Hari ini adalah hari pernikahan Jena. Acara itu disiarkan langsung di beberapa stasiun televisi. Ijab qobul sudah dilakukan pagi tadi dan resepsinya diadakan siang sampai malam. Pernikahan putri konglomerat itu di gelar sangat mewah. Bahkan desas desus yang beredar total semua biaya mencapai milyaran rupiah.
Sampai di penghujung acara pun Jihan tak menampakkan batang hidungnya. Para keluarga hanya bisa menyembunyikan kesedihan. Mereka tak mau terlihat murung di acara membahagiakan ini. "Jangan bersedih. Tidak enak menyambut tamu dengan wajah murung begitu." Kata Amir menegur istrinya. "Jihan benar benar tidak datang Mas." Jena sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak menetes. "Tenanglah. Acara hampir selesai. Setelah ini kamu bisa menangis." Ia mencoba menenangkan sang istri.
Mereka berkumpul setelah mengantarkan Umi dan Abah Amir yang harus pulang malam ini karena ada beberapa urusan pondok yang harus segera diurus. "Gimana Yah? Ada kabar tentang keberadaan Jihan?" Tanya Bunda dengan raut wajah khawatir. Pria itu hanya bisa menggeleng menanggapi istrinya. Semua orang yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Jihan selalu kembali dengan tangan kosong. "Coba besok kita datangi apartemennya lagi. Siapa tau dia sudah kembali." Ucap Jaafar diangguki Bundanya.
Jena menangis dalam pelukan suaminya. Amir tak banyak bicara hanya bisa menenangkan sang Istri. Pria itu berpikir tantang kerumitan yang terjadi. Mau menyalahkan Jena tidak mungkin karena penyakit adalah pemberian sang maha pencipta. Mau menyalahkan kedua mertuanya tapi bagaimana. Sebisa mungkin orang tua tidak akan mau berpisah dengan anaknya dalam keadaan apapun. Namun mereka melakukan hal yang sebaliknya. Menyalahkan Jihan juga tidak mungkin karena disini gadis itu yang menjadi korban. Amin hanya menghela napas sembari mengusap punggung sang istri dengan lembut.
Di tempat lain Seorang gadis mengerjapkan mata. "Dimana ini?" Tanyanya sembari mengerutkan kening. "Di rumah sakit." Jawab seorang wanita dan Jihan kenal betul siapa itu. "Kenapa aku bisa disini? Prasaan tadi aku baru sampai di basment apartemen." Kata Jihan bertanya tanya. "Tadi kamu pingsan. Untung pak security temuin kamu. Dan bawa kamu kesini. Karena kamu nggak punya wali. Aku sebagai gantinya." Jawab Meta sembari tersenyum. "Makasih. Lita mana?" Tanyanya hendak duduk namun dengan cepat di cegah. "Dia sedang tidur di sofa. Kamu tidur juga." Kata Meta. "Kak. Panggilkan suster. Minta siapkan ruang VIP dengan ranjang dobel. Aku pengen pindah kesana." Meta menghela napas. "Kenapa pindah? Besok kamu sudah boleh pulang. Tahan semalam saja." Meta mencoba bernegosiasi. Menurutnya pindah kamar hanya akan buat buang uang. Eh....Dia lupa kalau Jihan tajir. "Biar kalian bisa sama tidur di kasur. Panggilkan suster." Jihan tetap dengan kemauannya. "Nggak perlu. Di sofa juga nyaman kok." Tolaknya. "Kak." Keluh Jihan. "Aku tinggal pulang nih kalau kamu ngeyel." Kini Meta mengancam membuat Jihan pasrah.
"Ayo makan dulu." Meta membuka kotak makan hendak menyuapi Jihan namun gadis itu menutup mulut dengan kedua tangannya. "Heh. Ini enak lo. Aku beli bukan masak sendiri. Ini nasi Padang langganan aku." Meta membujuk. Ia lalu menyuapi Jihan dengan hati hati setelah gadis itu membuka mulutnya. "Enak kan?" Tanyanya dan Jihan mengangguk. "Kakakmu menikah ya?" Tanya Meta membuat Jihan terkejut. Ia belum menceritakan pada wanita itu siapa keluarganya. "Jangan terkejut begitu. Kamu anak bungsu dari keluarga Al Rasyid kan?" Tanyanya. Jihan mengangguk lemah."Tau darimana?" Meta menghela napas pelan. "Kemarin kemarin keluargamu mencari kamu di restoran." Jawab Meta dan Jihan tak peduli. "Apa hubungan kalian separah itu?" Tanyanya hati hati. Bukan bermaksud ikut campur. Namun Ia tak tega karena Jihan hidup sendiri. Bagaimanapun juga dia masih gadis dan butuh perhatian keluarga. "Ibarat kaca yang sudah pecah. Hatiku seperti itu. Mau di perbaiki pun akan tetap meninggalkan bekas dan tak akan menjadi sempurna seperti semula. Mereka terlalu banyak membuat luka." Jihan berkata dengan wajah datarnya sembari menatap lurus ke depan. "Keluarga itu ibarat dua sisi yang tidak bisa di hindari. Jika kita beruntung akan merasakan kehangatannya. Namun jika garis takdir kita tak mujur Kita hanya akan merasakan sakit oleh mereka." Lanjut Meta juga mengingat tentang nasibnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
KELUARGA YG SOK SEDIH .
2024-04-20
0
Qaisaa Nazarudin
Aku tunggu saat JIHAN yg menikah,Pasti hanya ala kadarnya,Di situ kita bisa liat perbedaannya, Sekarang aja mereka sok ambil berat soal Jihan,Sok kawatir..🙄🙄
2024-04-20
0
Lina Maulina
ga bakalan datang Jihan g usah d tunggu
2022-10-23
0