Sepulangnya dari mall, Darren melihat wajah Karen yang tampak kusut seperti kertas tagihan utang yang diremas-remas. Ia berpikir, istrinya marah karena ia tertidur sepanjang pemutaran film dan salah membeli pembalut. Karena rasa bersalah, pria itu mencoba mendekati Karen yang tengah berbaring membelakanginya.
Saat hendak menyentuhnya, tiba-tiba ia mendengar erangan sakit yang tertahan dari mulut Karen.
"Kamu kenapa?"
Karen hanya bergeming sambil memegang perutnya. Ternyata, penyebab perempuan itu diam selepas pulang dari mall, karena menahan nyeri di perutnya akibat menstruasi. Mengerti akan hal itu, Darren pun mengusap perut Karen dengan lembut.
Karen terkejut ketika telapak tangan Darren yang besar dan hangat membelai perutnya seperti waktu itu. Ia makin tersentak saat Pria itu mengangkat kepalanya untuk masuk ke lengan yang kekar, kemudian lanjut memijat perutnya dengan gerakan memutar.
"Kalau kayak gini mendingan, enggak?" bisik pria itu.
Karen mengangguk dan hanya bisa diam dalam kungkungan suaminya. Lagi-lagi perlakuan manis Darren di ranjang, membuatnya tak mampu berkata-kata. Seolah Darren adalah ombak yang menggulung, lalu membawanya hanyut dan tenggelam ke dalam pusaran air.
Sayangnya, adegan ini tidak bertahan lama saat sebuah panggilan telepon mengusik keduanya. Darren terpaksa harus melepaskan Karen agar bisa menjawab telepon. Manik matanya melebar melihat nama panggilan yang tertera di layar ponselnya. Jempolnya tampak kaku, antara hendak menjawab atau tidak panggilan tersebut.
"Halo ...."
"Surprise! Aku udah balik ke Indonesia." Suara perempuan terdengar dari balik saluran telepon dan menembus langsung di telinga Karen.
"Oh, baguslah!" ucap Darren yang tampak bingung mengolah kata-kata.
"Siapa itu?" batin Karen bertanya-tanya. Ia mulai menajamkan pendengarannya.
"Kamu kok datar banget. Kaget, ya? Atau gak percaya pasti?" duga perempuan itu, "oh, iya. Bisa jemput aku, enggak? Aku juga dah kangen banget ma kamu!"
"Maaf, aku gak bisa. Lagi sibuk," tolak Darren dengan nada suara yang mendingin.
"Loh, bukannya ini weekend? Kamu gak ngajar, kan?"
"Sibuk bukan berarti harus mengajar, kan?"
"Apa kamu gak mau ketemu sama aku?"
Darren menghela napas dengan berat. "Sorry ...."
"Yah ... terus gimana dong! Siapa yang mau jemput aku." Perempuan itu malah merengek.
Darren menghela napas berat. "Ya, sudah. Entar aku pesankan grab buat jemput kamu." Setelah berkata, ia langsung mengakhiri panggilan teleponnya.
Darren terdiam beberapa saat sambil menatap layar ponselnya yang telah gelap, sebelum akhirnya meletakkan ponsel itu di atas nakas.
Karen mengintip ekspresi Darren yang berubah setelah menerima panggilan telepon dari seorang perempuan. Ia mencoba menebak dengan berkata, "Yang tadi itu ...."
"Mantan aku," sambung Darren tanpa menutup-nutupi.
Jawaban Darren membuat hati Karen mendadak melepuh. Ia langsung kembali berbalik memunggungi Darren. Melihat reaksi Karen yang tampak cemburu, Darren malah turut berbaring, menempel erat di punggung perempuan itu sambil mengintip mimik wajahnya yang menggemaskan.
"Dia mantan aku pas aku masih kuliah di London."
"Who cares?" ketus Karen.
(N: Who cares\= EGP)
"Aku sama dia lumayan lama, sih. Hampir enam tahun. Tapi kami pacaran bersih, kok," lanjut Darren.
"Terus? Penting gak sih info ini? Kenapa gak disiarkan aja ke seluruh radio di Jabodetabek terus umumkan juga lewat toa-toa masjid gitu kalau perlu posting juga di Lambe Turah biar semua orang tahu," ketus Karen dengan nada sewot.
Darren malah menyukai ekspresi Karen saat ini yang menurutnya sangat lucu. Pria itu menahan tawa, sambil mengelus rambut Karen dengan lembut.
"Aku ngomong gini, karena aku gak mau ada rahasia antara kita. Biar gimana pun kita ini suami istri."
"Kamu masih cinta, ya, sama dia?" tanya Karen pelan.
Darren tercenung dalam diam. Sehingga membuat Karen membuat kesimpulan sendiri.
"Oh, masih suka, ya ...." Perempuan itu memalingkan pandangannya.
"Enggak. Kan udah jadi mantan. Lagian hubunganku ma dia udah lama berakhir," jawab Darren.
