Riza menuruti keinginan Jihan untuk pulang setelah dua hari menginap di rumahnya. Kini mereka sedang sarapan bersama sebelum memulai kegiatan masing masing. "Dek. Kita nanti malam diundang makan di rumah Bunda. Katanya telpon kamu nggak di angkat. Ayah pulang pagi ini." Jihan tak menyahuti ucapan suaminya. Gadis itu hanya mengangguk pelan sambil mengunyah makanan. "Jadi bagaimana? Kita datang ya." Riza bertanya dan mengajak dalam waktu bersamaan. "Kamu datang sendiri saja. Aku sibuk sampai nanti malam." Jawab Jihan membuat suaminya mengangguk pasrah.
Jihan baru turun dari mobil langsung menjadi pusat perhatian. Kini Ia sedang berada di kampus untuk mengantarkan dompet suaminya yang tertinggal. "Ruangan kamu dimana?" Tanyanya yang sedaritadi mendengarkan instruksi lewat telpon. "Lurus?" Jihan mengangguk kemudian berjalan lurus ke depan. "Ok. Aku menemukannya." Jawab gadis itu kembali memasukkan ponsel ke saku celananya.
Riza berdiri dari duduk langsung memeluk sang istri begitu melihat kedatangan gadis itu. "Maaf merepotkan." Katanya sembari menuntun tangan Jihan untuk di ajak duduk di sofa. "Aku pergi dulu." Katanya langsung di cegah sang suami. "Kenapa buru buru. Aku lagi jam kosong. Kita mengobrol sebentar." Riza menatap istrinya. "Memangnya aku pengangguran harus menemanimu mengobrol." Kesal Jihan hanya di tanggapi senyuman. "Sudah. Aku pergi dulu." Jihan berdiri membuat Riza tak rela. Ia menarik tangan Sang Istri hingga Jihan terjatuh menindih tubuhnya. Bibir mereka saling menempel dan keduanya terpaku dalam momen itu. Riza tersenyum saat istrinya mulai menjauhkan wajah. Laki laki itu sudah dapat rejeki banyak pagi ini. "Astaghfirullah." Ucap seorang yang tiba tiba menarik tangan Jihan dengan kasar. "Plak..." Suara tamparan keras mendarat di pipi Sang istri membuat Riza terkejut. "Apa yang Bu Zahra lakukan?" Bentaknya sembari memeluk tubuh Jihan. "Dia macam macam sama bapak." Jawab gadis itu dengan nada tingginya. "Dia istriku " Ucap Riza lantang. "Saya tidak percaya. Pak Riza tidak mungkin memiliki istri dengan penampilan seperti ini. Begitu urakan dan tidak berkelas." Ucap Zahra merendahkan karena melihat Jihan hanya mengenakan celana jeans dan kemeja longgar. Jihan menggenggam tangan suaminya memberikan peringatan untuk tidak menjawab. "Disini anda sebagai apa? Dosen? Jika iya saya yang urakan ini masih merasa di atas anda. Karna apa? Mulut anda itu tidak lebih terhormat dari orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan sekalipun." Ucap Jihan bergegas pergi.
Dari kejadian tadi siang sampai sekarang Riza belum bertemu dengan istrinya. Bukan tak ingin mengejar. Namun tuntutan pekerjaan lah yang membuatnya tak bisa berkutik. Kini Ia sudah berada di umah mertuanya untuk memenuhi undangan makan malam. "Assalamualaikum." Ucap Riza menghampiri mereka yang sudah berkumpul di ruang makan. "Waalaikumsalam. Jihan mana Za?" Tanya Ayah mertuanya. "Maaf Yah. Sedang banyak pekerjaan. Cafe sedang banyak pesanan jadi tidak bisa datang." Jawabnya. "Tadinya Bunda berharap kamu bisa membujuknya ke sini Za. Bunda mau minta maaf." Kata wanita itu sendu. "Maaf Bun. Lain kali Riza akan coba bujuk." Mereka hanya bisa memaklumi. Membujuk Jihan bukan perkara yang mudah karena sangat keras kepala dan teguh dalam pendirian.
Di sisi lain seorang gadis tengah beradu argumen dengan seseorang. "Astaga Pak. Saya tidak mabuk." Kata Jihan mencoba meyakinkan pria berseragam yang duduk di depannya. "Anak jaman sekarang pandai berbohong." Ucap polisi itu sembari menggelengkan kepala. "Pak. Bapak kalau mau introgasi saya terserah. Tapi tolong teman teman bapak itu di suruh bubar saya nggak nyaman." Kata Jihan karena sedaritadi di perhatikan para polisi muda yang ada di sana. Pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya kemudian menyuruh bawahannya bubar. "Kalau begitu telpon orang untuk menjemput anda." Katanya dan Jihan segera mengangguk pasrah.
Riza sedikit berlari memasuki kantor polisi. "Dek." Ucap Riza sambil duduk di samping istrinya. "Ada apa? Kamu terluka?" Laki laki itu mulai panik sembari mengecek keadaan Jihan. "Mas. Keponakannya di jaga ya. Jangan mabuk saat berkendara." Ucap polisi itu membuat Riza kaget karena dikira Omnya. "Pak. Saya masih sadar. Saya tadi cuma minum wine sedikit. Saya nggak mabuk." Kesal Jihan karena tidak di percaya. "Iya iya. Sekarang kamu boleh pulang karna sudah ada yang menjemput." ucap pria itu sambil tersenyum. "Makasih." Jihan berkata setelah itu langsung meninggalkan suaminya. "Mas. Keponakannya di jaga. Cantik begitu keluar malam bahaya." Ucapnya menasehati. "Dia istri saya pak. Terimakasih. Saya permisi." Jawab Riza sambil berpamitan membuat pria itu melongo. "Kenapa yang duda bisa dapat yang masih remaja." Gumamnya sambil menggelengkan kepala.
Terimakasih yang sudah baca. Author sangat mengapresiasi komentar, like dan dukungan dari pembaca. Sebenarnya sudah update lama. Tapi masih di review nggak selesai selesai. Jadinya agak molor..
Sekali lagi terimakasih🤗🤗🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Menurut ku Mending Jihan gak oerlu lagi kesana,Yang ada bukannya semakin membaik hubungan mereka,Malah semakin memburuk,Namanya saja keluarga yg kuat agama dan rajin beribadah,Tapi gak bisa menjaga lisan masing-masing..
2024-04-21
0
Ayu Nuraini Ank Pangkalanbun
dasar Zahra g ada akhlak main tampar aja d tanya dulu beg* pakaian alim n tertutup tp akhlak g d jaga percuma nutup aurat
2023-01-07
0
Nur Imah
maaf athor kasih dong visual Jihan SM Riza dong
2022-09-14
2