Jihan baru saja keluar dari dapur. Ia berlari ketika mendengar suara teriakan dari arah belakang rumah. "Astaga." Ucapnya langung menceburkan diri ke kolam renang. Ia memeluk tubuh suaminya dan membawa sampai ke tepian. "Kamu nggak bisa berenang?" Tanyanya di jawab gelengan oleh Riza. Jihan berlari mengambil handuk yang tak jauh dari sana dan memakaikan pada tubuh suaminya. "Kok bisa tercebur?" Tanyanya sembari menggenggam tangan Riza yang gemetar ketakutan. "Terpeleset." Jawab Riza pelan. Jihan membantu suaminya berdiri dan menuntun Pria itu pelan memasuki rumah.
"Terimakasih." Ucap Riza menggenggam tangan istrinya ketika mereka sedang sarapan bersama. "Hm. Kau sudah katakan itu berulang kali." Jawab Jihan kembali fokus pada makanannya. "Mark. Berkas sudah lengkap?" Tanya Jihan pada pemuda yang sedang makan sarapan dengan lahap di sampingnya. "Sudah. Kakak nanti antar aku kan?" Tanyanya dan Jihan hanya mengangguk. "Kita berangkat barengan saja." Tawar Riza membuat sang istri menggeleng. "Kamu duluan. Aku harus mencairkan uang di bank untuk kebutuhan cafe." Jawabnya. Riza hanya bisa pasrah. Ia tak bisa menganggu urusan sang istri.
Suasana kampus menjadi riuh membuat Riza yang sedang makan siang dengan dosen lainnya mengalihkan pandangan. Terlihat seorang gadis cantik dengan kacamata hitamnya baru turun dari mobil dengan seorang pemuda. Yang belum tau usia mereka akan dikira sama. Namun pada kenyataannya terpaut jarak empat tahun. "Wah cantik. Mereka mahasiswa baru?" Tanya dosen yang duduk makan bersama Riza. "Awas pak. Matanya di jaga." Tegur Riza sambil terkekeh karena yang di puji adalah istrinya.
Jihan yang sedang menemani adiknya menunggu administrasi tak sengaja mendengar beberapa yang sedang membicarakan suaminya. "Bagaimana? Bu Zahra sudah dekat dengan pak Riza?" Tanya Wanita yang lebih tua. Gadis berjilbab itu tampak malu malu dengan wajah yang sudah memerah. "Doakan saja Bu." Jawabnya sembari tersipu. "Semoga kalian berjodoh. Sama sama Soleh dan Soleha. Pak Riza pernah cerita sama pak Bagas. Katanya tipe wanita idamannya itu yang tertutup dan mengerti agama. Cocok banget sama Bu Zahra." Ucapnya di sambut gembira oleh lawan bicara. Jihan tak mau mendengarkan lebih jauh lagi memilih untuk memainkan ponselnya.
Selesai mengantarkan Mark pulang Jihan langsung kembali ke cafe. Ia segera berganti pakaian dan bergegas menuju dapur. "Pagi mbak Jihan." Sapa mereka menggoda. "Heh. Ini sudah siang." Jawabnya sambil mengambil pisau andalannya. "Pemuda tadi benar adikmu? Bukannya kamu anak bungsu ya?" Tanya Meta penasaran sembari melipat kardus makanan. "Nanti aku ceritakan." Jawabnya mulai memotong semua bahan yang telah di siapkan. "Hari ini banyak pesanan?" Jihan bertanya tanpa mengalihkan fokusnya. "Iya. Cake. Biar ini di urus sama chef Huda saja. Kamu bikin cakenya. Soalnya tadi pelanggan pesan harus kamu sendiri yang buat." Kata Meta di jawab anggukan.
Malam hari Jihan baru pulang dari cafe. Gadis itu meletakkan kotak makan di atas meja yang Ia bawa untuk makan malam suami dan adiknya yang berada di rumah. "Capek kak?" Tanya Mark sembari memijit kaki kakaknya yang sedang duduk berselonjor. "Lumayan." Jawabnya sambil memejamkan mata. "Kenapa? ada yang sakit?" Tanya Riza panik saat menghampiri istrinya. "Enggak. Kakak cuman capek aja." Jawab Mark. "Biar aku yang pijit." Riza mengambil alih posisi iparnya. Setelah beberapa saat gadis itu tampak tertidur pulas. Riza tersenyum kemudian membenarkan posisi Jihan agar nyaman. Ia mengecup kening Jihan dengan lembut. "Ayo makan. Tadi kak Jihan bilang ini untuk kita." Ajak Mark yang baru kembali dari dapur sambil membawa dua piring dan minum. "Iya." Jawab Riza bergabung bersama iparnya.
Jihan terbangun. Ia hanya tidur beberapa menit saja. "Kamu bangun Dek." Kata Riza melihat istrinya membuka mata. "Hm. Iya." Jawabnya sembari memiringkan tubuh. "Kamu sudah makan?" Riza mendekat dan duduk di bawah sofa tempat istrinya berbaring. "Lagi malas makan. Ini jam berapa?" Tanyanya. "Jam tujuh seperempat. Makan ya. Aku suapi." Jihan menggeleng pelan. "Mau minum." Ia mendudukkan diri dan segera meneguk air yang di berikan suaminya. "Wajah kamu pucat begini lo. Kamu sakit? Badannya nggak enak?" Riza khawatir mulai menempelkan telapak tangannya di kening sang istri "Enggak. Cuman ngantuk aja." Jawab Jihan meyakinkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Regii Regii
rizaaa jihannnn serrruuu klu liattt mereka ka apalagi rizaa bucinnn akuttt bgttt😍😍😍😍😍😍😍
2022-04-29
1