"Kenapa Nduk?" tanya Pak Sarno, HRD di tempat kerja Caramel.
Caramel menoleh ke samping dan tersenyum getir, "Gapapa Pak."
"Kok lemes gitu? Udah sarapan belum?" tanya Pak Sarno lagi.
"Tadinya semangat Pak, eh sampai sini malah makan ati, kenyang dah udahan", jawab lemas Caramel dengan menghela nafas berat.
"Wah enak dong makan ati, minumnya teh botol sosro gak?" Pak Sarno terkekeh menggoda Caramel yang makin cemberut mendengar candaannya.
"Issh... Bapak mah, orang lagi bete malah digituin", bibir Caramel kini mengerucut karena sebal dengan candaan Pak Sarno.
"Hahaha.... kenapa to Nduk?" Pak Sarno kembali bertanya pada Caramel.
"Tuh pagi - pagi dah bikin orang emosi aja. Enek banget liatnya", Caramel besungut kesal.
"Siapa... siapa... siapa sih orangnya yang bikin cewek cantik pagi - pagi cemberut?" goda Pak Sarno untuk mencoba membuat Caramel tertawa. Namun Caramel masih tetap aja cemberut kesal.
"Yang mana sih Nduk orangnya?" tanya kembali Pak Sarno karena dari tadi tidak mendapatkan jawaban dari Caramel. Dian mencoba mengembalikan mood ceria Caramel sekarang ini.
"Tuh udah aku tandain mukanya. Ngeselin banget sih", Caramel kembali merah mukanya karena emosinya bertambah ketika melihat Pak Anto berjalan ke arah mereka.
"Apaan?" dari jarak satu meter Pak Anto bertanya sambil berjalan ke arah mereka.
Mengetahui Pak Anto berjalan mendekati mereka, Caramel beranjak pergi. "Au ah gelap".
Melihat Caramel berlalu pergi ketika dia datang, Pak Anto bertanya pada Pak Sarno karena bingung. "Kenapa tuh anak?"
"Kamu apain dia, pagi - pagi wajahnya udah ditekuk, masam banget, padahal tadi pagi pas datang ceria banget loh, tadi sempat ketemu di depan pas dia mau masuk", Pak Sarno bertanya menyelidik.
"Tau ah, jadi anak baper banget. Cuma dibilangin gitu aja langsung baper", jawab Pak Anto lalu pergi meninggalkan Pak Sarno yang masih berdiri di sana. Kurang ajar memang Pak Anto ini, orang yang lebih tua sedang berbicara malah ditinggal. Ini juga yang membuat Caramel agak tidak suka dengan Pak Anto karena sikap kurang sopannya dan juga orangnya songong, suka ceplas - ceplos, asal ngomong tapi tidak mau meminta maaf padahal jelas - jelas dia salah.
"Marah ya? Halah gitu aja marah. Jangan baperan jadi orang", Pak Anto menghentikan langkah Caramel dengan mencekal lengan Caramel ketika mereka bubar setelah breefing selesai.
Caramel menghentikan langkahnya dan menghempaskan tangan Pak Anto yang mencekal lengannya.
"Hormati orang lain jika Bapak ingin di hormati. Permisi."
Caramel berlalu pergi meninggalkan Pak Anto yang diam saja mendengar perkataan Caramel.
Semua yang berada disitu merasa heran dan bertanya pada Pak Anto, namun seperti biasa, Pak Anto hanya diam saja tak menjawab, kemudian dia ngomel - ngomel menyalahkam Caramel yang katanya baperan sambil berjalan. Sebenarnya jika dilihat - lihat sikapnya itu mirip orang yang gak waras suka ngomel - ngomel gak jelas di jalan.
Besoknya, Caramel sedang mengerjakan laporan penjualan untuk bulan ini. Sekarang dia berada di dalam kantor karena mengerjakan laporan, namun ada saja gangguan yang datang. Masuklah Pak Anto yang sedang berbicara sambil berjalan dengan diikuti Pak Sarno di belakangnya. Mereka sepertinya sedang berbeda pendapat. Nah yang menjadi pertanyaan bagi Caramel adalah, apa gak bisa mereka berbicara dengan tenang sambil duduk, atau sambil ngopi - ngopi cantik mungkin. Tanpa di duga malah nama Caramel yang disebut oleh Pak Anto.
"Ajak aja nih Caramel biar ada kerjaannya", tiba - tiba Pak Anto berada di sebelah Caramel dan menunjuk Caramel yang sedang duduk mengerjakan laporan.
