Jihan sedang sibuk menyiapkan menu pesanan dibantu dengan crew lain. Baru beberapa hari buka Cafe dan restorannya begitu ramai pembeli. Mereka kebanyakan dari kalangan mahasiswa dan pekerja kantoran yang sedang istirahat makan siang. "Mbak. Ada yang mencari." Salah satu pramusaji menghampirinya. "Siapa?" Tanya Jihan dengan tangan yang masih bergerak cekatan menata sajian yang baru matang di atas piring. "Tidak tau mbak. Dua orang pakai jilbab. Sepertinya Ibu dan anak." Jawabnya menjelaskan. "Bilang saja aku sedang sibuk." Gadis itu mengangguk kemudian segera melesat melaksanakan perintah Bosnya.
"Kebetulan kita ketemu disini Za." Kata Bunda sembari tersenyum. Riza mengangguk. Niatnya hanya makan siang. Ia juga tak tau jika restoran dan cafe ini adalah milik gadis yang dijodohkan dengannya. Beberapa hari makan disini membuatnya ketagihan dan menjadi pelanggan tetap mungkin sampai ke depannya. Obrolan ketiganya terhenti karena sosok gadis menghampiri meja mereka. "Maaf Bu. Mbak Jihan sedang sibuk di dapur." Katanya menyampaikan pesan. "Kami tunggu. Bahkan sampai restoran ini tutup. Tolong sampaikan padanya." Jawab Bunda dan gadis itu bergegas lagi menjalankan peran barunya sebagai pengantar pesan.
Bunda dan Jena sudah menunggu di ruang VIP seperti yang di perintahkan si Bungsu. Pintu ruangan terbuka. Bunda tersenyum melihat kedatangan putrinya. Ia sangat bangga karena Jihan menerapkan Ilmunya saat kuliah. Gadis itu mengambil jurusan kuliner dan bisnis dalam satu waktu hingga lulus bersamaan. Ia harus mati matian pandai membagi waktu untuk keduanya. Hingga Buda juga mendapat laporan jika Jihan hanya beristirahat beberapa jam sehari karena begitu sibuk.
"Ada yang ingin kita bicarakan dek. Datanglah untuk makan malam. Ayah ingin menyampaikan sesuatu yang penting." Jawab Bunda. "Hanya ini?" Mereka mengangguk. "Datang ya." Kata Bunda terlihat memohon. "Aku usahakan." Jawabnya langsung bergegas pergi dengan langkah cepat karena pekerjaannya sangat banyak.
Malam hari di kediaman Al Rasyid.
Mereka sudah berkumpul lengkap. Ada Riza juga yang ikut bergabung disana. Ayah membuka ponselnya. Ia menghela napas. "Kenapa Yah?" Tanya Bunda penasaran. "Jihan sedang ada urusan. Kita disuruh makan dulu. Nanti dia kesini." Jawabnya dengan wajah sedih.
Seorang gadis memasuki sebuah ruang keluarga membuat semua yang ada disana menoleh. "Dek. Sini duduk." Kata Jena menepuk sofa di sampingnya. Jihan tidak bereaksi. Gadis itu memilih duduk di singgle sofa yang agak terpisah dari mereka. "Langsung saja pada intinya." Kata Jihan to the point. karena masih banyak hal yang harus dilakukannya. Ayah menarik napasnya kemudian menghembuskan perlahan. "Dek. Ada sebuah wasiat yang harus kamu jalankan." Kata Ayah sembari menata kalimat di dalam otaknya. "Kamu telah dijodohkan dengan Riza. Menikahlah dengannya." Ucap pria itu dalam satu tarikan napas. Jihan diam. Gadis itu melirik laki laki yang dimaksud Ayahnya. Sosok yang terlihat alim seperti keluarganya. "Aku tidak mau. Aku pergi dulu." Jawabnya dengan tegas sembari berlalu. "Datanglah ke pernikahan kakak dek." Ucap Jena membuat Jihan menghentikan langkahnya. Gadis itu meraih paper bag di bawah meja kemudian berjalan mendekati adik bungsunya. "Pakai ini ya." Ucapnya sembari tersenyum. Jihan tidak menjawab Ia mengambil paper bag dari kakaknya kemudian melangkah meninggalkan mereka.
"Om akan bicara dengannya lagi. Kamu jangan khawatir Za. Amanah ini harus dijalankan." Kata Ayah menenangkan. "Om. Jika Jihan menolak. Itu...." Riza tidak bisa melanjutkan kata katanya. Ia sangat ingin bersanding dengan Jihan. Namun gadis itu menolaknya mentah mentah. "Kamu tenang saja. Om punya cara ampuh. Hanya dengan sedikit manipulasi dia pasti mau." Bunda dan anak anak menatap suaminya dengan bingung. "Apa yang akan Ayah lakukan?" Tanya Jaafar. "Kita bisa gunakan Neneknya untuk membantu." Bunda menggeleng pelan. "Tidak apa Bun. Ini demi kebaikannya. Mau sampai kapan dia akan jadi gadis urakan seperti itu. Riza tolong didik dan jaga dia dengan baik nantinya ya." Ayah berpesan dan Riza mengangguk menyetujui ucapan pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Nur Hasanah
makanya di didik pak, jgn dititipin ke orang lain, wlopun neneknya sendiri
2025-02-07
0
Esti Trianawati
ngatain dia gadis urakan... kalian yg buang dan gak pernah didik.... serepot apapun anak gak harus dipisahkan dg alasan apapun... disamping ortu lebih baik dan nyaman kenapa jafar mereka asuh tp jihan dbuang ke neneknya kl alasannya demi merawat jena.
2022-05-29
5
Riska Wulandari
bukankah gadis urakan itu adalah hasil perbuatan kalian yg membuangnya???
2022-05-07
4