Raymond menoleh ke belakang dimana Nindi berada, namun tangannya memegang tangan kanan Caramel.
"Chef lepasin," Caramel mengibas-ngibaskan tangannya yang dicengkeram oleh Raymond. Namun Raymond tak sedikitpun merasa terganggu, tangannya masih saja mencengkeram kuat tangan Caramel.
"Chef tanggung jawab dong, main tinggal aja," Nindi menghampiri mereka.
" Caramel biar saya yang antar pulang," Pak Irfan mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan kiri Caramel namun ditepis oleh tangan Raymond yang satunya.
"Stop. Kalian ini kenapa sih pada gangguin saya sama Caramel?" Raymond membentak mereka berdua.
"Chef yang kenapa. Saya mau antar Caramel pulang kenapa gak dibolehin?" Pak Irfan menatap tegas Raymond. Dia tidak tahu jika yang ada dihadapannya ini adalah pemilik tempat dimana dia bekerja.
"Saya yang akan mengantar Caramel pulang," tegas Raymond.
"Jangan maruk Chef. Itu Nindi sudah nungguin dari tadi minta pertanggung jawaban," Pak Irfan tersenyum sinis pada Raymond.
"Caramel calon istri saya. Dan saya tidak melakukan apapun dengan Nindi," Raymond menjawab dengan tegas dan matanya menunjukkan kemarahannya.
"Halah gak usah ngelak Chef. Caramel aja liat tadi sampai bengong disini," Pak Irfan kembali tersenyum sinis pada Raymond.
Raymond menoleh pada Caramel, namun Caramel menunduk, dia tidak berani menatap Raymond yang dipenuhi dengan emosi.
"Ca, kamu percaya kan sama aku?" tangan Raymond memegang dagu Caramel dan mendongakkannya agar menatapnya.
"A-aku....," Caramel berkata ragu, namun disahut oleh Nindi sebelum perkataannya selesai.
"Chef gimana sih malah mau nganter dia, biar aja dia dianter Pak Irfan atau Pak Sarno, biasanya kan gitu," Nindi menatap sinis Caramel.
"Tutup mulut kamu," Raymond membentak Nindi.
"Ayo kita pulang," tangan Caramel ditarik oleh Raymond.
"Chef jangan mau enaknya aja dong, masa' saya ditinggal?" Nindi menghentikan Raymond yang hendak pergi membawa Caramel.
"Jaga ucapan kamu. Dasar wanita ular. Saya tidak pernah menyentuhmu," Raymond kembali berbalik dan menarik kembali tangan Caramel.
"Chef tega sama aku setelah melakukannya tadi?" Nindi kembali menghentikan Raymond.
"Dasar j***ng, kelakuanmu sama seperti p*****r," Raymond geram dengan Nindi.
Dia membawa Caramel pergi dengan langkah yang lebar agar cepat pergi dari tempat itu. Langkah Kaki Caramel terseok-seok mengikuti langkah kaki Raymond yang lebar. Sampailah dia di dalam mobilnya. Dia memukul setir dengan keras agar tertuntaskan emosinya. Caramel kaget dan tidak berani menatap, dia hanya tertunduk. Caramel tidak pernah melihat Raymond marah seperti itu. Selama ini dia melihat Raymond yang selalu tersenyum dan tertawa dengannya dan jangan lupa kejahilannya. Namun sekarang dia sedang marah, rasanya Caramel enggan membuka mulutnya untuk bersuara.
Tiba-tiba Raymond bersuara dan membuyarkan lamunan Caramel yang tadinya menunduk sekarang dia mendongakkan kepalanya untuk bisa menatap Raymond yang sedang berbicara padanya.
"Tas kamu mana?" Raymond kini beralih ke mode lembutnya jika bersama Caramel.
"Masih di loker Chef, kan tadi belum mau pulang," jawab Caramel jujur seperti biasanya.
"HP kamu?" Raymond kembali bertanya.