"Hah, apaan?" kaget Caramel ketika namanya disebut.
"Kamu ikut sana dealing party sama Pak Sarno", Pak Anto memerintah Caramel yang masih menyimak dengan wajah bingung.
"Loh kok jadi Caramel sih yang ikut?" Ya kamu toh kan kamu asisten manager, kan Managernya lagi ke pusat, terus Nadia juga dah pindah ke pusat. Ya kamu yang sekarang gantiin tugasnya mereka. Ayo berangkat, udah ditunggu dari tadi sama orangnya", sahut Pak Sarno.
Caramel masih kaget dan bingung atas situasi ini. Kenapa harus dia yang disuruh, padahal itu bukan tugas yang harus dia kerjakan, dan sekarang dia sedang mengerjakan tugasnya.
"Gapapa, sekali - kali dia yang ikut, biar dia bisa", jawab enteng Pak Anto.
"Lah kenapa jadi saya yang harus ikut Pak?" kini Caramel menyuarakan pendapatnya.
"Ya gapapa, dari pada kamu disini gak ngapa - ngapain, ikut aja sono biar tau caranya", Pak Anto tetap dengan pendiriannya.
Rasanya ingin sekali Caramel mengumpat Pak Anto saat ini langsung di depannya. Dia heran, punya dendam apa sampai Pak Anto selalu mengganggunya, menyindirnya bahkan membuat moodnya selalu mendadak jadi buruk.
"Ini saya lagi ngerjain tugas saya Pak, nih belum selesai."
"Halah ngerjain gitu aja gampang, nanti juga bisa dikerjakan setelah pulang dari sana", enteng sekali jawaban dari Pak Anto membuat darah Caramel mendidih.
"Lalu Bapak ngapain disini? Bukannya ini tugas Bapak ya? Kenapa jadi saya yang harus berangkat?" Akhirnya meluaplah sudah kemarahan Caramel. Rasanya kesabarannya menghadapi Pak Anto sudah diluar batas. Selama ini dia selalu tersenyum ketika Pak Anto menyindir ataupun mengganggunya dengan kata - kata pedasnya yang sangat menyakitkan hati, namun Caramel hanya menanggapinya dengan senyuman meskipun hatinya sakit.
"Ya masa' apa - apa harus aku? Kamu kan bisa. Ya udah sono kamu berangkat biar cepat pulang dan kerjain tuh tugasmu lagi", Pak Anto tidak mau kalah dengan Caramel, dia memberikan jawaban dan alasan yang mengada - ada, selalu saja seperti itu, pada siapapun jika berdebat dia tidak mau disalahkan.
"Kenapa harus saya? Kenapa bukan yang lainnya? Itu anak - anak lagi pada leha - leha gak ada kerjaan di luar. Kalau pengen yang cewek tuh ada banyak waitress yang nganggur. Kan jam makan siang udah selesai", Caramel menjawab dengan emosi. Dia luapkan semuanya hingga matanya berkaca - kaca.
"Aku nunjuknya kamu yang berangkat, bukan mereka. Udah kamu berangkat sana sama Pak Sarno sekarang, jangan banyak alasan", Pak Anto berlalu ke luar kantor agar Caramel tidak bisa menjawabnya lagi.
Pak Sarno hanya bengong sedari tadi melihat perdebatan Caramel dengan Pak Anto. Dia menatap sendu Caramel, mungkin dia kasihan pada Caramel karena tidak mungkin dia tidak tahu semua yang terjadi di tempat itu. Karena memang Pak Sarno ini bersahabat dengan karyawan yang lain terutama para lelaki. Dan karyawan wanita yang dekat dengannya atau akrab dengannya hanya Caramel, karena dia seperti melihat putrinya sendiri. Memang Caramel yang umurnya baru lulus SMA dan masih sangat polos dan lugu, terbukti ketika mereka semua sedang berbicara tentang hal dewasa, Caramel dengan lugunya bertanya pada mereka tentang apa yang sedang mereka obrolkan, selalu saja mereka disuguhi pertanyaan seperti itu tatkala Caramel bergabung dengan mereka. Akhirnya mereka tahu bahwa Caramel memang benar - benar gadis lugu yang masih polos, belum pernah pacaran atau pun menjalin hubungan dengan lawan jenisnya.
"Ayo Nduk kita berangkat, udah ditungguin ini sama orangnya dari tadi", Pak Sarno menggeret lengan Caramel keluar dari kantor menuju mobilnya.
