Raymond POV
Malam itu aku baru saja datang dari bandara dan langsung menuju restauran tempat aku bekerja besok menjadi seorang Chef sekaligus CEO di tempat ini. Tubuhku terasa sangat capek, ingin sekali aku beristirahat di kamar hingga besok pagi. Perjalanan dari Paris begitu jauh, membuat tubuhku ingin dimanjakan oleh air hangat dan kasur yang empuk. Namun semua itu hanya khayalanku saja, karena malam ini aku harus datang menghadiri acara soft opening tempat aku bekerja besok. Dengan setelan jas mewah yang terlihat pas dan keren sekali di badanku, aku menghadiri acara tersebut. Pada saat aku akan memasuki restauran, aku terpanah melihat gadis cantik berkebaya yang berdiri sendirian menyambut para tamu dengan senyum manisnya yang begitu berkesan untukku. Senyuman gadis itu mampu membuat jantungku berdebar dan ingin selalu menatap wajahnya. Aku terkaget ketika ada tangan yang melingkar di pundak ku, menyadarkan ku dari lamunan indah tentang gadis cantik dengan senyuman manisnya menyapaku. Ternyata karena Daddy ku lah yang membuat gadis tersebut ada di hadapanku. Dia diajak oleh seorang wanita yang memakai baju kerja yang begitu ketat menyapa Daddy ku dengan begitu hormat. Si gadis cantik itu tampak malu - malu dengan senyum manis yang selalu mengembang di bibirnya yang terdapat belahan di bibir bawahnya. Ah... ternyata sedetail itu aku memperhatikannya. Ku rasa aku sudah jatuh pada pesonanya. Baru kali ini aku merasakan seperti ini. Ku pandangi wajah gadis itu seolah tak ada bosannya. Wanita yang mengajaknya kini memperkenalkan dirinya dan gadis tadi itu kepada Daddy ku. Ternyata wanita tadi itu marketing disini, dan gadis cantik pemilik senyum manis itu adalah seorang kasir disini. Namun yang menjadi tanda tanya dan yang membuat aku menjadi heran adalah, mengapa dia sendirian yang menyambut tamu dengan memakai kebaya? Siapa yang menyuruhnya? Ah jika tau yang menyuruhnya memakai kebaya hari ini, aku pasti akan berterima kasih padanya, karena di hari pertama aku datang telah disambut oleh seorang bidadari berkebaya yang sukses membuatku melupakan rasa lelah yang sedari tadi aku keluhkan. Pakai kebaya aja cantik, apalagi jika dia memakai dress yang begitu cantik? Aaah... tidak bisa aku bayangkan, rasanya otak ku sudah dipenuhi oleh wajah gadis yang baru aku temui ini.
Daddy ku yang merupakan pemilik dari perusahaan ini begitu disambut disini, sedangkan aku adalah seorang penerus yang telah diberi wewenang oleh Daddy sebagai CEO sekaligus Chef disini. Namun aku tidak begitu saja puas dengan hasil pemberian dari orang tua ku, aku memiliki banyak usaha sendiri yang aku rintis mulai dari nol dan tanpa bantuan Daddy ku. Sebenarnya aku menolak untuk menjadi CEO disini, namun Daddy sangat marah jika aku menolaknya, dia memberikan beban semua perusahaannya pada ku, meskipun Daddy masih aktif bekerja, namun dia hanya untuk membantuku saja.
Daddy ku merupakan turunan dari Jepang dan Inggris, sedangkan Mommy ku merupakan turunan dari China dan Indonesia. Jadi bisa dibayangkan darah yang mengalir di tubuhku adalah darah dari berbagai negara. Hahaha... kadang aku suka tertawa karena mengingat asal usul dari keluarga Mommy dan Daddy ku yang mempunyai darah turunan dari berbagai negara itu. Dan kini dihadapan ku, aku menemukan seorang gadis yang baru kali ini ingin aku jadikan pendamping hidupku. Entah mengapa, padahal aku baru bertemu dengannya dan belum pernah berbincang dengannya, namun aku begitu yakin pada perasaanku yang teramat sangat menginginkannya.
