"Aku mau mandi dulu, ya. Keringatan, nih!" Darren langsung berdiri sambil membuka kancing-kancing kamejanya.
Karen hanya bisa menghentak-hentakkan kakinya. Ia tak bisa membayangkan tinggal seatap dengan Oma Belle yang memiliki pikiran kolot dan selalu mengedepankan aturan serta tata krama. Belum lagi, Oma Belle adalah tipe orangtua yang tidak bisa dibantah. Sedangkan dirinya adalah mahluk bebas yang tak mau terikat aturan apa pun.
Sedang kesal, tiba-tiba dia teringat ucapan Darren barusan. "Tunggu, tunggu! Tadi dia bilang apa?" tanya Karen pada diri sendiri, sesaat kemudian matanya langsung membesar. "Keringatan?! Dia berkeringat? Emangnya dia habis ngapain di kampus? Lari maraton? Atau jangan-jangan ...." Karen tak melanjutkan kalimatnya, tetapi langsung membayangkan gadis yang bersama Darren di koridor tadi. Ia menggeleng-geleng cepat sambil menepuk kedua pipinya seiring otak kotornya mulai bekerja. "Enggak! Enggak! Enggak mungkin mereka ngelakuin itu di kampus!" Karen memasang wajah tak percaya atas prasangka negatifnya sendiri. "Tunggu, tapi mereka bukan orang bodoh. Enggak bisa di kampus, tapi bisa di tempat lain, kan? Hotel misalnya." Karen malah membuat sebuah analisis dadakan layaknya Sherlock Holmes.
Kini, tak hanya matanya yang membulat, mulutnya pun ikut membulat seukuran bola kasti. Secara refleks, ia menoleh ke kamar mereka, lalu berjalan masuk terburu-buru. Di kamar, ia mengambil kameja yang baru saja dilepas suaminya saat hendak mandi. Ia menggunakan Indra penciumannya untuk mencari tahu aroma yang melekat di kameja itu. Harus diakui, wanita jika sudah menaruh curiga, kemampuan selidiknya bisa mengalahkan POLRI, FBI, CIA hingga SWAT.
"Aku harus pastiin apa ada parfum cewek yang nempel," gumamnya sambil terus mengendus setiap inci kain layaknya hewan pelacak.
"Lagi ngapain?" Suara Darren yang datang dari arah belakang, tiba-tiba mengejutkannya sehingga kedua bahunya refleks terangkat.
Karen berbalik pelan, menatap suaminya yang hanya memakai handuk untuk menutupi setengah tubuhnya.
Karen melebarkan bibirnya, mengulas senyum yang dibuat-buat sambil mengambil kameja dan celana Darren. "Lagi beres-beres. Ini aku mau cuci dulu, ya?"
"Heh? Tumben kamu rajin," ucap Darren sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Kan Oma kamu mau tinggal di sini. Jadi mau gak mau aku harus belajar jadi istri yang baik di matanya."
Darren menyunggingkan senyum sambil mengacak-acak rambut Karen. Entah kenapa, dia senang mendengar kalimat yang baru saja meluncur di mulut gadis itu.
Karen langsung keluar kamar sambil membawa pakaian Darren. Ia bernapas lega sambil bersandar di tiang pintu.
"Tidak ditemukan parfum cewek. Aman berarti!" Dengan kata lain, penyelidikan pun berakhir.
Sore hari, Oma Belle pun datang dengan membawa satu koper berukuran sedang. Hal ini membuat Karen senang, karena itu berarti Oma Belle tak akan berlama-lama di sini. Karen langsung mengajak Oma Belle menuju kamarnya.
"Ini kamar Oma. Udah aku bersihin barusan," ucap Karen. Padahal yang membersihkan kamar itu adalah Daren.
"Hah? Baru dibersihin? Berarti sebelumnya kotor, dong!" ucap Oma Belle sambil menatap sekeliling hingga langit-langit kamar.
"Eng ... a ... maksudku sepreinya baru aja diganti," balas Karen tergagap.
"Oooo ...." Oma Belle masuk sambil menarik kopernya.
"Ih, kayak gitu aja masa gak ngerti!" ketus Karen dalam hati. Ia menatap punggung Oma Belle yang membelakanginya, lalu mengangkat ujung bibirnya ke atas.
Saat makan malam bersama, lagi-lagi Oma Belle menyinggung soal kehamilan.
"Jadi gimana? Kalian dah Konsul ke dokter kandungan, belom?"
"Belum, Oma," sahut Karen sambil menatap Darren.
"Loh, kenapa?" Oma Darren mengerutkan keningnya.
"Aku bilang, kan, aku masih sibuk." Darren beralasan.
"Duh, seharusnya kamu mengutamakan ini dulu. Kalian harus cek kesuburan."
"Iya, Oma. Entar juga bakal Konsul, kok. Enggak usah terburu-buru juga. Pernikahan aku sama Karen kan baru dua bulanan." Darren berusaha memberi pengertian pada Omanya.
"Oh, iya, kayaknya Oma harus manggil ahli Fengshui¹ biar dia bisa menerawang energi yang ada di apartemen ini. Apakah lebih banyak energi positifnya atau malah banyakan negatifnya," ucap Oma sambil memerhatikan seisi ruangan.
Mendengar hal itu, suara hati Karen kembali menjerit. "Duh, mulai lagi deh! Kenapa gak sekalian manggil anak indigo, Indihome, indoapril, plus Indomie dan antek-anteknya!"