Pada detik itu, Karen menoleh pelan ke arah Darren. Mata mereka bersirobok dekat. Entah kenapa, menatap netra legam pria itu membuatnya sedikit tenang dari ledakan emosi yang baru saja membuncah bak lava Merapi.
"Beneran?" tanya Karen sambil mencebik bibir tak percaya.
Darren mengangguk. "Dia hanya ada di masa lalu aku. Aku udah tutup buku sama dia." Ia lalu menatap Karen, memerhatikan ekspresinya, "kenapa kamu nanya kayak gini?"
"Kepo aja," jawab Karen singkat sambil menggulung-gulung ujung selimut. "Apa mantan kamu tahu kamu dah nikah?"
"Gak tahu kayaknya. Kalo pun tahu, ya ... gak papa, kan!"
"Aku takut," bersit Karen dengan suara nyaris tak terdengar.
Daren mengangkat sebelah alisnya. "Takut kenapa?"
"Kalau kamu balikan lagi sama mantan kamu. Terus aku jadi janda muda non prestasi, deh."
Tawa Darren pecah seketika mendengar jawaban sok lugu Karen. "Mana mungkin aku balik sama mantan aku. Ada-ada aja ...."
"Gimana gak mikir ke situ, kalau aku aja gak tahu perasaan kamu ke aku. Aku gak tahu apa kamu suka sama aku seperti aku suka sama kamu," ungkap Karen dengan nada suara yang nyaris tak terdengar.
"Gimana? Gimana?" tanya Darren cepat sambil menopang kepalanya.
Mata Karen melotot seketika menyadari telah keceplosan mengungkap isi hatinya. Merasa malu atas pengakuannya barusan, ia segera menutupi mukanya dengan selimut. Darren mengulas tersenyum sambil menarik selimut dengan perlahan hingga wajah Karen yang seperti tomat terlihat jelas.
"Aku juga suka kok sama kamu," ucap Darren seketika.
"Gak usah sok nyenengin hati orang!"
Darren mengapit sudut-sudut bibir Karen dengan jari telunjuk dan jempolnya sehingga membuat bibir perempuan itu maju seperti mulut bebek. "Kalau gak suka sama kamu, mana mungkin aku selalu nurutin keinginan kamu sampai rela berbohong sama kakek dan Oma aku."
Karen memegang pergelangan Darren agar pria itu segera menyingkirkan tangannya. Pada saat ini, pandangan mereka kembali bertemu dalam jarak yang cukup dekat. Masih mencapit sudut bibir perempuan itu, Darren perlahan mendekat lalu menekan bibir Karen dengan lembut. Hanya sebentar saja, ia langsung melepaskan kecupannya untuk memandang perempuan yang telah menjadi istrinya itu. Selanjutnya, ia kembali menempelkan bibirnya di atas bibir dingin Karen. Kali ini cukup lama, sebelum dilepaskan kembali.
Senyum tipis terurai dari bibir mereka masing-masing. Detik berikutnya, giliran Karen yang mengangkat sedikit kepalanya hanya untuk mendaratkan bibirnya ke bibir Darren. Hal itu sempat membuat Darren terkesiap. Namun, ia segera memejamkan mata, seraya menggerakkan bibirnya secara perlahan untuk memagut bibir bawah Karen. Perempuan itu membalasnya dengan ikut memagut bibir atasnya. Masih dalam posisi berciuman, Darren menarik lengan Karen dengan lembut, mengarahkan gadis itu agar bangun dalam posisi duduk. Keduanya saling berpelukan dengan bibir yang saling bercumbu basah, terus bergerak aktif, menari lincah bersama hingga terdengar suara peraduan bibir bagai musik pengiring yang memanaskan suasana.
Selama ini Karen kerap menganggap aktivitas ranjang yang mereka lakukan hanya sebatas penyaluran libido tanpa ada perasaan cinta. Namun, akhir-akhir ini Darren menunjukkan sisi berbeda. Sisi romantis yang tentu saja membuat hatinya meleleh.
Sedang larut dalam ciuman panjang yang menggairahkan, tiba-tiba Karen kembali merasakan nyeri di sekitar perutnya yang langsung membuatnya merintih.
"Kamu kenapa? Datang lagi sakitnya?"
Karen hanya mengangguk. Ingin rasanya ia mengumpat, karena nyeri di perutnya tak mau berkompromi saat dirinya sedang bermesraan dengan Darren.
"Ya, sudah, kamu istirahat aja!" Darren kembali membaringkan istrinya. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Karen saat suaminya berdiri.
"Tunggu, aku bikinin teh hangat, ya, buat kamu! Biar kamu agak nyaman."
.
.
.
like+ komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Rahimab Ima
bagus
2024-12-20
0
pipi gemoy
👍🌹
2024-03-13
1
𝒜𝓎
Ciyee udah saling menyatakan perasaan😂😂
2024-01-12
0