"Ini," Caramel mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong celananya.
"Biar aku ambilkan tas mu, kamu tunggu disini dulu aja," Raymond hendak membuka pintu mobilnya.
"Chef, biar Caca aja yang ambil," Caramel menatap Raymond dengan senyum yang menenangkan.
"Jangan, nanti kamu ketemu Pak Irfan lagi. Ck, sebenarnya aku juga malas ke sana, malas ketemu Nindi. Jadi gimana dong, minta tolong Revan aja ya," Raymond menatap Caramel dengan antusias.
"Jangan Chef, gak enak ngerepotin Revan terus. Lagian ini Revan lagi sibuk. Tadi aku cuma closing aja, belum bikin laporan penjualan harian. Aku turun dulu ya Chef mau bantu Revan dulu," Caramel memutarkan badannya namun dicegah oleh Raymond.
"Sudah, kamu disini saja. Minta tas kamu untuk dibawakan kesini sama itu, siapa temen kamu yang ada saat kamu pingsan? Ya itu minta tolong sama dia. Urusan Revan gampang nanti aku yang ngatur," bujuk Raymond.
"Chef, gak enak, ini nanti kalau aku dipecat gimana?" Caramel mulai resah.
"Gak akan. Udah deh kamu percaya aja sama calon suami kamu ini. Lagian ini udah closing kan, tinggal Revan aja yang lagi belum selesai tugasnya. Gapapa, gantian biasanya kamu juga sendirian kan biasanya," Raymond menenangkan Caramel.
Setelah itu datanglah Lani membawakan tas Caramel yang berada di loker. Kemudian Raymond mengajaknya pergi ke tempat dimana dia bisa berbicara berdua dengan tenang bersama Caramel.
Sampailah mereka di sebuah taman. Raymond tidak mengajak Caramel turun karena dia ingin berbicara serius.
"Aku harap kamu tidak berpikiran seperti Pak Irfan. Aku tidak melakukan apapun dengan Nindi," Raymond menatap serius wajah Caramel.
"Chef, aku tuh bukan siapa-siapa, jadi Chef tidak perlu sekhawatir ini," Caramel kembali tersenyum untuk melunturkan ketegangan di wajah Raymond.
"Kamu calon istriku Ca, dan ingat kamu belum bercerita tentang waktu itu kamu nangis di toilet," Raymond mempertegas status Caramel.
"Aduh pusing deh Chef dari kemarin ngomongin calon istri-calon istri terus," Caramel mulai malas berdebat dengan Raymond.
Raymond pun menjelaskan kejadian tadi pada Caramel dan dia juga kembali menyatakan perasaannya pada Caramel. Raymond berjanji akan segera menemui orang tua Caramel untuk meminta restu mereka.
Caramel hanya terdiam. Dia bingung atas situasi ini. Dia senang telah mengetahui perasaan Raymond padanya. Namun dia sedih karena situasi di tempat kerjanya semakin memburuk untuknya.
Sesampainya di rumah dan bersiap untuk tidur, Caramel menatap ponselnya yang mendapatkan banyak pesan dari Raymond. Jujur saja hatinya sangat senang dicintai Chef Tampan yang menjadi idola banyak orang terutama kaum wanita. Namun dia tidak yakin bisa bersama dengannya. Karena sudah pasti perbedaan diantara mereka menjadi permasalahannya. Caramel takut jika dia tidak disukai oleh keluarga Raymond. Maka dari itu dia memutuskan untuk tidak menaruh hati terlalu dalam dengan Raymond, dia takut jika dirinya terlalu mencintai Raymond yang tidak bisa bersatu dengan dirinya, dia takut merasakan patah hati karena dia belum pernah merasakannya.
