“Napa non bolak-balik kayak setrikaan?” ucap si pemilik lengan tersebut.
Caramel mendongak melihat wajah si pemilik lengan tersebut yang tidak bisa dienyahkan oleh tangan Caramel meskipun dengan tenaga yang super menurutnya.
“Iiih... Chef mah main ngaget-ngagetin aja, aku kirain siapa tadi. Mana ini tangan berat banget lagi. IiIh... iiih... tuh kan gak bisa lepas. Kalau aku gak bisa nafas gimana?” Caramel sekuat tenaga melepaskan lengan Raymond dari lehernya.
“Hahaha.... masih bisa nafas, kan dari hidung,” Raymond menggoda Caramel dengan mengedipkan sebelah matanya.
“Ish... udah ah lepasin, aku mau balik,” Caramel masih berusaha melepas lengan tangan Raymond yang berada di lehernya.
“Ngapain mau balik? Bukannya sekarang harusnya kamu masuk?” tanya Raymond yang tangannya masih dengan nyamannya bertengger di leher Caramel.
“Terserah aku dong. Iih... lepasiiiiiiin.....,” Caramel memberontak namun tak ada hasil.
“Hahahaha.... jawab dulu baru dilepasin,” tawar Raymond yang begitu jahil.
"Pengen pulang Chef, gak tau kenapa rasanya males aja gitu mau masuk ke sana, kayak gimana gitu," Caramel sepertinya sedang mulai sesi curhatnya bersama Chef Raymond.
"Kayak gimana rasanya?" tanya Raymond dengan nada menggoda.
Diakuinya, baru kali ini dia begitu jahil dengan lawan jenisnya. Hanya pada satu orang, Caramelia Faraza, nama yang mampu membuat jantung Raymond berdegup kencang dan hatinya nyaman jika berada dekat dengan gadis tersebut.
"Ish, Chef mah nanya mulu dari tadi. Ini nih hak dilepas-lepasin dari tadi," bibir Caramel tidak bisa dikondisikan, kini bibirnya mengerucut, sukses membuat pandangan mata Raymond yang tertuju pada bibir Caramel ingin mencicipinya.
Glek... Raymond menelan ludahnya melihat bibir Caramel yang begitu menggoda, apalagi dalam keadaan ngambek seperti ini.
"Ya jawab dulu," Raymond tetap tidak mau melepaskan rangkulan lengannya yang melingkar di bahu dan leher Caramel.
"Ah bohong. Waktu itu bohongin aku pas diajak makan, katanya ngambil surat-surat. Ck, tukang kibul nih Chef," Caramel mencebikkan bibirnya yang membuat Raymond begitu gemas melihatnya.
Ternyata tak jauh dari sana ada Pak Sarno yang tersenyum melihat kedekatan dan tingkah mereka berdua. Menurut Pak Sarno mereka berdua sangat cocok dan begitu manis jika menjadi pasangan. Dan tak diketahui siapa pun, ternyata dari arah yang lain ada mata yang menyaksikan mereka berdua.
Pak Irfan, Manager dari tempat itu menyaksikan mereka dari dalam mobilnya yang kebetulan sedari tadi sudah memarkirkan mobilnya sebelum Raymond datang dan menghampiri Caramel. Namun Pak Irfan yang ketika itu sedang mendapatkan telepon, jadilah dia berada di dalam mobilnya untuk menerima telepon tersebut.
"Yuk masuk," Raymond mengajak Caramel masuk dengan lengannya yang masih melingkar indah di leher Caramel, kemudian dia membalikkan paksa badan Caramel dan memaksanya masuk dengan cara menariknya masuk ke dalam kantor.
Mereka kaget ketika melihat Pak Sarno yang senyum-senyum melihat mereka berdua. Caramel heran melihat Pak Sarno yang senyum-senyum melihat mereka berdua.
"Pagi Pak," sapa Caramel pada Pak Sarno dengan senyumnya.
"Pagi... ckckck... mesra banget sih kalian berdua," Pak Sarno terkekeh menggoda mereka berdua.
Sontak saja Caramel melepaskan lengan Raymond dari lehernya. Kali ini dengan mudahnya Caramel bisa melepaskannya, karena Raymond yang juga kaget karena melihat Pak Sarno menjadikan lengannya yang betah melingkar dengan indahnya di leher Caramel mengendur.
Caramel langsung saja berlari masuk ke dalam kantor untuk proses absensi sebelum memulai pekerjaannya. Sedangkan Chef Raymond bersikap biasa saja dan menghampiri Pak Sarno.
"Barusan datang Chef?" sapa Pak Sarno ketika Chef Raymond berjalan mendekat ke arahnya.
