"Ini Chef Raymond, dia Chef di tempat kerja Caca. Tadi dia membantu Caca milih sayuran," Caramel memperkenalkan Chef Raymond pada Ibunya.
"Oooh Ibu kirain calon mantu Ibu," dengan gaya khas guyonannya Ibu dengan entengnya mengatakan bahwa Chef Raymond adalah calon menantunya.
"Hah? Ibu....," Caramel menarik-narik ujung lengan ibunya karena dia merasa malu dengan candaan ibunya itu.
"Hehehe... boleh Bu jadi calon mantunya Ibu?" tanya Raymond membalas candaan Ibu Caramel.
"Wah pasti Ibu seneng banget punya menantu Chef tampan kayak gini," Ibu menjawab sambil tertawa.
"Kalau gitu udah dapat restu dong Bu," Raymond menegaskan kembali.
"Ibu mah setuju aja kalau kalian mau nikah," jawab Ibu dengan tawanya.
"Iih apaan sih ini malah ngomongin nikah," Caramel menghentikan obrolan Ibu dengan Raymond. Namun sebenarnya hatinya sangat senang sekali mendengar Raymond benar-benar ingin menikahinya.
"Waduh yang lagi ngomongin nikah sampai lupa tujuan kesini," sindir Pak Sarno pada Chef Raymond.
Raymond yang merasa tersindir segera melihat jam tangannya.
"Maaf, Bu saya harus pergi dulu karena sebentar lagi acara akan dimulai," Raymond bersalaman pada Ibu.
"Ca, mau bareng sekalian pulang sama Ibu?" Raymond menawari Caramel, dia berharap Caramel mau bareng pulang dengannya agar dia bisa lebih lama bersama Caramel.
"Tidak perlu Chef, nanti kita naik angkot aja. Lagian kita belum selesai belanja," jawab Caramel agak ragu, karena dia takut Ibunya malah setuju dengan tawaran Raymond.
"Ayo Chef nanti gak keburu masaknya," Pak sarno mengajak Chef Raymond kembali.
Chef Raymond hendak berjalan, namun dia membisikkan sesuatu pada Caramel.
"Tunggu aku meminangmu sayang."
Lalu Chef Raymond berjalan menuju mobil mereka yang diparkir tadi.
Ibu tak henti-hentinya menggoda Caramel. Ibu mengatakan bahwa dia setuju jika Caramel menikah dengan Raymond.
Di dalam mobil Pak Sarno menanyakan tentang obrolan Chef Raymond dengan Ibunya Caramel. Chef Raymond membenarkan jika dia ingin menikahi Caramel. Kini dia sudah tidak menutup-nutupinya lagi. Sebenarnya sudah dari kemarin-kemarin Chef Raymond mengatakan bahwa Caramel adalah calon istrinya, namun mereka semua tidak percaya. Kemudian dalam perjalanan kembali ke restauran Pak Sarno menanyakan tentang kasak-kusuk yang beredar semalam yaitu tentang perdebatan Chef Raymond dengan Pak Irfan dan juga Nindi. Chef Raymond menghela nafas panjang, kemudian menceritakan pada Pak Sarno yang sebenarnya terjadi. Dan Chef Raymond menanyakan tentang kesalahan-kesalahan Pak Irfan dan Nindi yang bisa memberatkan mereka sehingga bisa dikeluarkan dari perusahaan. Namun, Pak Sarno tidak mau memberitahunya, karena itu merupakan rahasia perusahaan. Jika akan memecatnya pun Pak Sarno harus mengumpulkan bukti-buktinya terlebih dahulu.
Chef Raymond mendengus kesal karena Pak Sarno tidak mau memberitahunya. Ingin rasanya dia mengatakan bahwa dialah anak dari pemilik perusahaan tempat mereka bekerja yang tidak lama lagi dialah pemegang kekuasaan tertinggi di semua perusahaan milik Daddy-nya.
Mobil berhenti di parkiran khusus karyawan restauran. Chef Raymond segera mengambil barang belanjaannya dibantu oleh Pak Sarni dan segera membawanya ke kitchen.
"Chef, kailannya dimana?" Rudi si koki senior bertanya sambil memilah-milah sayuran dari kantong belanjaan yang dibawa Chef Raymond dan Pak Sarno.
"Gak ada, kita ganti aja pakai pakcoy," perintah Chef Raymond pada mereka para koki.