Di apartemennya Raymond nampak sedang sibuk menghubungi seseorang. Dia menghubungi kantor pusat untuk memberhentikan Pak Irfan dan Nindi dengan segera. Namun mereka tidak bisa memecat karyawan begitu saja tanpa ada masalah. Raymond memutar otak agar bisa memecat mereka berdua dengan segera. Namun hanya satu cara yang paling cepat menurutnya yaitu segera menjadikan Caramel istrinya sambil dia mengumpulkan bukti lain agar kesalahan mereka bisa segera terangkat.
Akhirnya dia memberanikan diri untuk menghubungi Mommy dan Daddy-nya agar dia bisa segera menikahi Caramel.
Kedua orang tua Raymond sangat senang mendengar anak mereka satu-satunya mengabarkan bahwa dia ingin segera menikah dengan gadis pilihannya.
Mereka berjanji akan meluangkan waktu untuk datang ke sana secepatnya, karena mereka kini sedang berada di luar negeri. Raymond sedikit bercerita pada mereka bahwa gadisnya ini sangat spesial untuknya, dan dia harus bisa mendapatkannya karena dia sudah yakin pada saat bertemu dengannya pertama kali.
Keesokan harinya Caramel bisa bernafas dengan lega karena hari ini dia libur kerja. Sejenak dia bisa beristirahat dari gunjingan teman-temannya dan kekesalannya pada orang-orang yang memandang rendah padanya.
Raymond berkali-kali menghubunginya namun sengaja tidak diangkat oleh Caramel. Raymond juga mengirim banyak pesan pada Caramel namun tidak satu pun pesan yang dibalas oleh Caramel. Dia mencoba berpura-pura sibuk sehingga tidak bisa mengangkat telepon dan membalas pesan dari Raymond.
Raymond POV
Aku gelisah sedari pagi menatap layar ponselku, namun tak ada telepon atau pesan dari orang yang dia harapkan. Sungguh aku tak mengerti dengan diriku sendiri. Aku tidak pernah merasa gelisah dan uring-uringan seperti ini dan yang lebih membuatku heran adalah penyebabnya. Aku menjadi seperti ini hanya karena satu gadis, Caramelia Faraza. Gadis yang baru beberapa waktu lalu aku temui dan kini aku menjadi kecanduan untuk dekat dengannya.
Hari ini dia libur kerja sehingga aku tidak bisa menemuinya. Sudah beberapa kali aku menghubunginya namun tidak dia angkat, dan beberapa pesan juga sudah aku kirimkan, namun tidak ada yang satu pun dia balas. Hingga aku ingin pergi ke rumahnya untuk menemuinya. Namun aku urungkan niatku itu karena hari ini ada party mewah di tempat kerjaku sehingga aku harus berada di sana sedari pagi hingga acara selesai. Aku juga ingin mengetahui cara kerja semua karyawan ku sebelum jati diriku terbongkar. Biarlah aku tahan rindu ini sebentar saja agar aku semakin tahu besarnya cintaku padanya disaat bertemu dengannya nanti.
Aku kemudikan mobilku dengan perasaan hampa. Karena aku tahu jika di sana nanti aku tidak akan bertemu dengannya. Lesu yang kurasakan saat ini, namun aku tidak mau kelihatan lemah. Aku adalah Raymond Xavier yang dikenal dingin dan cuek, jadi aku harus pertahankan itu.
Sampai di kitchen aku memeriksa semua persiapan dan bahan-bahan masakan untuk acara nanti.
Namun aku marah karena ada bahan yang kurang dan ada juga yang tidak tersedia. Semua koki mendapatkan omelanku dan tentu saja staff purchasing yang harusnya bisa menghandle ini semua tak lepas dari luapan amarahku. Hingga di siang hari aku mendapat kabar bahwa mereka tidak menemukan bahan yang bagus yang aku inginkan, sehingga Pak Sarno menyarankan ku agar ikut berbelanja dengannya agar efisien waktu. Tidak ada pilihan lain maka aku ikut dengannya. Sesampainya di tempat itu aku sedikit kaget karena ternyata Pak Sarno membawaku ke Pasar Tradisional. Bukannya aku tidak mau berbelanja di sana, hanya saja aku bingung mengapa Pak Sarno tidak mengajakku ke Supermarket yang lengkap bahan makanannya.
