Sebelum Caramel keluar dari kantor untuk pulang, Chef Raymond sudah lebih dulu berada di dalam mobil di parkiran. Dia sengaja menunggu Caramel di dalam mobil untuk mengetahui permasalahan yang di hadapi oleh Caramel karena tadi memang Revan sudah memberitahukannya setelah Caramel dipaksa Revan untuk bercerita, namun dia masih ingin mengetahui cerita selengkapnya dari Caramel sendiri.
Caramel keluar dari kantor melangkah dengan lesu, firasatnya benar tadi pagi, harusnya dia pulang saja ke rumah dari pada masuk kerja yang ada hanya membuat hatinya bertambah luka. Omongan mereka begitu pedas, sepedas seblak level 10. Coba aja itu seblak atau ayam geprek level 10, pasti Caramel dengan senang hati memakannya. Lah ini, omongan mereka pedas tapi gak bisa dimakan, yang ada hanya membuat hati Caramel bertambah pedih, luka yang kemarin belum terobati, eh malah ada luka lagi yang dialaminya. Sampai kadang Caramel berpikir, apa ada yang salah dengannya hingga akhir-akhir ini dia terkena sial hampir tiap hari. Kata orang sih akan ada pelangi setelah hujan, apa itu akan berlaku padanya?
Hufft....
Diseretnya langkah kakinya dengan helaan nafas yang berat dan panjang. Berharap setelah hari ini dia akan benar-benar bertemu dengan pelangi.
Raymond menyalakan mesin mobilnya, dia akan memberi tumpangan pada Caramel seperti kemarin. Namun belum juga dijalankan mobilnya, ternyata Caramel dijemput oleh Ayahnya. Gagal sudah misi Raymond hari ini. Pasti dia tidak bisa tidur nanti malam gara-gara belum mendengar cerita dari Caramel. Dimatikannya mesin mobilnya dan keluarlah dia dari mobil ketika Caramel sudah berlalu pergi dengan motor Ayahnya.
Raymond berjalan dengan wajah datar tanpa senyum karena gagalnya misi barusan. Berbeda dengan dia yang setelah bertemu atau pun setelah berbincang dengan Caramel, pasti ada sedikit senyum di wajahnya, meskipun sangat tipis, namun bisa mengurangi wajah datarnya yang membuat merinding orang di sekitarnya.
"Cepet banget Chef?" tanya Revan yang berpapasan dengan Raymond di pintu kantin karyawan.
Raymond menoleh kaget mendengar ucapan Revan. Dia bingung dengan pertanyaan Revan. Melihat kebingungan Raymond, Revan pun melanjutkan perkataannya.
"Caca Chef....," bisik Revan di dekat telinga Raymond.
"Oooow... udah pulang dia dijemput Ayahnya," Raymond balas berbisik di dekat telinga Revan.
"Kok malah bisik-bisik tetangga sih, ada apa ini, ada apa? Kok aku gak dibisikin?" tiba-tiba saja Pak Sarno sudah ada di dekat mereka.
Ah mereka ini sekarang sudah seperti tiga serangkai, yang sering berkumpul bertiga tanpa tambahan personel lainnya. Sampai-sampai jika ada yang mencari salah satu dari mereka, pasti orang itu akan menanyakan pada kedua orang yang lainnya diantara mereka bertiga.
"Apaan sih Pak ikut-ikutan aja. Bapak sih dari tadi ngilang aja jadi gak tau kan ada kejadian apa," Revan berlalu kembali ke meja kerjanya. Sedangkan Chef Raymond masuk ke dalam kitchen, jadilah Pak Sarno yang diam berdiri sendirian di sana ditinggal oleh kedua personel tiga serangkai.
Di dalam kitchen semuanya sedang sibuk menyiapkan untuk reservasi yang mendadak satu jam yang lalu. Setelah semuanya selesai, Raymond mengambil ponselnya, ditatapnya foto profil Caramel yang begitu menggemaskan menurutnya. Tiba-tiba saja ada suara yang mengagetkannya.
"Senyum-senyum aja Chef, habis dapat lotre ya?" dengan nada genitnya Nindi mendekatinya dan menengok ponsel Raymond yang masih menampakkan foto profil Caramel.
Dengan segera Raymond menurunkan tangannya yang masih memegang ponsel agar tidak dilihat kembali oleh Nindi. Dia melirik tajam pada Nindi kemudian melangkah pergi, namun dia dihadang oleh Nindi.
"Kenapa sih Chef cuek banget sama aku? Apa aku ada salah? Kenapa kalau sama Caramel Chef bisa ketawa? Padahal kan Caramel gak selevel sama Chef Raymond. Harusnya Chef tuh carinya yang selevel Chef. Tadi pagi aja Gilang tiba-tiba resign gara-gara Caramel. Jahat banget dia, bisanya cuma ngasih harapan cowok habis itu ditinggal. Kurang ajar banget kan dia," Nindi tidak ada hentinya menjelek-jelekkan Caramel hingga membuat Chef Raymond meradang.