"Iya Pak, barusan aja, terus ketemu Caca di parkiran mondar-mandir mau balik pulang, mangkanya saya seret masuk dia tadi," Raymond menjelaskan pada Pak Sarno apa yang terjadi, karena takutnya Caramel yang lagi-lagi kena gosip menyudutkannya, kalau untuk Raymond sendiri sih tidak masalah, karena memang benar dia menyukai Caramel.
"Owalah... tak kirain kalian datang barengan ini tadi. Hahaha....," Pak Sarno mengatakan kecurigaannya.
"Enggak Pak, siapakah saya bisa menjemput dia. Bisa-bisa pacarnya marah," canda Chef Raymond menanggapi perkataan Pak Sarno.
"Hahaha... bisa aja Chef, orang Caramel gak punya pacar kok, buktinya sampai dijadikan taruhan sama mereka," Pak Sarno tertawa setelah itu dia menghabiskan kopinya dan melihat jam tangannya.
"Mari Chef ke dalam, sebentar lagi mau buka," Pak Sarno berdiri dan berjalan berdampingan dengan Chef Raymond.
Dalam perjalan menuju kantor, mereka membahas tentang acara-acara yang akan diadakan besok di tempat ini.
Seperti biasa Caramel membersihkan wilayahnya yang berada di restauran dan di permainan. Kali ini tidak ada makanan dan minuman yang tergeletak di meja kasir restauran atau pun di meja kasir permainan.
Semenjak gosip kedekatan antara Caramel dan Chef Raymond waktu itu, sepertinya mereka para cowok-cowok sudah menyerah mendapatkan Caramel, mungkin mereka pikir saingannya berat, jadi mending mereka mundur teratur saja.
09.00 am
Tempat ini di buka. Caramel sudah bersiap dan sudah tampil cantik menyambut para tamu. Namun dia melihat Gilang yang masuk dari arah pintu depan restauran tanpa memakai seragam.
Caramel heran, kenapa Gilang malah memarkirkan motornya di parkiran tamu bukan di parkiran karyawan, dan kenapa dia masuk dari pintu depan restauran, seperti tamu saja, Caramel membatin dan dia ingin menemui Gilang, namun diurungkannya karena saat ini Gilang sedang berbicara dengan Pak Anto.
Setelah melihat Gilang sudah tidak berbicara dengan Pak Anto, Caramel mendekat, namun kini dia mendengar teman-teman yang berbicara dengannya mengatakan hal-hal seperti mereka tidak akan berjumpa lagi. Caramel menghentikan langkahnya ketika Gilang berjalan ke arahnya.
"Kak, aku....," belum juga Caramel selesai berbicara, Gilang sudah meninggalkannya, bahkan ketika Caramel berbicara, dia hanya berjalan berlalu tanpa berhenti di depan Caramel.
Huft... Caramel menghembuskan nafas berat. Dia tidak tahu harus bagaimana, jika dia mengejarnya pasti akan menjadi bahan gosip di tempat tersebut, namun dia tidak bisa jika tidak menjelaskannya pada Gilang karena Gilang merupakan teman baik baginya.
Caramel hendak melangkah menyusul Gilang, namun dihentikan oleh suara Pak Anto yang mendekatinya.
"Kamu sih gak nerima dia jadi pacar kamu, patah hati kan dia jadinya, pergi dah tuh gak kerja lagi disini," Pak Anto berdiri di depan Caramel yang kini mematung mendengar ucapan dari Pak Anto.
"Kenapa Pak? Bikin ulah lagi dia?" Nindi berjalan mendekati Pak Anto dan Caramel yang sedang berhadapan.
"Ini biasa si Caramel bikin patah hati cowok. Tadi Gilang pamitan resign gara-gara Caramel gak nerima jadi pacarnya," jawab Pak Anto melihat ekspresi Caramel yang kaget mendengar ucapannya.
"Kamu sih, kenapa gak kamu terima aja sih dia. Lagian jadi cewek sok cantik banget sih pakai nolak-nolak cowok, belum tentu kalau kamu suka sama cowok bakalan langsung diterima," Nindi tanpa aba-aba langsung melampiaskan kemarahannya selama ini pada Caramel.
"Maaf ya semuanya, aku gak pernah nolak Gilang, dan Gilang juga gak pernah ngomong kalau suka sama aku, lagian kita dari dulu cuma bertema dekat aja kok," akhirnya Caramel bisa juga mengeluarkan kata-kata setelah sekian lama tenggorokannya tercekat setelah mendengar perkataan-perkataan yang keluar dari mulut Pak Anto dan Nindi.
"Nah itu buktinya dia resign setelah tau kamu pacaran sama Chef Raymond," lagi-lagi Pak Anto menyudutkannya.
