Sepasang suami istri itu duduk saling berhadapan di meja makan sambil menyantap hidangan yang mereka masak masing-masing. Karen melirik piring Darren yang berisi menu sarapan ala barat yang terdiri dari telur mata sapi, bacon, sosis dan roti panggang serta dilengkapi jus milk shake. Berbeda dengannya yang hanya sarapan dengan roti yang kemungkinan diimport langsung dari Afrika.
"Itu rotinya kenapa gosong kayak gitu?" Darren menahan tawa melihat penampakan roti Karen yang hitam dan mengeluarkan bau hangus.
"Enggak tahu, mesin panggangnya rusak kali."
"Enak, ya, jadi perempuan. Selalu ada aja yang bisa disalahin biar tetap bener," singgung Darren seraya mengingat pasal terkenal yang tak masuk dalam KUHP: Wanita selalu benar!
Ya, setelah diusut, ternyata penyebab roti itu gosong karena Karen memanggangnya sambil berdandan. Padahal, pagi itu ia mencetak rekor dandan tercepat dalam hidupnya, yaitu hanya memakan waktu lima puluh sembilan menit saja.
"Mau pergi bareng, enggak?" ajak Darren tiba-tiba.
"Hah?!" Karen ternganga mendengar tawaran suaminya, sampai-sampai roti yang ada dalam mulutnya ikut terjatuh di atas meja. Pasalnya, meski satu universitas, mereka malah selalu mengendarai mobil masing-masing. "Enggak, deh. Kalau dilihat orang-orang, kan, bakal runyam urusannya. Bakal masuk Lambe Turah kampus aku," tolaknya.
"Bener juga, ya!" Darren mengiyakan. Tampaknya ia lupa dengan peraturan yang dibuatnya sendiri agar Karen menjaga jarak dan bersikap formal padanya saat sedang berada di kampus.
Darren menyudahi sarapan, lalu berdiri sambil mengelap mulutnya. "Kalau gitu aku duluan, ya!"
"Eh, tunggu dulu!" tahan Karen sambil ikut berdiri.
Baru saja berbalik, Darren dikejutkan dengan aksi Karen yang tiba-tiba memeluknya dengan erat. Detik berikutnya, perempuan itu langsung mengalungkan tangan di lehernya yang kokoh, lalu mengecup singkat bibirnya Darren hingga membuatnya seperti kesetrum. Ya, bukan Karen namanya jika tak pandai menggoda pria berprofesi dosen itu. Dan bukan laki namanya, jika Darren tidak terpancing.
Meski kisah mereka pasangan suami istri yang bersatu karena keterpaksaan, tapi urusan libido mereka melakukannya dengan suka sama suka. Ya, kedua orang ini bukanlah pasangan pasutri-pasutri novel fiksi yang sering bersikap ala-ala kucing, malu-malu tapi mau. Pasangan ini adalah buas-buas harimau. Tidak mengenal malu karena sama-sama mau!
Sejenak, mata mereka bersirobok dalam jarak yang sangat dekat. Merasa terprovokasi dengan tatapan Karen yang seolah sedang menginginkannya, Darren langsung melingkarkan tangan di pinggang Karen, sedikit mengangkat tubuh perempuan itu lalu mendudukkannya di atas meja makan. Detik selanjutnya, bibir mereka kembali bersatu dalam suasana yang menggelora seakan mereka api yang saling melahap. Sisa susu yang masih menempel di bibir sensual Karen, membuat Darren semakin bersemangat memagutnya. Seolah dia adalah seekor lebah yang siap mengisap sari madu istrinya.
Karen menepuk-nepuk dada bidang pria itu, memberi kode untuk menyudahi ciuman panas mereka. Darren melepaskan tautan bibir mereka, menatapnya sayu seakan hendak melayangkan protes pada istrinya.
Karen tersenyum nakal, lalu menarik dasi Darren sehingga pria itu ikut tertarik ke sisinya. Berpikir Karen ingin mengulang ciuman mereka, Darren pun memejamkan mata sambil memiringkan wajahnya. Namun, ia terhenyak seketika kala telapak tangan mungil perempuan itu malah menahan bibirnya yang hendak melakukan pendaratan. Tak disangka, setelah itu Karen justru mengalihkan ciumannya dengan membuat tanda merah kebiruan di leher suaminya.
"Cap tanda udah laku!" ujar perempuan itu sambil tersenyum menggoda.