...----------------...
Keesokan harinya, Karen telah selesai mengikuti mata kuliah. Baru saja keluar dari kelas, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia tersentak saat tahu itu adalah panggilan dari Oma Belle.
"Sore, Oma," sapanya begitu mengangkat telepon.
"Karen, yuk, makan bersama! Oma lagi di resto favorit Oma sekeluarga, nih."
Oma Belle memberi alamat restoran tersebut agar Karen segera ke sana. Ya, mau tak mau gadis itu menemani Oma Belle makan seraya mendapat bonus tambahan ceramah gratis. Hingga tak terasa langit telah menggelap, Karen dan Oma Belle baru selesai menyantap hidangan di restoran. Mereka kemudian menaiki mobil yang dikemudikan supir Oma Belle. Sepanjang perjalanan, Karen tampak sibuk dengan gawainya. Rupanya, ia tengah berbalas-balasan pesan dengan Darren.
"Cepet pulang dong, Ren. Temani aku," pinta Karen memakai emoticon memelas.
"Aduh, sorry, nih. Malam ini aku lembur di ruang kerja. Ada yang harus aku selesaikan malam ini," balas Darren yang ternyata masih berada di kampus.
"Kok kamu lambat pulang? Terus gimana dengan aku dong! Aku gak mau sendirian bareng Oma di rumah."
Lima menit kemudian, Karen mengunci ponselnya saat Darren sudah tak lagi membalas pesan. Dia hanya bisa pasrah sambil menatap jendela kaca mobil.
Sesampainya di rumah, Oma Belle langsung menyeduhkan obat tradisional yang sempat ia bicarakan saat di restoran tadi. Dengan memasang ekspresi senang, dia memberikan minuman itu pada Karen.
"Ayuk, diminum dulu. Semoga setelah minum ini kamu langsung cepat ada isi."
Melihat wajah sumringah Oma, Karen tentu tak enak menolaknya. Dengan terpaksa ia mengambil gelas tersebut. Satu tegukan membuat lehernya tercekat. Wajar saja, rasanya pahit dan aromanya juga tak mengenakkan, seperti aroma sepatu yang baru dicuci lebaran kemarin. Sungguh menyiksa dirinya yang terbiasa makan aneka dessert premium dengan rasa yang legit.
Ternyata perutnya yang sering dimanjakan dengan makanan enak, benar-benar tak bisa menerima obat dari Oma belle. Terbukti, lima belas menit setelah meminum ramuan itu, Karen merasa tidak enak badan dan mual. Ia mengalami stomach culture shock, yang kalau bahasa kampungnya disebut 'Perut Kaget'.
Karen lari ke kamar mandi lalu memuntahkan seluruh isi perut. Keringat dingin mulai membanjiri dahinya. Sungguh, ini tak mengenakkan. Ia lalu mencoba berbaring mengambil posisi miring.
Karena terlalu sakit, ia sampai mencengkram seprei. Ia mencoba melakukan terapi EFT (Emotional Freedom technique)². Namun, sia-sia! Perutnya tetap terasa seperti orang yang sedang kontraksi. Dengan susah payah ia meraih ponselnya yang berdering di atas meja nakas. Tadinya, ia berpikir telepon itu dari Darren, ternyata dari ibunya.
"Halo, Mi," ucap Karen sambil menggigit bibir karena menahan sakit.
"Halo, Karen Sayang. Gimana pernikahan kamu?" tanya mami Valen.
"Ya, gak gimana-gimana," ucapnya dengan suara bergelombang.
"Darren perlakukan kamu dengan baik, kan?"
"Iya, dia baik kok."
Mendengar suara Karen yang lemah seperti menahan sakit. Mami Valen pun bertanya dengan nada khawatir. "Kamu kenapa? Kok kayak sedih gitu? Kalau ada masalah cerita dong sama mami. Kamu tuh anak satu-satunya mami, mami gak akan biarin anak mami hidup sengsara sama orang lain."
"Enggak kok, Mi. Ini aku lagi nonton drama Korea sedih banget," ucap Karen yang enggan membuatnya maminya khawatir.
"Ya, ampun. Kirain kamu kenapa-napa. Oh, iya, besok mami mau pulang ke Jakarta. Jemput mami di bandara, ya?"
"Oh, jadi mami mau pulang?"
"Iya, mami mau urus perusahaan. Habis ... papi kamu gak becus ngurusnya!"
Pada detik ini, wajah Karen mendadak menjadi sendu. Ia teringat dengan awal mula dijodohkan dengan Darren.
.
.
catatan kaki
Fengshui: seni dan ilmu warisan masyarakat China kuno yang digunakan dalam menata bangunan, benda, dan ruang dalam suatu lingkungan untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan dengan cara yang akan membawa kedamaian dan kemakmuran. (by Wikipedia)
terapi EFT: metode yang digunakan untuk menangani nyeri fisik dan tekanan emosional. Kita bisa melakukannya dengan cara mengetuk titik-titik tertentu pada tubuh buat mengembalikan keseimbangan energi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
𝒜𝓎
Kayaknya sifat somplaknya Karen nurun dari mamanya deh😂😂 suaminya aja di bilang gak becus🤣
2024-01-10
5
Kᵝ⃟ᴸ Xiin Chan⸙ᵍᵏ
pikiran mu sendiri membuat mu susah karen
2023-11-08
1
0neloey
sekalian panggilin anak Indonesia juga donk
2023-11-03
1