"Ini rumah kak Riza?" Tanya Mark yang baru saja turun dari mobil. "Iya. Kecil ya?" Tanya laki laki itu sambil tersenyum. Mark menggeleng. Menurutnya rumah ini yang cukup indah dan nyaman untuk di tinggali. Halamannya juga bersih tertata dan terlihat sejuk karena cukup banyak tanaman yang di pekarangan. "Ayo masuk." Riza menarik tangan istrinya pelan untuk segera diajak masuk ke dalam.
"Dapurnya mana? Aku mau taro belanjaan." Riza tak menjawab pertanyaan istrinya. Ia mengambil kantong kresek dari tangan Jihan dan menaruhnya di atas meja. "Ini nanti saja." Katanya lalu mengajak gadis itu untuk naik ke lantai dua. "Ini kamarmu ya." Mark mengangguk kemudian segera masuk ke dalam kamar yang di maksud iparnya.
Jihan memperhatikan ruangan tempat dia dan suaminya berada. Kamar dengan dominasi warna putih yang tidak terlalu besar bisa dibilang hanya seperempat kamarnya namun tertata rapi. Hanya ada satu ranjang yang muat untuk dua orang. Satu meja belajar dan satu TV yang terpasang di dinding. Tidak ada sofa untuk menonton melainkan karpet tebal dengan meja kecil di depannya. "Tempatnya tidak nyaman ya?" Tanya Riza sembari memeluk sang istri. "Nyaman." Jawab Jihan singkat sambil memperhatikan rak yang penuh dengan buku tentang agama.
Riza baru saja keluar dari kamar mandi. Tadinya Ia ingin memberikan handuk agar sang istri mandi juga. Namun melihat Jihan tertidur sangat pulas di karpet membuatnya mengurungkan niat. Perlahan Ia menggendong tubuh ringan Jihan dan meletakkan di ranjang dengan hati hati. "Sampai kapan aku bisa menahannya." Lirih pria itu menatap sendu sang istri. Riza pria normal. Ia butuh di layani secara batin juga. Sampai saat ini mereka belum melakukan kewajiban sebagai suami istri. Riza hanya bisa pasrah. Bagaimanapun Ia tak mau egois dan menyakiti istrinya. Namun Ia juga tak bisa menahan terlalu lama. Apalagi setiap berdekatan dengan Jihan hasratnya sangat butuh untuk di salurkan.
Jihan baru saja selesai mandi setelah tidur cukup lama. Ia menatap tubuhnya di depan cermin dengan penuh tanda tanya. Semakin hari bercak merah di dada dan di perutnya semakin banyak. Riza menelan ludahnya susah payah menyaksikan sang istri begitu menggoda dengan hot pants dan crop top sport bh nya. "Kenapa Dek?" Tanya Riza sembari memeluk Jihan dan mengatur detak jantungnya yang tak beraturan. "Aku mau ke rumah sakit." Jawab gadis itu membuat Suaminya panik. "Kamu sakit? Mana yang sakit?" Tanyanya sembari memutar tubuh Jihan untuk menghadapnya. "Tu lihat. Berhari hari dada dan perutku merah merah begini. Sepertinya alergi." Kata Jihan membuat laki laki itu tersenyum. "Itu tidak papa." kata Riza tersenyum. "Bagaimana kau tau? Jihan menatap suaminya penuh selidik. "Ya. Mungkin itu karna serangga. Tidak usah di periksakan. Nanti juga hilang sendiri." Riza mengusap perut rata istrinya dengan lembut. "Awas. Geli ah." Gadis itu memukul pelan lengan suaminya kemudian segera beranjak.
Mereka sedang menikmati makan malam bersama. "Dengar suara orang ketuk pintu nggak?" Tanya Jihan menatap suami dan adiknya bergantian. Riza dan Mark mengangguk. "Aku lihat dulu." Kata laki laki itu bergegas pergi ke depan.
Suara salam terdengar saat Riza membuka pintu. Sosok wanita berjilbab berdiri di depannya dengan mata sembab. "Waalaikumsalam Bunda?" Tanya Riza dan wanita itu menjelaskan semuanya. Ayah Jihan terjatuh dan membutuhkan darah dengan segera. "Za. Bujuk Jihan agar mau menolong Ayahnya ya." Wanita itu memohon pada menantunya.
Riza menatap istrinya penuh permohonan. "Kenapa nggak bilang sendiri sama aku?" Tanya Jihan sambil bersedekap dada. "Bunda buru buru ke rumah sakit Dek. Tidak sempat menemui kamu mungkin. Kamu mau ya. " Laki laki itu mengusap punggung tangan istrinya dengan lembut.
"Dek." Bunda dan yang lain ikut berdiri ketika melihat Jihan baru keluar dari ruangan. "Dok. bagaimana keadaan suami saya?" Tanya wanita itu khawatir. Dokter menjelaskan keadaan Ayah Jihan baik baik saja tinggal menunggu siuman. "Makasih Dek." Kata Bunda hendak memeluk namun dengan cepat Jihan menolak. "Jangan Sentuh aku." Katanya dingin. Ia teramat kecewa karna nilainya berharga saat di butuhkan saja. "Ayo pulang." Ajak Jihan pada adik dan suaminya. "Dia siapa Dek?" Tanya Jena menghentikan langkah Gadis itu. "Dia adikku. Ibunyalah yang memberi aku ASI sampai bisa bertahan hidup di dunia ini." Jelasnya mampu mengenai hati mereka semua. Bunda dan yang lain hanya bisa menatap kepergian Jihan dengan sendu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Rizky Putri Sinaga
ini beneran keluarga kandung jihan...🤔🤔
2022-06-06
1
Adreena
Jahat ya mereka
2022-05-08
2
Riska Wulandari
uhhhh kesellll banget sama keluarga Jihan...😡😡
2022-05-07
3