"Udah selesai ngomongnya? Udah sana kamu pergi. Lagian kalau saya boleh milih, mending saya memilih Caramel dari pada kamu. Dengarkan itu baik-baik," Chef Raymond geram dengan semua ucapan Nindi yang selalu merendahkan Caramel. Kemudian Chef Raymond pergi meninggalkan Nindi yang semakin geram menahan emosinya karena sikap Raymond yang masih membela Caramel dan merendahkannya.
Tak diketahui Raymond ternyata dia memencet tombol call pada saat menyembunyikan ponselnya dari Nindi tadi. Caramel mendengar semua ucapan Nindi dan Chef Raymond. Ada rasa marah pada saat Nindi merendahkannya, namun ada rasa senang pada saat Chef Raymond membelanya dan lebih memilihnya dari pada Nindi.
Setelah Caramel sudah tidak mendengar suara Nindi dan Chef Raymond lagi, dia menjadi ingin tahu apa yang sekarang terjadi karena sudah tidak ada suara mereka lagi. Akhirnya Caramel memberanikan diri mengeluarkan suaranya,
"Halo.... Chef.... Halo....," Caramel berseru dari seberang.
Raymond menoleh ke kanan dan ke kiri dan menatap sekeliling ketika mendengar suara Caramel. Dia mencari-cari sosok Caramel yang memanggil-manggil namanya.
"Chef... halo... Chef.... Chef... ini Caca, Chef... Chef...," Caramel kembali berseru.
Akhirnya Raymond sadar jika Caramel mengatakan kata halo berarti dia berbicara di telepon. Segera dilihatnya ponselnya yang dia pegang. Dia kaget karena ternyata ponselnya terhubung dengan Caramel di seberang sana.
Segeralah dia mengangkat ponselnya itu.
"Halo Ca... kok bisa telepon? Sejak kapan kita terhubung?" Raymond bingung harus berkata apa.
"Dari tadi Chef, sejak Chef ngobrol dengan Nindi," Caramel menjawab dengan nada santai.
"Serius? kok bisa?" Chef Raymond kembali bertanya.
"Kan Chef yang menghubungi Caca," Caramel menjawabnya dengan kekehan kecil.
Raymond pun memikirkan kapan dia menghubungi Caramel. Dan dia pun teringat pada saat dia melihat foto profil Caramel tiba-tiba Nindi datang mengagetkannya, mungkin pada saat itu dia menekan tombol hijau dan tersambung ke Caramel.
"Maaf mungkin tadi gak sengaja tertekan tombolnya, niatnya aku tadi mau kirim pesan ke kamu, tapi tiba-tiba ada Nindi mengagetkanku, mungkin saat itu tanganku gak sengaja menekan tombol telepon," Raymond membuat alasan agar Caramel percaya padanya.
"Gapapa Chef, malah Caca makasih banget sama Chef udah mau membela Caca disaat Nindi menjelek-jelekkan Caca tadi," Caramel tertawa kecil menghilangkan rasa bersalah Raymond.
"Mmm... Ca, bisa ngobrol bentar?", Raymond ragu-ragu menanyakannya.
"Kenapa Chef?" Caramel jadi penasaran dengan apa yang ditanyakan oleh Raymond.
"Soal tadi pagi kamu nangis kan? Ada apa Ca?" Raymond bertanya dengan nada sangat lembut agar Caramel mau bercerita padanya.
"Emmm..... Chef, besok aja ya ceritanya. Aku malas ngomongin itu sekarang," Caramel menolak menceritakan kejadian tadi pagi karena dia merasakan hatinya sakit kembali jika menceritakannya.
"Kamu janji?"
"Iya Chef... janji."
"Ya udah kalau gitu, tapi besok harus cerita ya."
"Iya ih bawel."
"Hahaha.... kamu lagi ngapain Ca?"
"Lagi teleponan nih sama Chef ganteng."
"Wah jadi kamu udah ngakuin ya kalau aku ganteng?"
"Bukannya Chef sendiri ya yang kasih nama Chef ganteng di kontak ponsel aku?"
"Oiya ya... eh tapi kamu gak ganti berarti kamu memang suka dengan nama itu. Ngaku deh pasti dalam hati kamu ngakuin kalau aku ganteng, iya kan?"
"Ih pede banget sih Chef?"
"Oiya dong orang ganteng mah bebas."
"Hahaha... Ternyata Chef juga bisa ya narsis."
"Kamu aja yang gak tau."
