hati Caramel sangat sakit ketika melihat Arabelle memakai kemeja milik Raymond.
Raymond mengejar Caramel yang berlari dengan cepat. Untung saja Caramel menjadi linglung dan lupa arah. Dia menangis dan hanya berada di depan apartemen menoleh ke kanan dan ke kiri seperti kehilangan arah.
Raymond segera memeluk tubuh Caramel. Dia memeluknya erat meskipun Caramel tak memberontak. Caramel hanya diam dia tak mengerti apa yang dia rasakan dan apa yang terjadi padanya.
"Sayang, ayo kita masuk, nanti biar kamu tau yang sebenarnya. Aku sendiri tidak tau kenapa dia ada di dalam," Raymond memegang tangan Caramel dan mengajaknya berjalan masuk ke dalam apartemen.
Namun nampaknya Caramel sudah tersadar, dia menghempaskan tangan Raymond dan berkata,
"Terima kasih atas kejutannya. Benar apa katamu Chef, aku benar-benar terkejut."
Setelah itu Caramel berlari meninggalkan tempat itu.
Raymond hanya bisa menatap punggung Caramel dadi jauh. Raymond memang tidak mengejarnya karena Raymond tahu jika Caramel sudah seperti itu, dia tidak akan mendengarkan apapun.
Untuk saat ini dia lebih baik menyelesaikan permasalahan Arabelle, barulah kemudian dia akan menemui Caramel dan berbicara langsung padanya.
Sesampainya Caramel di rumah, dia langsung masuk ke kamarnya tanpa memberi salam pada orang tuanya terlebih dahulu. Dia sudah tidak betah ingin menumpahkan semua kesedihannya.
Semalaman Raymond tidak kembali ke apartemennya, dia menunggu di restauran yang ada di apartemen tersebut. Raymond menghubungi Daddy dan Mommy-nya untuk melaporkan kelakuan Arabelle.
Daddy dan Mommy menemui Raymond di restauran dan menjemput Arabelle di apartemen Raymond. Arabelle enggan pulang bersama Daddy Nathan dan Mommy Grace. Dia ingin menginap di apartemen Raymond.
Keesokan harinya Caramel berangkat kerja seperti biasanya. Hari ini dia masuk siang. Dia merasa enggan bertemu dengan Raymond.
Inilah kenapa aku tidak mau menaruh hatiku padanya, karena aku tahu jika akan sesakit ini rasanya, batin Caramel di setiap langkahnya.
Raymond menunggu kedatangan Caramel di dalam kantor. Dia sangat cemas dari semalam ponsel Caramel tidak aktif. Dia sadar mungkin Caramel menghindarinya jadi dia mematikan ponselnya.
Raymond berkali-kali melihat jam yang melingkar di tangannya. Dia bingung karena Caramel belum juga datang.
Dengan enggan Caramel melangkahkan kakinya menuju kantor. Ketika dia akan membuka pintu, beruntung sekali dia melihat Raymond yang sedang mengutak-atik ponselnya sambil tersenyum.
Segera Caramel bersembunyi dibalik tembok.
Apa ini? Mengapa dia ada di dalam situ? Apa yang dilakukannya disitu? Bagaimana aku bisa masuk untuk absen? batin Caramel bertanya pada dirinya sendiri.
Terdengar langkah kaki menuju pintu kantor. Segera Caramel mengambil langkah seribu untuk meninggalkan tempat itu.
Caramel bersembunyi di balik tembok yang berada di luar kantor. Setelah dia mengetahui Raymond keluar dari pintu kantor dan sudah tidak terlihat lagi, Caramel segera masuk untuk absen kehadiran.
Di saat dia berbalik dan membuka pintu kantor, ternyata sudah ada Raymond yang menunggunya dengan senyum liciknya.
Caramel kaget ketika melihat Raymond di depannya. Raymond maju mendekatinya, reflek Caramel mundur ke belakang, hingga punggungnya menabrak dinding.
Mampus kamu Ca... gimana ini caranya keluar dari sini? Apa tidak ada orang yang masuk kesini? Semuanya tolong aku.... batin Caramel terus mengomel.
Raymond mengunci tubuh Caramel pada dinding dengan tangannya yang menguncinya di sebelah kanan dan kirinya. Raymond menyatukan dahinya dengan dahi Caramel.
Caramel hanya bisa memejamkan matanya. Jujur dia sangat terbuai dengan parfum yang selalu dipakai oleh Raymond, dan juga dia terbuai dengan perlakuan Raymond yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dari siapapun.
Raymond hanya memandang wajah Caramel dari dekat dengan menyatukan dahi mereka ketika Caramel menutup matanya. Dia sangat merindukan gadis didepannya itu semalaman.
Hembusan nafas Raymond mengenai hidung Caramel. Setelah beberapa menit, Caramel membuka matanya karena dia merasa Raymond tidak melakukan apa-apa padanya.
Pada saat dia membuka matanya, yang pertama dilihatnya adalah senyum manis Raymond padanya. Sekejap dia terpesona oleh senyuman manis itu. Namun kemudian dia sadar jika tidak seharusnya dia terbuai dan terpesona pada Raymond.
Caramel mencoba melepaskan dirinya dari Raymond. Namun tetap saja tidak bisa. Dahi Raymond tetap menempel padanya, dan tangan tang berada di samping kanan kiri Caramel semakin menghimpitnya.
Dengan mengumpulkan keberanian Caramel mulai bersuara.
"Minggir, aku mau kerja," ucap ketus Caramel.
Melihat Caramel seperti itu justru membuat Raymond bertambah gemas. Raymond melepaskan dahinya dari dahi Caramel.