Daddy mengenalkan ku pada mereka sebagai Chef di tempat ini. Aku berjabat tangan dengan wanita yang bernama Nadia yang katanya sebagai marketing disini, aku tidak merasakan hal spesial apapun, sama seperi aku berjabat tangan dengan teman - teman wanita ku yang lain.Eh tapi bukan teman wanita yang bagaimana - bagaimana ya, teman wanita yang benar - benar teman, ya seperti teman kuliah misalnya dan teman kerja ku sewaktu di Paris. Namun, pada saat aku berjabat tangan dengan Caramelia Faraza, nama gadis yang menyita perhatian mataku sedari tadi, jantungku serasa berdegup kencang dan rasanya ingin sekali selalu menatap wajahnya. Tapi ya.... kami tidak dapat berlama - lama ngobrol bersama, karena dia bertugas sebagai penerima tamu dan aku, tentu saja aku mendampingi Daddy ku meresmikan restauran ini. Aku harap besok kita akan bertemu lagi bahkan aku ingin lebih dekat dengannya. Tunggu saja kau.... gadisku....
Raymond POV end
"Nih dia nih artisnya kita baru datang", sindir Pak Anto ketika melihat Caramel membereskan makanan dan minuman yang bertuliskan namanya di atas meja kasir.
Caramel menoleh kaget melihat mereka berdua yang tiba - tiba sudah ada disitu.
"Artis?" Caramel menoleh ke kanan dan ke kiri mencari seseorang dan ternyata di tempat itu hanya ada mereka bertiga.
"Ya kamu itu artisnya tempat ini", jawab Pak Anto yang sepertinya meledek tapi juga merendahkan.
"Maksudnya?" Caramel tidak mengerti mengapa dia dipanggil seperti itu oleh Pak Anto.
"Kamu tuh udah kayak artis aja. Tuh foto kamu dijadikan wallpaper di HP nya anak - anak cowok sini", sindir Pak Anto kembali.
"Foto? Foto apaan sih Pak? Fotonya siapa?" geram Caramel karena sedari tadi dia merasa bingung atas perkataan Pak Anto yang seperti teka - teki baginya.
"Ya fotomu lah, pakai pura - pura gak tau lagi. Itu foto kan yang jadi wallpaper di HP mu, dan sekarang foto itu jadi wallpaper HP mereka", jelas Pak Anto yang sekarang melihat - lihat makanan dan minuman di meja kasir yang tertulis nama Caramel di kertas yang berada di atas bungkus makanan dan minuman.
"Hah?! Kok bisa mereka dapat fotoku? Dari mana?" tanya heran Caramel dengan wajah bingungnya.
"Halah gak usah pura - pura, palingan juga kamu sendiri yang ngasih kan?" tuduh Pak Anto pada Caramel.
"Aku gak pernah ngasih fotoku yang itu ke siapa - siapa Pak. Bahkan aku gak pernah upload fotoku yang itu ke media sosial ku yang mana pun dan juga gak pernah aku jadikan sebagai foto profil sekali pun", sanggah Caramel yang mulai jengah atas tuduhan - tuduhan yang tak beralasan itu.
"Lah mereka dapat dari mana dong fotomu?" masih saja Pak Anto menyudutkan Caramel.
"Ya gak ngerti lah. Aku juga bingung. Orang aku tuh gak pernah ngasih fotoku yang itu ke siapa - siapa kok. Cuma aku jadikan sebagai wallpaper di HP ku aja", ulang Caramel agar dipercaya bahwa omongannya benar adanya.
"Enak ya jadi kamu, pagi - pagi udah dapat makanan dan minuman ", sahut Pak Luki yang mendekat dan melihat - lihat makanan dan minuman yang bertuliskan nama Caramel tadi.
"Bukan hanya disini aja loh, di meja restauran juga ada banyak. Gila ya mereka sampai segitunya nyiapin makanan dan minuman pagi - pagi gini buat kamu. Belum yang entar sore datang, wah dapat banyak tuh. Eh kamu kasih apa aja sih mereka sampai kayak gitu ke kamu?" lagi - lagi Pak Anto menuduh dan memojokkan Caramel.