Semua koki yang berada disitu merasa heran, karena tadi Chef Raymond marah-marah karena sayurannya tidak ada, dan sekarang dia menggantinya dengan yang lain. Mereka bingung dengan perubahan Chef Raymond setelah dari pasar. Mereka tidak tahu saja jika semua itu karena Chef Raymond baru bertemu dengan Caramel sehingga suasana hatinya membaik. Dan yang lebih menyenangkan hati Chef Raymond lagi yaitu Ibu Caramel merestuinya. Betapa senangnya dia hari ini, padahal pagi tadi dia uring-uringan hanya karena Caramel mengacuhkannya dengan tidak membalas puluhan pesannya dan puluhan panggilan teleponnya.
Ternyata mood sangat berpengaruh pada pekerjaan, apalagi memasak. Pada saat mood Raymond sudah membaik karena bertemu dengan Caramel, masakannya jadi lebih nikmat dan urusan di kitchen aman terkendali tanpa ada omelan dan bentakan dari Raymond. Dia menyadari jika Caramel membawa dampak yeng begitu besar bagi dirinya. Seorang Caramel bisa membuat dirinya kesal, uring-uringan dan tidak fokus pada pekerjaannya dan bisa juga membuat kemarahannya hilang seketika, hatinya dipenuhi kebahagiaan dan hidupnya lebih berwarna jika bersama dengan Caramel.
Caramel.... namamu semanis dirimu yang selalu membuatku candu untuk melihatmu , batin Raymond mengatakan seperti itu namun bibirnya tersenyum manis tanpa sadar membuat yang ada di kitchen merasa aneh apalagi sekarang ini ada Nindi disebelah Chef Raymond yang membuat mereka mempunyai banyak pertanyaan.
"Hayo lagi ngelamunin yang semalam ya sampai senyum-senyum sendiri gitu. Gimana rasanya Chef, mau lagi? Aku siap kok," Nindi tersenyum genit pada Chef Raymond.
Chef Raymond kaget melihat Nindi yang ada di sampingnya.
Kok bisa tiba-tiba ada disini? Macam penampakan aja. Hiii... serem... , Chef Raymond membatin bergidik ngeri melihat Nindi, kemudian dia berlalu pergi.
Nindi mencebik kesal dan memelototi mereka semua yang ada di sana. Mereka semua bingung dengan berita yang beredar karena menurutnya sangat tidak mungkin Chef Raymond berbuat seperti itu karena mereka tau sendiri sikap Chef Raymond pada Nindi yang tidak pernah meresponnya sama sekali. Tapi berita uang beredar itu sangat mereka sayangkan karena kini nama baik Chef Raymond menjadi tercemar dan parahnya lagi yang menyebarkan berita itu adalah Nindi, Pak Irfan dan Pak Anto yang berada di tempat kejadian.
Chef Raymond sebenarnya tahu gosip yang beredar menjelek-jelekkannya, namun dia acuhkan saja gosip itu.
Tunggu saja tanggal mainnya, akan kumusnahkan kalian yang mengusikku dan mengusik gadisku , batin Raymond yang disertai seringaian dari bibirnya.
Hari-hari dilalui Caramel layaknya buronan. Dia selalu menghindar jika ada Pak Anto dan Pak Irfan. Sebisa mungkin dia menghindari mereka dan bersembunyi jika ada mereka. Begitupun dengan Nindi, Caramel sangat malas bertemu dengannya, karena dia selalu membahas tentang Chef Raymond yang menginginkannya dan pernah menyentuhnya. Caramel bersikap biasa saja seolah tidak terpengaruh pada omongannya, namun dalam hati dia ingin sekali mencakar dan mencabik-cabik mulut pedas Nindi yang tidak mempunyai sopan santun itu. Kadang dia berpikir mengapa dia bisa dikelilingi oleh orang-prang macam mereka ini yang selalu membuat darahnya naik berkali-kali lipat dan selalu menguji kesabarannya. Kadang ingin sekali dia membobol batas kesabarannya, namun dia sadar bahwa dia jauh lebih muda daripada mereka, jadi dia harua lebih menghormati mereka yang umurnya lebih tua darinya.
Siang ini restauran dihebohkan dengan datangnya marketing baru. Seorang lelaki yang berparas tampan yang merupakan keturunan Arab dan Indonesia. Dia didatangkan dari kantor pusat untuk menggantikan mbak Nadia.
"Kamu... Caramel ya?" sapa seorang pemuda tampan yang tersenyum manis pada Caramel.