Di pandangnya lekat-lekat wajah manis yang menggemaskan itu.
Tuk...
Sentilan kecil didaratkan Raymond pada dahi Caramel.
"Issh... ," Caramel berdesis kesal dengan menatap tajam mata Raymond dan memegang dahinya yang disentil oleh Raymond tadi.
"Kenapa matanya merem gitu?" tanya Raymond berniat bercanda.
"Takut aja dicium sama kamu," jawab Caramel tegas tanpa takut.
"Takut? Bukannya kamu seneng, minta nambah lagi," Raymond kembali bercanda.
"Kamu yang cium paksa, dasar mesum," gerutu Caramel dengan lantang.
Raymond tertawa kecil dan berkata,
"Gak boleh Ca ngomong gitu sama calon suami kamu," ucap Raymond dengan kekehannya
"Calon suami? Siapa?" tanya ketus Caramel.
"Ini si depanmu. Chef tampan idolamu ini calon suamimu," jawab Raymond dengan jumawanya.
Caramel menyeringai merasa lucu dengan kata calon suami.
"Calon suami? masih calon suami kan belum jadi suami. Lagian calon istri mana yang mau memaafkan calon suaminya yang sudah mendapati wanita lain di apartemennya?" jawab Caramel dengan nada bergetar dan matanya berkaca-kaca.
"Maafkan aku sayang, aku tidak tau jika dia berada di sana. Kalau kamu mau kita akan bertanya langsung pada Arabelle, Mommy dan Daddy," ucap Raymond dengan memeluk erat Caramel dan sesekali mencium puncak rambutnya.
"Sudahlah, aku tidak mau jadi orang yang mudah dibodohi lagi," Caramel menghempaskan tangan Raymond dan berjalan keluar kantor.
Raymond kaget mendengar perkataan Caramel yang menyebut dirinya bodoh, sehingga pegangan tangannya bisa dihempaskan oleh Caramel.
Sebelum keluar dari pintu kantor, tangan Caramel dipegang oleh Raymond yang bermaksud menghentikan Caramel untuk keluar dari tempat itu.
"Lepaskan atau aku akan teriak sekarang juga," seru Caramel dengan nada yang sangat tegas.
Raymond sungguh kaget melihat sikap Caramel yang berubah kepadanya. Raymond melepaskan tangan Caramel dan dengan segera Caramel keluar dari dalam kantor itu dengan menutup pintu kantor sekeras mungkin untuk meluapkan kemarahannya.
Caramel berhenti sejenak ketika akan masuk restauran. Caramel mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkan dengan perlahan untuk menetralkan emosinya.
Sungguh Caramel tidak mengira jika dia bisa seberani itu dengan Raymond. Segera dia masuk ke dalam restauran agar Raymond tidak bisa menangkapnya lagi.
Raymond memperhatikan Caramel dari jauh karena Caramel sedang berjaga di kasir permainan. Raymond menyuruh Revan untuk berganti jaga dengan Caramel agar Caramel berjaga di dalam restauran. Revan menjelaskan pada Raymond jika Caramel menolak berjaga di restauran karena sejak tadi Revan sudah menyuruh Caramel untuk istirahat makan ataupun berganti berjaga dengannya di restauran dia tidak mau sama sekali.
Raymond bertambah kesal karena kini Caramel malah sedang asyik ngobrol dan tertawa bersama Zayn.
"Dasar sepupu lucknut!" umpat Raymond ketika melihat Zayn merapikan anak rambut Caramel yang tertiup angin.
Rasa cemburu dan rindu pada gadisnya membuat kemarahannya semakin menjadi-jadi. Raymond mendekati Caramel dan Zayn yang sedang tertawa dengan candaan mereka. Dan sialnya ketiak Raymond berdiri di dekat mereka, Caramel mengacuhkannya, seolah menganggapnya tidak ada disitu.
Belum selesai masalahnya dengan Caramel, datanglah Nindi menghampiri mereka.
"Udahlah Chef cewek kayak gitu gak pantas direbutin. Mending sama cewek yang setia aja gak comot sana-sini," ucap Nindi seolah menyindir Caramel.
"Dih ngomongin diri sendiri," sahut Caramel tanpa melihat wajah Nindi.
Raymond dan Zayn menahan tawa mereka mendengar ucapan dari Caramel yang memang benar adanya.
Nindi kesal, dia hendak melampiaskannya pada Caramel, namun tatapan mata tajam Raymond kepadanya membuatnya mengurungkan niatnya.
Kesialan Raymond tidak berhenti disitu saja, kini sudah datang Arabelle yang tiba-tiba berlari dan memeluk Raymond.
Caramel yang melihat ulah Arabelle sangat kesal. Dia memutuskan pergi dari situ seraya berkata,
"Gatel ih musim ulat dimana-mana," sindir Caramel pada Nindi dan Arabelle.
Raymond tersenyum mendengar sindiran Caramel yang menurut Raymond merupakan ungkapan cinta Caramel padanya. Hatinya bersorak melihat Caramel cemburu pada Nindi dan Arabelle ketika dekat dengannya.
Raymond melepaskan tangan Arabelle dari pinggangnya dan berjalan menyusul Caramel. Sedangkan Zayn menemui Mommy Grace dan Daddy Nathan yang datang bersama Arabelle.
Tatapan mata Aeabelle dan Nindi beradu. Mereka sama-sama tahu jika yang mereka hadapi juga mengincar incarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
3nd
typo LG Thor🤭
2022-06-02
2
Lili
yuk berantem yuk kata arabelle sama nindi😅
2022-05-15
1