"Kasih apa? Gak pernah ngasih apa - apa tuh ke mereka", jawab Caramel dengan hati yang dongkol, namun dibuat santai agar tidak dikira tak sopan pada atasan dan pada orang yang lebih tua.
"Lah kan mereka sering nganter kamu, katanya bahkan mereka sering ke rumah kamu", tuduh Pak Anto kembali.
"Nganter. Cuma sekedar nganter sampai depan rumah aja Pak, mereka juga gak pernah mampir masuk ke dalam rumah kok. Dan soal mereka main ke rumah itu pun cuma sebentar, cuma beberapa menit aja dan orang tua saya ada disitu, mereka tidak pernah meninggalkan saya berduaan dengan lawan jenis, apalagi di dalam rumah pak. Jadi saya mohon pak, stop untuk menuduh saya yang tidak - tidak. Dan, oh iya, masalah semua makanan dan minuman ini saya tidak tau siapa yang ngasih. Untuk foto, saya juga berani bersumpah bahwa saya tidak memberikannya kepada siapa pun tak terkecuali", Caramel mulai membersihkan tempat itu hanya beberapa menit saja dan kemudian dia berpamitan untuk kembali ke dalam restauran.
"Maaf Pak, saya ke dalam dulu. Untuk makanan dan minuman itu jika Bapak mau silahkan saja ambil. Saya udah hafal kok berapa jumlahnya, jadi gak usah sungkan, ambil aja, gratis", Caramel meluapkan sakit hatinya melalui kata - katanya kemudian Caramel keluar dari area kasir permainan itu.
Hatinya begitu sakit, dia marah karena merasa dituduh yang tidak - tidak sepagi ini, membuat moodnya memburuk. Pagi ini hilanglah sudah sikap sopan pada atasan dan orang yang lebih tua darinya. Tidak peduli apa reaksi mereka atas tindakannya, yang dia pedulikan saat ini adalah harga dirinya yang sepertinya sudah diinjak - injak.
Pagi adalah awal dari sebuah hari, dan awal hari ini begitu buruk bagi Caramel. Rasanya dia ingin teriak menyuarakan bahwa dia tidak menyukai semua tindakan dari Pak Anto. Dengan sikapnya barusan, sepertinya Caramel sudah menabuh genderang perang dengan Pak Anto. Dulunya dia selalu memperhatikan semua tindakan dan ucapannya pada semua orang, terutama pada orang yang lebih tua darinya dan atasan - atasannya di tempat dia bekerja.
Ah, ingin rasanya dia memutar waktu dan meyakinkan Ibunya untuk kuliah. Sebenarnya Caramel sudah diterima berkuliah di kampus yang berada di luar kota, karena sesuai pilihannya yang ingin berkuliah di luar kota, ingin sekali dia merasakan masa - masa kuliah dan menjadi anak kos, namun sang Ibu tidak mau melepaskan anak putrinya ini. Ibu benar - benar menolak dan tidak mengijinkan Caramel untuk berkuliah di luar kota. Ibu menyarankan agar Caramel berkuliah di kampus dekat rumahnya saja. Ah, apa - apaan ini, masa' iya dari TK sampai kuliah di kota yang sama, sekali - sekali dia ingin merasakan berada di luar kota. Namun Ibu bersikeras menolaknya, karena Ibu sangat khawatir dengan putrinya itu, bagaimana dia bisa hidup sendirian di sana, bagaimana nantinya dia bisa makan, bagaimana dia pulang pergi ke kampusnya, bagaimana dia mengurus dirinya, semua itu yang menjadi pertimbangan Ibu. Namun Caramel merasa sedih dan iba pada dirinya sendiri karena tidak bisa merasakan seperti yang dirasakan teman - temannya. Padahal mereka sudah merencanakan semuanya bersama - sama. Jiwa berontak Caramel pun muncul, karena seusia Caramel saat itu usia dimana mereka mulai memberontak. Namun, Caramel pun luluh karena melihat