Aku menanyakan hal itu pada Pak Sarno, ternyata tadi dia sudah mencoba mencari di semua supermarket namun bahan-bahan yang aku cari tidak ada. Adapun juga tidak jadi mereka beli karena bahannya kurang segar. Kata Pak Sarno di pasar tradisional ini pada jam sekarang bahan-bahan makanannya segar-segar karena baru saja datang, dan ketika aku masuk ke dalam pasar tersebut memang benar, sayur-sayuran, ayam, daging dan sebagainya masih sangat segar. Kami mendapatkan apa yang aku butuhkan, namun ada satu bahan yang belum aku temukan. Kami berjalan mengelilingi pasar berharap ada yang bisa aku temukan. Dan...
Gotcha!!
Aku menemukanmu.
Raymond POV end
Siang ini Caramel diajak Ibunya pergi menemaninya berbelanja ke pasar tradisional. Dan memang di pasar itu selain pagi, siang menuju sore hari bahan-bahan makanannya baru datang dan segar-segar.
Caramel diajak Ibunya mendatangi kios yang biasanya didatangi Ibunya. Di kios itu menjual sayur-sayuran, bumbu-bumbu dapur serta keperluan dapur ada lengkap di sana. Namun untuk membeli daging, ayam dan buah harus ke kios yang berbeda. Ibu Caramel ke kios sebelah untuk membeli buah-buahan, sedangkan Caramel disuruh Ibu memilih-milih sayuran yang segar dan bagus.
Tiba-tiba ada seseorang yang berada disampingnya dan bertanya padanya.
"Lagi belanja?" Raymond mengagetkannya.
Suara itu... suara..., dalam hati Caramel menebak-nebak. Lalu dia menoleh ke samping, dan kaget mendapati Raymond di sana.
"Chef....," mata Caramel terbelalak kaget.
Raymond tersenyum dan mengulangi pertanyaannya.
"Lagi belanja? Sama siapa?" Raymond mencari orang yang kemungkinan datang bersama Caramel.
Pak Sarno kini berada di kios buah sedang membayar buah yang tadi dipilih oleh Chef Raymond. Kebetulan Pak Sarno pernah bertemu dengan Ibu Caramel, jadi mereka sedikit berbincang ketika bertemu di kios buah. Setelah itu mereka berjalan, Pak Sarno mencari keberadaan Chef Raymond, namun yang dicari malah asik berduaan dengan gadis yang membuat hatinya galau hari ini.
"Ca, udah selesai milihnya?" Ibu Caramel bertanya ketika jarak mereka sudah dekat.
"Udah Bu, tinggal di bayar yang itu. Yang ini kurang dikit timbangannya," Caramel menunjuk sayuran yang dia maksud.
"Ya udah Ibu aja yang milih. Ini ada Pak Sarno tadi ketemu Ibu di kios buah," Ibu memberikan barang belanjaannya pada Caramel dan mulai memilih sayuran lainnya.
"Loh kok ditaruh sini nak? Ini punya kamu kan Ca?" tanya Ibu pada Caramel ketika melihat Chef Raymond menaruh sayuran yang sudah dipilihnya. Ternyata dia tadi membantu Caramel untuk memilih sayuran.
"Iya Bu...," Caramel menjawab.
"Loh ini siapa?" tanya Ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sandisalbiah
hayo chef.. ketemu camer tuh.. salim dong.. 😁😁
2023-10-02
0
Yogi Pancatama
aneh juga kan rey pemilik sekaligus CEO nya masa gk bisa mecet irfan sama nindi bingung saya thor kasih penjelasanya dong terus pas nelpon di kantor pusat harus ada alasan kesalahan kan dia atasanya aneh juga
2022-06-08
0
Putu Surini
seru cerita...
2022-05-09
1