Caramel hanya menurut dan berjalan menuju mobil dengan muka yang ditekuk. Semua teman - teman kerja yang cowok melihat heran Caramel, cewek incaran mereka digandeng lengannya ke luar dari kantor dengan wajah cemberut dan ekspresi wajah yang sepertinya menahan amarah. Sampai - sampai dia lupa belum berpamitan dengan Leadernya. Di dalam mobil Caramel hanya diam menahan rasa marah dalam hatinya. Dadanya bergemuruh, jiwa bar - bar nya ingin ke luar untuk melabrak Pak Anto, namun dia tahan karena masih menghormati orang yang lebih tua darinya. Dia rasa dengan dia berperilaku seperti tadi saja sudah menjadi tamparan bagi Pak Anto, mungkin dia tidak menyangka bahwa gadis yang biasanya ceria, penurut dan diam saja jika dipojokkan sekarang berani melawannya meskipun hanya lewat perkataannya saja.
"Udah Nduk senyum dong kayak biasanya biar cantik", bujuk Pak Sarno di dalam mobil yang sudah dia lajukan menuju lokasi pertemuan.
"Mangkel aku Pak, kesel. Kenapa sih dia itu selalu seenaknya aja? Lagian dia ngapain di sana, kerjanya cuma mondar - mandir, tidur, makan, pacaran sama waitress, itu Si Alda. Gak punya malu ngatain aku gak ngapa - ngapain padahal dirinya sendiri yang makan gaji buta. Kasihan ya Pak istrinya gak tahu kalau suaminya di tempat kerjanya malah pacaran", Caramel mengeluarkan semua unek - uneknya dan kemarahannya pada Pak Sarno.
Pak Sarno hanya terkekeh mendengar Caramel yang begitu lancar mengeluarkan unek - uneknya tanpa menghela nafas sama sekali.
"Hahaha... Ya udah biar aja dia gitu, nanti juga kena sendiri. Kan enak to keluar sama Bapak, sekalian kita cari makan siang semau kamu mau makan apa kita nanti."
"Ah Bapak mah gitu, orang lagi sebel malah diledekin diajakin makan. Enak sih bisa jalan - jalan keluar gak di kantor mulu, cuma kan kerjaan ku masih banyak Pak. Laporannya kan nanti malam harus dikirimkan", Caramel kembali berkeluh kesah. Ternyata dia benar - benar lupa belum berpamitan pada Revan, Leadernya. Bahkan sekarang pun dia tidak menghubunginya. Kekesalannya pada Pak Anto bagaikan kabut yang menutupi pikirannya.
Mobil berhenti di parkiran gedung perkantoran sebuah Bank Swasta. Mereka berencana akan mengadakan acara family gathering di tempat kerja Caramel karena menurut mereka tempat kerja Caramel sangat cocok untuk acara tersebut karena memiliki fasilitas untuk acara yang akan diadakan. Mereka diarahkan ke sebuah ruangan pertemuan. Caramel memandang seluruh ruangan, menyisir tiap inchi ruangan tersebut. Baru kali ini dia memasuki ruangan seperti ini.
Masuklah seorang pria berpakaian rapi, memakai setelan jas lengkap dengan dasi, umurnya berkisar 40 tahunan lebih, dia ditemani oleh dua orang wanita yang mungkin itu asistennya dan sekretarisnya. Entahlah mereka tidak diperkenalkan, mereka hanya saling berjabat tangan. Namun pria yang mereka panggil bos itu sempat melirik Caramel pada saat masuk ke dalam ruangan, kemudian dia bertanya pada Pak Sarno,
"Apa kabar Pak? Siapa ini Pak? Cantik ya", pria itu yang dipanggil Pak Dani oleh Pak Sarno berjabat tangan dengan Pak Sarno.
"Oh ini, cantik ya Pak? Dia bagian ngitung - ngitung duit Pak", canda Pak Sarno untuk mencairkan suasana. Oak Dani pun mengangguk dan tersenyum menanggapi pertanyaan dari Pak Sarno.
Kemudian Pak Dani mengulurkan tangan pada Caramel, dan otomatis Caramel menerima jabatan tangan Pak Dani tersebut. "Caramelia Pak", Caramel memperkenalkan dirinya. Namun dia membelalakkan matanya ketika dia Pak Dani melakukan cipika cipiki alias cium pipi kanan cium pipi kiri pada Caramel.