air mata Ibun nya yang luruh karena beliau tidak bisa melepaskan putrinya jauh darinya. Caramel pun sadar bahwa apapun yang dia lakukan jika tanpa restu Ibunya maka tidak akan berhasil tanpa restu dan ridho sang Ibu, surganya. Maka Caramel pun mengurungkan semua keinginannya, bahkan cita - citanya saat itu yang ingin sekali menjadi seorang dokter ataupun tenaga kerja medis yang lainnya. Dan kini dia hanya berijazah SMA karena tidak mau melanjutkan kuliah, meskipun kedua orang tuanya memaksanya untuk kuliah. Dia merasa sudah malas karena kuliahnya bukan atas pilihannya sendiri, dan itu juga merupakan salah satu sikap berontak Caramel terhadap orang tuanya, yang tanpa ia sadari malah kini menjadi boomerang baginya. Dia merugi karena tidak berkuliah, karena sikap berontaknya dan egoisnya itu. Hingga pada suatu pagi, disaat sehari setelah dinyatakan lulus, dia pergi mencari pekerjaan meskipun ijazahnya belum keluar. Ibunya memohon agar Caramel tidak mencari pekerjaan dulu, karena orang tuanya masih bisa mencukupi kebutuhannya, dan Ibu berharap Caramel beristirahat dahulu agar pikirannya tenang dahulu dan bisa berkuliah lagi nanti. Namun lagi - lagi dia menolaknya dengan alasan dia tidak bisa menganggur karena tidak enak jika menganggur di rumah. Padahal itu hanya alasannya saja, sebenarnya dia berontak dengan caranya ini, agar orang tuanya menyetujuinya kuliah di luar kota. Dan dia memohon pada Ibu agar Ibu bisa meridhoi keinginannya itu. Akhirnya Ibu luluh dan mengabulkan keinginan putrinya itu, dia mengijinkan Caramel mencari kerja, namun tidak untuk berkuliah di luar kota. Dan diluar ekspektasi Caramel, dia langsung diterima bekerja dengan posisi yang bukan pemula menurut yang lain, mengakibatkan rasa iri dari rekan - rekan kerjanya.
Caramel begitu syok ketika mengetahui dirinya diterima bekerja bahkan dia belum menerima ijazah, namun dia juga bingung karena sebenarnya dia tidak sungguh - sungguh ingin bekerja, sebenarnya dia hanya ingin menunjukkan pada orang tuanya jika dia tidak diterima bekerja karena dia hanya lulusan SMA. Tapi apa ini? Mengapa dia jadi diterima bekerja dan bahkan ditempatkan di posisi yang bukan untuk pemula. Ya memang sih pada saat tes dia melakukan serangkaian tes dan wawancara dan hasilnya memang memuaskan baik secara lisan ataupun tertulis. Mereka memberitahukan bahwa nilai tes Caramel sempurna.
Nah loh, jadi bingung kan dia. Niat hati hanya ingin memberontak, tapi sekarang malah benar - benar dia diterima bekerja. Mau bagaimana lagi, akhirnya dia masuk perangkapnya sendiri. Dari sini lah dia sadar bahwa restu dan ridho orang tua sangat berperan, apalagi restu dan ridho dari seorang Ibu.
Kembali ke masa sekarang dimana seorang Caramel harus menghadapi kenyataan, dimana dia menjadi target rekan - rekan kerjanya. Sebagai target bahan taruhan rekan - rekan kerja cowok, dan menjadi target rasa iri dan sindiran dari rekan - rekan kerja cewek di tempat kerjanya. Ah, terasa pusing tiba - tiba kepala Caramel. Pagi - pagi sudah berat saja beban pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sandisalbiah
dimana² biasanya yg mulutnya julid plus lemes itu cewek, lah ini.. pak Anto dan pak Luki.. mulutnya julid amat kek banci.. heran.. 🤔🤔
2023-10-01
0
Lili
lanjuuuuut
2022-04-27
1