"Kamu siapa, kok tau namaku Caramel?" nampak ekpresi bingung pada wajah Caramel.
"Tuh, Ca-ra-mel," tunjuk sang pemuda tampan pada name tag Caramel.
"Oh iya ya. Hahaha...," Caramel tertawa lepas.
Di sana, di taman ada yang menatap marah melihat Caramel tertawa lepas bersama pemuda tampan itu. Raymond mencengkeram kuat kaleng bekas minumannya melihat gadis yang dicintainya sedang bersama lelaki lain, bahkan tertawa lepas dengannya. Yang sialnya lagi lelaki itu berwajah tampan, sehingga membuat kemarahan Raymond bertambah. Revan yang bersamanya kini ikut menoleh dan memperhatikan apa yang dilihat oleh Raymond. Revan tersenyum geli melihat Chef dingin dan cuek bisa marah hanya karena seorang Caramel yang lugu dan polos.
Chef Raymond membanting kaleng bekas minuman itu tepat pada tong sampah seperti meluapkan kemarahannya. Pak Sarno yang baru saja datang sangat kaget mendengar kaleng yang dibuang sangat keras oleh Chef Raymond.
"Kenapa dia?" tanya Pak Sarno pada Revan.
"Tuh...," Revan menunjuk ke arah Caramel dengan dagunya.
"Oow... tenang Chef, dia marketing baru dari pusat. Namanya Zayn, turunan Arab dan Indonesia dia," Pak Sarno menjelaskan dan duduk di sebelah Chef Raymond.
Seketika Chef Raymond mendongak kaget, tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
B***g**k, s**l*n, kenapa dia bisa ada disini? Chef Raymond membatin dan menatap ke arah depan dimana Caramel dan Zayn sedang bercanda dan tertawa lepas.
Tidak lama kemudian Caramel berjalan dengan membawa beberapa lembar laporan dari hasil penjualan di arena permainan.
"Cieee yang habis ketawa-ketawa sama cowok ganteng," goda Pak Sarno menghentikan langkah laki Caramel.
"Kok tau Pak?" tanya Caramel bingung.
"Tuh dari CCTV pribadi kamu," jawab Pak Sarno sambil terkekeh dan menoleh pada Chef Raymond yang masih berwajah datar tidak seperti biasanya jika bertemu dengan Caramel.
"CCTV pribadi? Emang ada Pak? Dimana?" Caramel malah celingak-celinguk mencari keberadaan CCTV yang dimaksud.
"Hahaha...," Revan dan Pak Sarno tertawa puas melihat kekonyolan Caramel.
"Apaan sih kok malah ketawa, udah ah, nih bos laporannya udah di cek tadi. Caca pulang dulu ya, bye...," Caramel menyerahkan kertas-kertas laporan yang dia bawa tadi pada Revan.Kemudian dia berlalu ke loker untuk mengambil tas dan jaketnya.
Chef Raymond menatap kesal pada Caramel yang mengacuhkannya, tidak menyapanya ataupun membujuknya agar tidak marah padanya. Ini malah dia meninggalkannya pulang. Sungguh Chef Raymond ingin diminta Caramel untuk mengantarnya pulang.
Chef Raymond masih menatap arah loker, dia berharap Caramel menyapanya atau berpamitan padanya dan memintanya untuk mengantarkan pulang.
Zayn berjalan melewati taman dan dia melihat Chef Raymond yang sedang duduk dan melihat ke arah lain. Di dekatinya Chef Raymond.
"Gimana, betah disini?" tanya Pak Sarno ketika Zayn mendekat ke arah mereka.
" Betahlah Pak ada cewek cantik," jawab Zayn dengan tawanya dan disambut tawa oleh Pak Sarno.
Kemudian Zayn dikenalkan Pak Sarno pada Revan. Dan kemudian di saat Pak Sarno akan memperkenalkan dengan Chef Raymond, Zayn malah memeluknya.
"Gimana kabarnya Bro?" tanya Revan pada Chef Raymond.
Chef Raymond kaget karena ada yang memeluknya. Dia segera melepaskan pelukan Zayn dan menjawab, "Baik."
Mata Chef Raymond menatap kembali ke arah loker. Zayn mengikuti arah pandang Chef Raymond, dan dia mendapati Caramel yang keluar dari ruang loker.
"Caramel...," panggil Zayn dengan sedikit teriak.
