"A–apa? Jamu penyubur kandungan?" Karen tersentak hebat dengan mata yang terbelalak.
"Iya. Biar kamu cepat hamil. Oma udah pengen gendong cicit, loh," tutur Oma Belle sambil masuk ke dalam apartemen.
Sontak, Karen menggerutu dalam hati. "Apaan, sih, Minggu lalu bawain sayur toge terus maksain aku habisin satu mangkok, sekarang malah bawain jamu! Kenapa enggak sekalian bawa mesin pencetak anak otomatis ke sini!"
Oma Belle kembali memutar kepalanya ke arah Karen sambil melihat koyo yang menempel di sekitar kepala gadis itu.
"Kamu kenapa? Sakit?"
Karen memijat dahinya sambil menyengir. "Iya, nih, Oma. Lagi sakit kepala, mata kunang-kunang," ucapnya dengan mimik wajah sakit yang dibuat-buat.
"Jangan-jangan kamu udah ...." Oma Belle menatap perut Karen dengan wajah gembira.
"Enggak, kok, Oma. Ini cuma sakit kepala biasa," tampik Karen cepat.
"Eeh, masih jadi pengantin baru kok malah sakit. Entar kamu enggak bisa layani Darren, loh! Pasti dia lagi semangat-semangatnya, tuh!" Nenek Darren tertawa geli. "Kalau begitu kamu minum dulu nih jamunya. Biar fit dan kalian bisa bertempur kembali malam ini."
"Bertempur apaan? Dikira ini Rusia sama Ukraina apa?" batin Karen kembali menggerutu. Bagaimana tidak, setiap oma Belle datang, pasti selalu memaksa mereka agar segera memiliki anak. Menikah di usia muda seperti ini saja dia tak siap, apalagi jika harus segera menjadi seorang ibu. Bukan impiannya!
Karen menatap masam botol jamu yang disodorkan ke arahnya. "Aduh, Oma. Aku lupa barusan aku habis minum obat sakit kepala. Kayaknya enggak boleh campur-campur obat, deh." Karen mulai mencari alasan. Seumur hidup, ia tidak pernah meminum jamu. Baru mencium aromanya saja sudah membuatnya mual.
"Oh, iya, ya!" Oma Belle menarik kembali botol jamu tersebut.
Yes, akhirnya ....
"Kayaknya satu jam kemudian kamu dah bisa minum nih jamu."
"Ah, iya. Bener, Oma. Kalau gitu biar aku simpan dulu jamunya di kulkas. Entar aku minum, deh." Karen hendak mengambil jamu tersebut.
"Ettt ... gak baik minum yang dingin-dingin. Jamu itu lebih baik dikomsumsi di suhu ruang. Lagian Oma, kan, masih mau di sini sampai Darren pulang, sekaligus ngasih wejangan buat kalian berdua."
Mata Karen terbelalak. "Wejangan lagi?!" gumamnya dalam hati. Inilah yang disebut dengan perfectly damn! (Alias benar-benar sialan)
Ya, bisa ditebak, ini bukan kali pertama Oma Belle datang ke apartemen mereka. Selain memaksa agar ia dan Darren segera memiliki momongan, perempuan paruh baya itu juga selalu menceramahi pasangan suami istri itu.
Di sisi lain, Darren baru saja selesai mengikuti rapat akademik yang dipimpin langsung oleh rektor universitas tempatnya mengajar. Dia adalah dosen baru di universitas ini. Walaupun mengajar di sini baru sekitar tiga bulanan, tapi namanya sudah terkenal di seluruh fakultas apalagi di kalangan mahasiswi. Wajar saja, bentuk fisiknya nyaris sempurna, ditunjang gaya pemaparan yang cerdas dan menakjubkan serta menjadi seorang profesor di usia muda.
Ponsel Darren mendadak berdering. Ia melihat nama pemanggil di layar ponsel dan segera menepi untuk menerima telepon.
Baru saja menjawab panggilan itu, suara omelan Karen langsung memecahkan gendang telinganya. "Aduh ... kamu cepetan pulang, deh! Ini Oma kamu lagi di rumah.
"Ini ada apa, sih?" Darren masih mengernyit tak paham mendengar gadis itu mengomel.
"Oma kamu, tuh! Bawel banget udah maksa aku minum jamu, sekarang dia malah betah berlama-lama lagi. Dia bilang mau nungguin kamu, tuh! Cepetan pulang terus suruh Oma kamu pulang!" ketus Karen rewel.
"Iya ... iya ... aku bakal pulang sekarang!" Darren menutup telepon lalu bersiap-siap pergi.
Di apartemen, Karen duduk bersimpuh di bawah sofa sambil menghadap Oma Belle. Sudah sejam lamanya dia duduk dalam posisi seperti ini sambil mendengar wejangan Oma Belle tentang bagaimana supaya bisa menjadi istri yang baik.
Tampaknya, aktingnya yang berpura-pura sakit kepala hanya sia-sia. Terbukti, Oma Belle tetap betah berlama-lama di apartemen sambil terus menasihatinya. Ia harus menahan kepalanya yang terus terantuk. Bahkan, matanya banyak kali hampir terkulai karena menahan kantuk. Tak hanya itu, kakinya pun mulai terasa keram kesemutan. Baginya, ini merupakan cobaan terberat, melebihi cobaan istri-istri di FTV.