Darren hanya bisa termegap-megap. Ingin protes, tetapi dia juga menyukai aksi nakal istrinya itu. Dia juga sangat senang ketika Karen selalu menggodanya. Ya, mendapat sengatan drakula cantik di pagi hari adalah kejadian yang langka, bukan? Alhasil, ia pun hanya bisa menutupi bekas gigitan kecil Karen itu dengan menaikkan kerah kamejanya.
Sesampainya di kampus, Karen langsung berbaur bersama teman-temannya sambil membuat histori di Instagram masing-masing. Ya, kehidupan seorang Karen memang tak lepas dari gawai dan segala macam akun media sosial. Ia adalah salah satu selebgram yang memiliki satu juta followers. Jangan speechless dulu, satu juta followers itu tidak semua isinya manusia, sebagian besar berisi akun robot yang dipesannya dari jual beli followers.
Karen dan temannya yang bernama Nadya langsung menuju ke aula. Kebetulan hari ini ada acara penerimaan mahasiswa baru di fakultas mereka. Sejenak, ia menatap sekeliling ruangan. Tak biasanya hari ini para mahasiswi sudah memenuhi tempat itu.
Tak lama kemudian, Darren memasuki ruang aula. Pria dengan tinggi 189 cm itu langsung menarik perhatian para mahasiswi. Para mahasiswi langsung mengerumuninya bagaikan semut yang melihat gula. Beberapa dari mereka ada yang modus dengan menanyakan hal-hal terkait mata kuliah, sebagiannya lagi menunjukkan ketertarikan secara terang-terangan dengan menanyakan status pria itu.
"Pak, jomlo enggak, sih?" tanya salah satu mahasiswa.
"Mulai sekarang, stop menanyakan urusan pribadi orang!" celetuk Darren menohok.
"Ye, Pak, kan, kita penasaran dengan kissmark di leher Bapak. Habis dapat jatah, ya, Pak?" cengir para mahasiswi itu meski mereka tak senang dengan tanda merah di leher dosen idola mereka.
Darren tergugu. Secara refleks tangannya mengelus leher di tempat yang memiliki tanda tersebut.
"Yah, Pak, enggak usah ditutupi kali. Kita dah lihat juga," imbuh mahasiswa-mahasiswa yang selama ini menganggap Darren saingan mereka.
"Huhuhuu ... berarti bener, dong, Pak Darren dah ada yang punya. Duh bakal patah hati se-universitas nih," tandas beberapa mahasiswi termehek-mehek.
"Kapan nikahnya, Pak? Jangan lupa undang kita-kita, ya! Kita semua siap membantu. Bantu habisin katering maksudnya," sambung mahasiswa yang rambutnya gimbal.
Darren makin kerepotan menghadapi celotehan mereka yang menjadi-jadi. Secara tak sengaja, pandangannya bertemu dengan Karen yang juga menatapnya. Perempuan itu tampak melempar senyum tertahan, kemudian menjulurkan lidahnya. Darren merasa kesal karena sepertinya Karen sengaja meninggalkan tanda merah di leher untuk mengerjainya. Padahal, tadinya ia berpikir mungkin Karen sudah memiliki ketertarikan padanya sehingga tak ingin perempuan lain mengganggunya.
Acara pun dimulai, Darren naik ke podium untuk memberi sambutan mewakili para dosen fakultas ekonomi. Tubuhnya yang tinggi tegap, wajahnya yang memanjakan mata, ditambah lagi kemampuan bicaranya yang bagus seolah membius orang-orang dalam ruangan itu untuk mendengarkan pidatonya dengan penuh saksama.
"Duh, lihat, deh! Pak Darren ganteng banget! Kayak gini aja udah bikin aku klepek-klepek," ucap sahabatnya yang bernama Vera.
Karen hanya diam tak berkomentar. Soalnya, bukan hal baru lagi mendengar temannya begitu memuja dosen yang sebenarnya adalah suaminya sendiri. Ya, hal ini pula yang membuatnya tak kuasa menahan diri untuk tidak berkontak fisik dengan pria yang telah menjadi suaminya itu.
Karen kini malah membayangkan mimik wajah Darren ketika sedang bercumbu dengannya.
"Gawat! Kok otakku mendadak konslet gini"
.
.
.
jangan lupa like dan komen ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Nacita
parah yeeee kayanya centang biru sama kek s karen deh pengikutnya robot separooo 🤣🤣🤣
2024-11-26
0
Nacita
wkwkwk buas2 harimau 🤣🤣🤣🤣
2024-11-26
0
Putri Dhamayanti
bandel bangeeettt 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-07-02
1