Jihan mengerjapkan matanya hingga terbuka sempurna. Gadis itu mendudukkan diri dengan malas. Ia beranjak dari ranjang kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka sebentar lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga. "ouh....kenapa badanku pegal pegal?" Keluh gadis it. Ia akan joging sebentar ditemani Chester seperti kebiasaannya dulu ketika masih tinggal di rumah sang Nenek.
Jihan mengurungkan niatnya menghampiri Chester tatkala mendengar suara berisik di dapur serta mencium bau yang gosong. "Hey. Kau bisa membuat dapurnya terbakar." Kata gadis itu bergegas mematikan api. "Maaf. Tadinya aku ingin buat sarapan. Tidak menyangka akan seperti ini." Kata Riza tidak enak hati. Laki laki itu ingin bersikap romantis dengan menyajikan sarapan pagi untuk istrinya. Namun siapa sangka akan berakhir seperti ini. "Duduklah. Biar aku yang siapkan sarapan. Kalau kamu yang masak malah bisa membakar rumah ini." Kata Sang Istri dan Riza hanya menurut saja. Ia duduk tak jauh dari sana sembari mengamati Jihan yang mulai mengambil bahan dari kulkas. Walaupun tampak kesal. Namun wajah Jihan selalu cantik. "Jangan melamun. Kesambet ntar bikin repot. Setan kadang juga bisa godain ustadz juga. Ustadz kan masih manusia." Ucap Jihan tanpa menoleh membuat Suaminya beristigfar.
"Nah. Nasi goreng sudah jadi. Makanlah." Jihan menyajikan sarapan untuk suaminya. "Kamu mau kemana? Kita tidak sarapan bersama?" Tanya Laki laki itu melihat istrinya melangkah pergi. Ia sangat berharap Jihan mau meluangkan waktu untuk makan bersamanya. "Aku mau joging. Kau sarapan duluan saja." Riza menatap nanar kepergian istrinya. Ia cinta dan sayang pada gadis yang baru sehari menjadi istrinya itu. Tekadnya untuk membuat Jihan luluh tak akan berhenti. Ia akan terus berjuang untuk mengejar cinta sang istri.
"Dek." Panggil Riza menghampiri Jihan yang sedang memberi makan peliharaanya. "Dek?" Tanya gadis itu mendongak menatap dengan penuh tanya. "Iya. Mau di panggil apa? Sayang? Honey? Baby?" Riza mengedipkan matanya genit membuat Jihan bergidik. "Panggil nama saja." Jawab gadis itu cepat. "Mana boleh begitu. Panggilan untuk istri itu harus yang manis manis." Jawab Riza sembari tersenyum. "Ah pahit...pahit... Terserah apa katamu saja. Ada apa?" Jihan mengalihkan topik tak ingin berdebat. "Tolong antarkan aku ke kampus ya. Kamu kan sekalian mau ke cafe." Kata Riza membuat Jihan mengerutkan keningnya. "Kamu kan punya mobil." Gadis itu menolak. "Hari ini harus di servis. Tadi aku sudah telpon pihak bengkel. Aku yang menyetir." Laki laki itu mencari alasan. "Hm. Baiklah. Aku saja yang menyetir. Kalau kamu yang bawa mobil bisa besok sampainya." Jawab Jihan sembari mengelus Chester. "Terimakasih." Ucap Riza mengecup pipi istrinya kemudian segera berlari pergi menuju ke depan.
Sepanjang perjalanan Mereka tak saling bicara. Tepatnya Riza yang tak bicara. Ia hanya mendengarkan Istrinya yang sedang mengomel. "Sudah jam segini. Bergegaslah. Aku tidak mau tau ketika Aku sampai sudah harus ada bahan yang akan di olah. Kita sedang banyak pesanan." Ucapnya dengan nada kesal. "Kalian punya jadwal masing masing kan. Apa perlu aku harus memberi tahu kalian satu persatu. Kalian sudah dewasa. Bahkan lebih tua dariku. Tidak pantas harusnya aku marah begini. Tapi apa boleh buat." Lanjutnya belum berhenti padahal sudah sampai di depan kampus. "Dek." Panggil Riza dengan lembut. "Apa?" Jawab Al terbawa emosi membuat semua orang di sebrang sana menahan tawanya. "Ah maaf." Ucapnya sembari menghela napas. "Aku berangkat. Assalamualaikum Sayang." Pamit Riza sembari mengulurkan tangannya. "Iya. Berangkat saja. Mau apa lagi?" Kesal Jihan. "Cium tangan. Kan seorang istri memang harus begitu." Jihan memutar bola matanya dan menuruti kata Riza. "Assalamualaikum Sayang." Ucapnya lagi sembari mencium kening itu hingga suaranya masuk ke panggilan yang belum terputus. "Waalaikumsalam." Jawab Jihan dengan kesal. "Oh. Shiit." Umpatnya tersadar jika panggilan masih berlanjut.
Jihan menatap kesal semua karyawannya. Mereka ternyata hanya mengerjai saja. Semua bahan sudah siap dan tertata sangat rapi di ruang penyimpanan. "Maaf Mbak. Jangan ngambek dong. Cuma bercanda. Kita kangen akhir akhir ini Mbak Jihan kan jarang datang. Kangen omelannya dan kangen semuanya deh." Kata salah satu dari mereka. "Bisa bisanya pagi pagi udah bikin orang naik darah." Jawab Jihan sambil berdiri dari duduknya. "Jangan ngambek mbak. Ntar aku aduin ke suaminya loh. Tadi dapat ciuman mesra banget sama kata kata manis. Sampai suaranya kedengaran muach....begitu." Mereka tergelak. "Heh....Nggak usah dibahas. Ayo kerja. Pesanan sedang banyak." Jihan mendorong satu persatu tubuh karyawannya untuk membubarkan diri. "Cie pengantin baru." Ledek Meta. "Sialan." Umpat Jihan membuat wanita itu tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Siti Fatonah
seru thorrr smoga seru teruz sampe akhir
2022-11-10
0
Markoneng
semangat berjuang pak suami 😆
2022-05-18
2
Regii Regii
rizaaaa bucinnn akutttt bgtttt ka ke jihannnn serrruuuu bgtttt😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
2022-04-27
2