Sementara, Oma Belle yang duduk di hadapannya, masih terus memberi nasihat pernikahan untuknya. "Nak, bangun biduk rumah tangga itu enggak mudah. Tapi kalau kalian sudah komitmen, segalanya bakal jadi mudah, kok. Menikah itu bukan ajang tarik ulur, atau saling meninggikan ego. Ada kalanya kita harus berani mengalah. Mengalah bukan berarti kita kalah, justru kita sedang mempertahankan kapal supaya enggak karam. Ibarat kalian sedang mengarungi samudera luas. Ya ... kalau cuacanya bagus, perjalanannya pasti menyenangkan. Sebaliknya kalau badai tiba-tiba datang, yang pertama kita lakukan adalah mempertahankan kapal biar enggak tenggelam."
"Iya, Oma," sahut Karen yang hanya mengangguk-angguk. Kalau dipikir-pikir apa yang nasihat Oma Belle benar adanya. Tapi sayangnya, semua kata-kata tadi enggan dipikirkan oleh Karen. Kalau istilah dari emak-emak tukang ngomel: masuk telinga kanan, keluar lagi di telinga kiri. Itulah Karen ketika mendapat nasihat dari siapapun. Catat, siapapun!
"Aduh! Kapan, sih, dia berhenti ngoceh! Enggak takut masuk angin apa mulutnya. Mana Darren lama banget." Batin Karen serasa hendak menjerit.
Meski Karen dan Darren sama-sama berasal dari keluarga terpandang, tapi mereka dibesarkan dengan cara berbeda. Karen tumbuh besar dalam keluarga yang berpikiran terbuka dan modern. Berbeda dengan keluarga Darren yang penuh aturan dan menjunjung tinggi tata krama.
Tak lama kemudian, Darren pun datang sehingga membuat mata Karen langsung berbinar bak melihat pahlawan bertopeng.
"Malam, Oma!" sapa Darren sambil menghampiri mereka.
Ia menarik lembut lengan Karen sehingga membuat gadis itu bangkit dari duduknya yang telah memakan waktu satu jam lebih. Detik selanjutnya, Darren langsung mengecup singkat kening Karen di depan Omanya. Romantis, bukan? Sayangnya, itu hanya akting yang selalu mereka lakukan untuk menyenangkan hati Oma Belle.
"Supir Oma dah nunggu tuh dari tadi," ucap Darren.
"Hah? Kok udah datang jemput! Padahal kan Oma dah bilang biar Oma yang hubungi dulu kalau mau jemput."
"Ya, enggak tahu," ucap Darren pura-pura bodoh. Padahal dia sendiri yang menelepon supir Omanya agar segera datang menjemput. "Udah deh, Oma pulang aja dulu. Ini udah jam sembilan malam, loh!" bujuk Darren sambil merangkul neneknya.
"Iya, tapi kamu harus janji dulu, kamu sama istri harus segera program kehamilan di dokter kandungan."
"Iya, tenang aja, Oma. Aku dah kontak teman yang jadi dokter kandungan, kok. Tinggal nunggu waktu aja, soalnya aku lagi sibuk-sibuknya juga di kampus," balas Darren yang masih merangkul Oma Belle sambil terus menggiringnya ke pintu. Sejenak, pria itu menengok Karen sambil mengedipkan sebelah mata.
Setelah kepergian Oma Belle, Karen dan Darren menuju ke kamar mereka. Darren membuka kameja kerjanya sambil melirik ke arah istrinya yang mendekat dengan wajah memelas bagai anak kucing.
"Kenapa? Mau bikin anak?" cerocosnya dengan wajah mesum.
"Ya, enggaklah! Ren, kita enggak usah punya anak, ya? Aku enggak mau! Enggak kebayang, deh. Badan aku yang ramping gini tiba-tiba jadi buncit, terus entar aku jadi enggak bisa nyantai lagi karena harus ngurus anak," rayu Karen sambil mengelus lengan kokoh suaminya.
"Ya, terserah!" sahut Darren. Jujur, ia juga tak mengharapkan memiliki anak dari perempuan itu. Jangan pun anak, sebenarnya ia juga enggan menjadikan Karen sebagai pendamping hidupnya. Sejak ditinggal pergi kekasihnya, ia memilih untuk tidak memiliki hubungan asmara. Hanya saja, untuk menyenangkan hati omanya, ia pun terpaksa menikahi gadis yang menjadi mahasiswanya itu.
Saat ini, Karen kembali menunjukkan muka manis di hadapan suaminya.
"Ada apa lagi?" ketus Darren.
"Anu ... gini, loh! Tugas kuliahku belum selesai. Boleh bantuin, enggak?" pinta Karen sambil mengerlingkan mata.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Ve
beneran liat gantungan gurita di timezone tadi.. haha
2025-03-03
1
hyunity
😅😅😅
2024-12-06
0
Tasnim thufaila Qotrunnada
wkwkwkwkwk
2024-07-18
1