"Udah sana susulin Gilang, ajak pacaran sana dari pada sama Chef Raymond kasihan dia dapat cewek kayak kamu, gak pantes tau gak?" Nindi melontarkan kata-kata hinaannya pada Caramel.
"Caramel tidak kuat lagi mendengar perkataan Pak Anto dan Nindi yang menyudutkannya. Dia berlalu pergi meninggalkan mereka berdua, namun dia tidak bertujuan untuk menyusul Gilang, melainkan ke toilet untuk meredakan tangisnya.
"Ca... ," Chef Raymond yang berpapasan dengan Caramel memanggilnya namun Caramel hanya berlari tanpa menoleh atau pun menjawabnya.
Revan dan pak Sarno yang berjalan bersama keluar dari kantor juga berpapasan dengan Caramel menatap heran Caramel yang berlari mengabaikan mereka tanpa menyapa mereka. Tidak seperti Caramel yang biasanya.
"Kenapa anakmu itu?" canda Pak Sarno pada Revan.
"Gak tau Pak, kebelet kali," jawab Revan asal, namun dalam hati Revan tahu jika ada yang tidak beres dengan Caramel.
Revan menatap Chef Raymond ketika berada di depannya, namun Chef Raymond pun hanya menggeleng tidak tahu.
Setelah itu mereka berlalu sesuai tujuannya masing-masing. Namun Chef Raymond mengubah tujuannya ke toilet setelah tadi mengetahui Caramel masuk dalam toilet.
Chef Raymond menunggu Caramel di depan toilet, dia tidak berani masuk karena Caramel masuk di toilet wanita.
Sekitar sepuluh menitan Chef Raymond menunggu Caramel di depan toilet. Mengesalkan memang menunggu lama apalagi di depan toilet, namun demi gadis yang disukainya Raymond tetap menunggunya tanpa mengeluh.
Caramel keluar dari kamar mandi dengan mata sembab dan wajah yang segar habis dibasuh oleh air. Dia kaget mendapati Chef Raymond berada di depan toilet.
"Chef...," Caramel kaget dan reflek memanggil Chef Raymond.
"Kamu ada masalah?" Chef Raymond bertanya dengan nada serius.
Caramel hanya menggeleng kemudian dia menunduk, takut jika kelihatan sedih.
"Kamu gak bisa bohongi saya Ca. Kamu gak mau cerita sama saya?" Chef Raymond menengadahkan kepalanya dan agak menunduk untuk mensejajarkan tingginya.
Caramel hanya menunduk dan diam saja tak bergeming. Tiba-tiba Revan berseru dari jauh.
"Ca... kamu lama gak balik-balik, itu di depan gak ada yang jaga," Revan mengayunkan tangannya.
"Maaf Chef aku ke depan dulu ya," Caramel berlari meninggalkan Chef Raymond yang masih diliputi tanda tanya.
Raymond hanya menatap Caramel yang pergi dengan penuh tanda tanya. Jujur saja sejak Caramel jadi bahan gosip karena dirinya, dia jadi selalu ingin mengetahui lebih jauh jika Caramel bersedih.
"Aish, kamu Van ganggu aja," Raymond menegur Revan pada saat dia berada di dekat meja kerja Revan di kantor.
"Hehehe... maaf Chef, habisnya di depan gak ada yang jaga. Itu Pak Anto koar-koar marah-marah nyebut Caramel ini lah itu lah, apalagi pagi tadi kata Pak Anto Gilang kesini untuk pamitan resign gara-gara ditolak Caramel katanya. Dia jadi kehilangan waiters andalannya. Mangkanya dia pagi-pagi udah ngomel," Revan menjelaskan panjang lebar yang disimak baik-baik oleh Chef Raymond seperti mendengar siaran berita penting.
"Lah kok bisa gitu?" tanya Chef Raymond heran.
"Gak tau lah Chef, nanti coba tanya pada Caramel barang kali dia mau cerita," Revan berbicara sambil mengerjakan pekerjaannya.
"Udah tadi aku tanya dia, eh kamu malah manggil dia suruh balik ke depan, mana belum di jawab lagi," ucapan Chef Raymond bernada datar.
"Ya maaf Chef, nanti deh coba saya tanyakan, tapi kayaknya lebih enak Chef yang tanya deh, kan udah lebih dekat," Revan tersenyum menggoda Raymond.
Raymond berdiri dari duduknya lantas pergi keluar dari kantor meninggalkan Revan yang tertawa puas menggoda Chef Raymond.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sandisalbiah
kenapa semua terkesan pd gak profesional kerja ya, membawa masalah pribadi dan menyinggung masalah pribadi org... aneh kan..
2023-10-02
0
3nd
knp jadi rhea
2022-06-02
1
Lili
ayo chef deketin teruuus
2022-05-03
1