Caramel menoleh dan berhenti ditempat itu, dia tidak tahu apa maksud Zayn memanggilnya.
Chef Raymond menatap kesal pada Zayn. Berani sekali sepupu jauhnya ini memanggil calon istrinya.
Zayn berjalan mendekat pada Caramel. "Kamu mau pulang? Mau diantar?" Zayn mulaj menggoda Caramel.
"Hah?" Caramel bingung apa maksud pertanyaan Zayn padanya. Bukannya dia masih kerja, dan bukannya dia barusan saja masuk, bagaimana bisa dia mau mengantarnya pulang.
Tiba-tiba saja tangan Caramel disambar oleh sebuah tangan kekar yang dirasa tidak asing oleh telapak tangan Caramel.
Zayn hanya menatap kepergian dua orang itu dengan tersenyum.
"Chef...," Caramel memandang wajah Chef Raymond sambil berjalan.
"Aauw...," pekik Caramel ketika kakinya tersandung batu.
"Mangkanya jalan tuh lihat ke depan, jangan jelalatan matanya," Chef Raymond kini memapah Caramel yang sedang terpincang-pincang.
"Orang aku liatin Chef. Kualat kali ya aku memandang orang tanpa ijin. Hehehe....," Caramel tersenyum lebar menampakkan deretan giginya.
Chef Raymond senang mendengar Caramel memandang wajahnya. Sebenarnya dia tahu jika Caramel memandangnya, namun dia ingin menyindir Caramel agar tidak melihat pria lain selain dirinya.
Chef Raymond membuka pintu mobilnya dan mendudukkan Caramel di kursi depan.
Setelah itu dia duduk di kursi belakang kemudi.
"Coba kamu lepas sepatumu," perintah Chef Raymond pada Caramel.
"Buat apa Chef?" tanya Caramel bingung.
"Siapa tau berdarah kan bahaya," Raymond mencoba meraih kaki Caramel tapi Caramel menghentikannya.
"Gak usah Chef. Gak bakalan berbahaya, nanti aja di rumah sekalian ngobatinnya," tolak Caramel dengan halus.
"Ck, kamu ini selalu membantah," Raymond mencebik kesal.
"Chef, gak dijalanin mobilnya?" tanya Caramel agar dirinya cepat pulang, gak kuat lama-lama berada di dalam mobil bersama Chef Raymond, dia takut jatuh cinta pada Chef Raymond.
"Bentar, buru-buru amat? Gak suka dekat-dekat sama aku?" tanya Raymond kesal.
"Bukan begitu Chef. Iih Chef kenapa sih sensian banget hari ini ngalah-ngalahin Caca pas lagi dapet," protes Caramel.
"Kamu tadi seneng banget ngobrol sama Zayn sampai ketawa lepas gitu," Raymond bertanya masih dengan nada kesal.
"Enggak kok," jawab Caramel namun belum selesai menjawab malah disahut oleh Raymond.
"Enggak salah," sahutnya kesal.
"Yeee... kalau gak salah benar gitu?" tanya Caramel dengan jaglhilnya.
"Tuh ngaku," ucap Raymond bernada sinis.
" Orang ketawa biasa aja kok. Lagian kita baru kenal tadi mana bisa langsung akrab," jawab enteng Caramel.
"Kalau sam aku? Bukannya kita baru pertama kenal langsung akrab?" tanya Raymond menyelidik.
"Iya juga ya, kok bisa sih?" tanya Caramel bingung.
"Ck, pasti kamu suka ngobrol sama Zayn karena dia ganteng kan?" tanya Raymond lagi.
"Ganteng sih, tapi....," Caramel menjawabnya sambil berpikir.
"Apa? Ganteng kamu bilang? Aku gak suka ya kamu bilang ganteng sama cowok lain," Raymond marah menghadap ke wajah Caramel.
Bukannya takut Caramel malah menggodanya. "Dih cemburu yaaaa...," Caramel tersenyum menggoda.
Entah mengapa Caramel berani menggoda Raymond, padahal kemarin dia takut pada saat Raymond marah pada Pak Irfan.
"Ya jelas lah aku cemburu, kamu kan calon istri aku," Raymond mencicip sekilas bibir Caramel yang terpaku di depannya karena mendengar pengakuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sandisalbiah
jatuh cinta ama bocah yg masih polos emang kudu sabar Ray.. krn dia gak peka, gak ngerti juga...
2023-10-02
0
Lili
cemburu😀😀😀
2022-05-09
1