"Cantik ya kamu", Pak Dani melepaskan jabatan tangannya dan melihat Caramel dari atas sampai bawah, membuat Caramel tidak nyaman. Caramel hanya tersenyum canggung, dia bingung harus berbuat apa. Bukan karena dia suka akan diperlakukan seperti itu, namun dia harus bersikap profesional. Bukankah dia harus menghormati orang yang lebih tua dan orang itu merupakan klien dari tempat dia bekerja. Jadi dia harus memendam rasa tidak nyaman dan marah pada orang tersebut. Pak Sarno dan dua wanita yang ada di situ tertawa menanggapi omongan dan perlakuan Pak Dani yang sempat membuat Caramel canggung.
Setelah mereka membahas semuanya dan menandatangani berkas - berkas yang disediakan, Pak sarno berpamitan undur diri, namun pak Dani mencegahnya untuk menemaninya makan siang. Pak Sarno melirik ke arah Caramel dan mengerti jika Caramel moodnya sedang buruk, jadi Pak Sarno tidak mau mendapatkan amukan dari Caramel, maka Pak Sarno menolak ajakan Pak Dani untuk makan siang bersama. Mereka kembali berjabat tangan dan lagi - lagi Pak Dani melakukan hal yang sama seperti tadi pada Caramel, pipi Caramel lagi - lagi diciumnya, bukan di cium yang gimana - gimana, tapi di cipika cipiki sambil berjabat tangan. Caramel merutuk dalam hati, tidak pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini. Ketika keluar dari ruangan pun Pak Dani masih melirik seperti mendamba akan Caramel. Dan Caramel pun tahu arti dari tatapan itu, apalagi terlihat smirk di wajah Pak Dani ketika melirik Caramel. Bulu kuduk Caramel meremang melihatnya. Namun Pak Sarno memberi kode pada Caramel untuk menanggapi Pak Dani. Pak Sarno menyenggol lengan Caramel, otomatis Caramel senyum pada Pak Dani.
Di dalam mobil, Caramel mendengus kesal, dia menghela nafas berat. Pak Sarno terkekeh melihat Caramel seperti itu.
"Tenang to Nduk, gak usah kesel gitu. Dari tadi kok gak selesai - selesai keselnya", Pak Sarno melemparkan candaannya untuk membuat Caramel kembali ceria.
"Aaaarghhhhh..... pipikuuuuuuuuu..... hiks... hiks... pipiku udah gak perawan lagi, hiks... hiks...hiks... pipiku ternoda... huwaaaa", Caramel histeris mengingat saat dia berjabat tangan tadi dengan Pak Dani. Caramel termehek - mehek tanpa keluar air matanya.
"Hahahaha.....", Pak Sarno tertawa terbahak - bahak melihat tingkah Caramel.
Caramel melirik tajam pada Pak Sarno,
"Ish Bapak mah gitu, bukannya bantuin gitu tadi, malah ngetawain", bibir Caramel mengerucut sebal.
"Lah malah ngambek. Udah dibantuin gitu loh tadi, pas diajak makan siang kan udah tak tolak. Padahal aku lapar banget koh Nduk", Pak Sarno masih saja terkekeh melihat wajah Caramel yang masih saja ditekuk dan bibirnya masih mengerucut.
Tiba - tiba raut wajah Caramel berubah biasa, "Aku juga lapar loh Pak", matanya berbinar mengajak Pak Sarno untuk segera mengisi perut yang cacingnya udah pada demo minta diisi makanan. Tapi kemudian wajahnya kembali ditekuk lagi, "Tapi aku lagi sebel iiih, masa' dari pagi bikin kesel mulu ih orang - orang ini. Hufft.... ", Caramel menghela nafas panjang.
"Yaudah kita cari makan dulu biar gak bad mood lagi", Pak Sarno masih saja terkekeh, padahal kini dia sedang mengemudikan mobilnya, namun seperti mendapat hiburan melihat kelakuan Caramel yang sedang ngambek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sandisalbiah
pilos banget si Mel... tp aku lebih seneng kalau kamu sedikit galak loh... biar org² gak ngeremehin kamu, terutama si Anto itu...
2023-10-01
0
Sandisalbiah
hadeehh....gemesin banget si Caramel ini..... thor.. jgn bilang kalau pak Anto jutekin Caramel krn dia juga naksir tuh..? 🤔🤔🤔
2023-10-01
0
Lili
wkwkwk pipinya udah gak perawan😂😂😂
2022-04-28
1