Sesuai kesepakatan yang di ajukan Jihan. Pagi ini mereka akan melangsungkan acara ijab qobul di kediaman Al Rasyid. Tamunya sangat terbatas. Hanya orang orang yang mendapat Izin dari sang pengantin wanita saja yang boleh menyaksikan.
Jihan dituntun Bundanya untuk menemui laki laki yang kini telah Sah menjadi suaminya secara hukum dan agama. Gadis itu tampak cantik dengan polesan makeup tipis dan kebaya putih yang membuatnya elegan. Riza tersenyum melihat kedatangan sang istri. Jantungnya berdetak semakin cepat saat keduanya saling bertukar cincin di hadapan semua orang. Laki laki yang sudah tidak membujang itu semakin di buat melayang tatkala bibir lembut sang istri mengenai punggung tangannya. Ia tersenyum kemudian mengecup kening Jihan dengan lembut.
Riza memasuki kamar istrinya setelah mengobrol dengan mertua dan para Iparnya. Ia melihat Jihan sedang duduk sambil sibuk berbicara dengan seseorang lewat telpon. Gadis itu sudah berganti baju dengan kaos dan celana panjang. "Iya. Tunggu. Sabar sedikit. Aku masih memakai sepatu." Katanya sembari mengikat sepatunya dengan ponsel yang di jepit di antara telinga dan pundak. "Kau ini cerewet sekali. Aku bilang tunggu sebentar." Ucapnya langsung berdiri sembari memasukan benda pipih itu ke kantong celana. "Aku mau pergi." Kata Jihan pada Riza yang masih berdiri di posisinya. "Kemana? Kamu tidak makan siang dulu?" Tanya sang suami membuat Gadis itu menggeleng dan bergegas keluar. Riza berjalan ke arah ranjang. Ia tersenyum mendapati baju gantinya yang sudah siap. Istrinya memang bar bar tapi memiliki sisi manis.
"Mau kemana Dek?" Tanya Ayah melihat anaknya pergi terburu buru. "Mau keluar." Jawab Jihan singkat kemudian bergegas melanjutkan langkahnya. Ayah menghela napas. Bukan begini yang Ia harapkan. Namun Ia terpaksa berbohong demi kebaikan putrinya. Pria itu merasa tenang jika Jihan ada yang membimbing dan Riza adalah laki laki yang tepat.
Dua orang tengah duduk bersama di ruang keluarga sambil menikmati makanan ringan.
Meta tersedak mendengar ucapan Jihan. Seperti kejatuhan durian. Tidak ada angin tidak ada hujan Jihan sudah menjadi istri seorang ustadz. Memang jomplang. Tapi bukan masalah itu. Masalahnya kenapa Ia tak pernah tau gadis itu akan menikah. "Memang pernikahan ini tersembunyi. Yang datang hanya keluarga saja. Semua ini karena surat wasiat perjodohan dari Nenek." Jelasnya membuat wanita itu mengangguk. "Aku kira kau benar benar mencintai laki laki itu." Kata Meta akhirnya mengingat Riza yang sering berkunjung ke restoran untuk mencari Jihan. "Tidak." Tegasnya kemudian merebahkan tubuh dengan nyaman di sofa.
Malam hari Jihan sedang menonton film dengan Chester karena Meta dan Lita pulang sore tadi. Ia meraih ponselnya dengan malas untuk mengecek siapa tau ada laporan tentang cafe dari karyawannya. "Astaga." Kata gadis itu melihat ratusan pesan dan panggilan tak terjawab. Satu panggilan masuk dari nomor tak dikenal Ia langsung mengangkatnya. "Assalamualaikum." Kata orang di sebrang sana. "Ini siapa?" Tanya Jihan dengan malas. "Ini suamimu Riza." Jawab laki laki itu dan Jihan hanya ber Oh riya'. "Kamu sedang dimana? Aku ada di depan apartemen." Riza cemas bercampur dongkol menghadapi istrinya. "Aku kirim alamatnya." Kata gadis itu langsung mematikan panggilan.
Riza sudah sampai langsung memasukkan mobilnya begitu pagar terbuka. Ia bergegas turun dan memencet Bel rumah. "Assalamualaikum." Katanya saat pintu terbuka. "Waalaikumsalam." Jawab Jihan pelan. Riza menelan ludahnya melihat sang istri mengenakan celana super pendek dengan kaos yang kebesaran.
"Ini rumah kamu?" Tanya Riza dan Jihan hanya mengangguk sembari meneruskan masakannya. Ia malam malam begini harus masak lagi kerena laki laki menyebalkan yang sudah menjadi suaminya itu mengeluh belum makan malam. "Makanlah." Kata Jihan menyajikan nasi dan lauk pauk di atas meja. "Ayo makan sama sama." Ajak Riza dengan senyumnya. "Aku sudah makan. Masih kenyang." Kata Gadis itu sembari mencuci perkakas dapur yang kotor. Riza tersenyum kemudian memakan masakan istrinya dengan lahap.
Selesai mengganti bajunya Riza langsung menghampiri sang istri yang sudah berada di ranjang. Ia memberanikan diri mendekati Jihan yang tampak sudah memejamkan mata. Jemarinya terulur menyusuri setiap lekuk wajah sang sang istri. "Cantik." Gumamnya sembari tersenyum. "Selamat malam Sayang." Riza mendaratkan kecupan di bibir Jihan lalu sembari memeluk gadis itu. Malam ini seharusnya menjadi malam pertama untuk kedua insan yang sudah halal itu. Namun Riza akan menunggu hingga Jihan menerimanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Nur Hasanah
dulu diserahkan ke neneknya tuk diasuh, skrg dipaksa dinikahkan biar ada yg mendidik.. haduhhh
2025-02-07
0
Rayhana Mb
sabar pak ustadz...
poles aja istri mu tiap hri dengan kasihan sayang maka dia perlahan akan luluh.😁
2022-05-24
2
Siti Nahwa
yang sabar ya riza entar jihan bucin deh
2022-05-21
1