"Yang lain malah gak pernah tau tuh Chef tersenyum atau tertawa, masih mending aku sering lihat Chef tersenyum dan tertawa. Hehehehe..."
"Aku tuh cuma sama kamu aja bisa kayak gini, sama yang lain mah ogah."
"Loh kok bisa Chef?"
"Karena aku suka sama kamu."
Jeduaar...
Caramel terdiam sejenak untuk mencerna kalimat yang diucapkan oleh Raymond di seberang sana.
"Ah Chef mah bercandanya kelewatan, untung Caca bukan Nindi Chef, kalau tadi Chef bilang gitu ke dia, sudah pasti dikirain beneran."
"Kamu kira aku bohong Ca? Eh udah gak usah bahas Nindi, aku gak suka sama dia."
"Ya gak mungkin beneran juga Chef, dan kenapa juga Chef bisa gak suka sama Nindi? Dia kan cantik Chef dan wow gitu. Hehehe..."
"Dikasih gratis pun gak mau Ca."
"Kok bisa?"
"Aduh kenapa kamu jadi bahas Nindi sih?"
"Kan aku penasaran Chef."
"Dan aku juga penasaran sama jawaban kamu."
"Hah, jawaban?"
"Iya, tadi kan aku bilang suka sama kamu. Dan kamu nyadar gak sih ini aku udah gak pakai bahasa formal loh sama kamu."
Caramel diam sejenak. Dia bingung antara percaya dan tidak. Namun dia menepis semuanya, dia anggap Raymond memang bercanda, karena dia menyatakan perasaannya lewat telepon bukan secara tatap muka, dan karena akhir-akhir ini Raymond jadi suka bercanda jika bersama dengan Caramel. Jadi kesimpulan Caramel adalah Raymond sedang bercanda dengan ungkapan rasa sukanya pada Caramel.
"Halo... halo.. Ca kamu masih dengar kan?"
"Chef maaf, perut aku tiba-tiba sakit. Udah dulu ya Chef, aku tutup dulu."
Tut... tut... tut..
Telepon sudah dimatikan Caramel sebelum Raymond menjawab.
Raymond hanya menggelengkan kepala dan tersenyum menatap layar ponselnya yang dimatikan sepihak oleh Caramel.
Di dalam kamar, Caramel tertegun merasakan hatinya yang tiba-tiba berdesir mendengar ungkapan rasa suka Raymond kepadanya. Rasanya dia benar-benar tidak percaya dengan yang dia dengar, namun ada sebongkah rasa bahagia di dalam hatinya. Rasanya matanya tidak bisa terpejam karena rasa bahagia yang menyelimuti hatinya. Namun Caramel mencoba meyakinkan hatinya bahwa tidak mungkin seorang Chef tampan dan kaya bisa jatuh cinta padanya yang tidak memiliki kelebihan apapun. Bergelut dengan pikirannya antara percaya dan tidak, akhirnya Caramel tertidur.
Besoknya Caramel masuk kerja siang hari. Mulai pagi dia bingung bagaimana nanti kalau bertemu dengan Chef Raymond, karena pasti dia menagih janjinya untuk bercerita tentang kejadian kemarin. Tapi jika bertemu pasti Caramel canggung dan tidak bisa berbicara, karena memikirkannya saja sudah membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Bagaimana jika mereka secara langsung bertatap muka? Pasti tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
Siang hari Caramel berangkat dengan perasaan yang tidak karuan. Entah karena apa, yang dirasanya saat ini adalah perasaan sedih bercampur dengan perasaan senang, Caramel sendiri tidak mengetahui apa arti dari perasaannya sekarang ini.
Pada saat Caramel datang memang suasana di kitchen sedang genting. Mereka semua para penghuni kitchen sedang berperang dengan alat perangnya masing-masing. Caramel sedikit lega melihat keruwetan di kitchen karena dengan begitu untuk sementara dia tidak bertemu dengan Chef Raymond.
"Ca, tulis keterangan di absen Nindi libur hari ini karena kemarin dia seharian masuk gantiin Lisa yang gak masuk siang harinya," perintah Revan pada Caramel setelah Caramel masuk ke dalam restauran.
"Ok siap bos," Caramel memberi hormat pada Revan layaknya sikap hormat pada bendera.
Revan hanya terkekeh dan menggelengkan kepala melihat tingkah Caramel. Kemudian dia meninggalkan Caramel di sana untuk memberikan keterangan absensi Nindi.
Restauran sore ini begitu ramai karena reservasi untuk acara VIP mendadak. Ditambah lagi tamu restauran yang reguler, mereka semua disibukkan dengan melayani para tamu. Hingga Caramel pun turut serta melayani tamu dan membawakan makanan dan minuman yang mereka pesan.
Bruak.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Lili
cieeee Chef Raymond cieeee😄
2022-05-05
1