Episode 12 - Punishment

~ Antara hukuman atau hadiah yang tak lagi bisa dibedakan ~

"Tapi... saya gak bilang kamu bisa lolos gitu aja setelah gosipin saya seenaknya gitu ya."

Usai mengatakan kata-kata itu dengan nada yang manis namun membuat kuduk Ave merinding lagi, Zaid malah meninggalkan gadis itu begitu saja.

Ave memandangi punggung si Boss berhati dingin itu kuatir. Ia makin yakin, usianya sudah semakin berkurang sejak bertemu dengan pria itu.

Makanya Ve, jangan suka iseng! Inilah akibatnya. Sekarang maju kena mundur kena, pikir Ave dalam hati menyalahkan dirinya sendiri. Dengan lesu, ia berjalan kembali menuju ruang kerjanya.

Tapi Zaid tak melakukan apapun. Setidaknya ia sama sekali tak terlihat berusaha mempersulit Ave. Pria itu malah sibuk sendiri di ruang kerjanya, dengan Hazmi dan Jenny yang keluar masuk. Banyak dokumen yang mereka bawa, membuat Ave penasaran. Jangan-jangan sekarang ruang kerja Zaid berubah menjadi gudang arsip.

Ave tak sempat memikirkan lebih lanjut soal itu. Pekerjaannya sendiri sudah menumpuk. Semua staf di Departemen Manajemen seperti tak punya kaki. Mereka menyuruhnya memfotokopi berkali-kali, membuat kopi setiap kali gelas mereka kosong, bahkan sekedar mengambil alat tulis yang hanya berjarak beberapa meter. Mereka bahkan terlalu malas untuk memindahkan tatapannya dari monitor laptop masing-masing.

Sampai akhirnya Ave teringat janjinya dengan Lily. Menemani calon ibu muda itu ke dokter. Dengan bekal surat izin pulang lebih cepat, Ave pun berdiri, bersiap-siap. Tapi tiba-tiba tangan Jenny menepuk punggungnya.

"Ve, dipanggil sama Pak Zaid!" katanya.

Alis Ave menyatu. "Loh, Ave kan udah izin Mbak. Ave mau antar kakak ke dokter."

Jenny mengangkat bahu. "Udah saya bilangin Pak Zaid, tapi dia cuma bilang kamu masuk dulu."

Mau tak mau, rela tak rela, Ave hanya bisa patuh. Dengan langkah gontai, Ave pun mengetuk pintu ruang kerja Zaid.

"Masuk!" Suara berat terdengar dari dalam.

Perlahan Ave membuka pintu, tatapannya langsung tertuju pada Zaid, yang berlindung di balik tumpukan dokumen. Tanpa sadar bibirnya berdesis, "Wow!"

Meja kerja Zaid yang biasa bersih dan hanya ada laptop dan alat tulis seadanya, kini dipenuhi tumpukan dokumen di setiap sudutnya. Mungkin ini semua yang tadi dibawa masuk bergantian oleh Hazmi dan Jenny. Mendadak Ave kuatir ia akan diminta mengangkut semua dokumen itu lagi seperti dulu.

Tapi begitu Zaid melihatnya di antara tumpukan dokumen, tangannya segera melambai memanggil. "Tolong sini kamu bantuin saya! Tolong cariin quotation 2018 yang iklan makanan, pisahin!"

"Iya, Pak!"

Ave tak bisa menolak, saat melihat Zaid yang telah menggulung lengan bajunya hingga ke batas siku. Mendadak ia merasa kasihan melihat pria itu begitu sibuk.

Dengan sigap Ave memindahkan dokumen ke sofa tamu, dan mulai melakukan seperti perintah Zaid. Saat ia melihat Zaid tampak membaca salah satu dokumen dengan tekun, Ave mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Lily.

[Ave: Kak, kayaknya Ave baru bisa pulang nanti. Masih ada kerjaan.]

Ave meletakkan ponsel di atas meja dan mulai bekerja. Sesaat mereka berdua tenggelam dalam pekerjaannya masing-masing sampai bunyi WhatsApp masuk membuat kepala Ave dan Zaid sama-sama tertuju pada ponsel Ave.

Bergegas Ave membaca pesan itu.

[Lily: Ya udah, Cinta. Kerja aja. Gue udah ganti malam kok. Gak masalah.]

Ave tersenyum dan meletakkan kembali ponselnya, tapi ia hampir melompat ketika Zaid yang sudah berdiri di belakangnya berkata, "Mbak Lily ya?"

"Anj... Aduuh, Pak! Kok diam-diam gitu sih? Ave sampe kaget!"

Zaid duduk di sofa. Lebih tepatnya, di sisi Ave. Bibirnya sedikit naik. "Kamu mau nyumpahin saya tadi ya?"

Hehe, hampir! Dalam situasi normal, itulah yang terjadi.

Tapi Ave malah tersenyum. "Enggak, Pak Zaid yang manis! Keserimpet aja tadi lidah Ave. Dikiiit!" Buru-buru Ave menunjuk ke arah beberapa dokumen yang sudah ia pilah. "Ini, Pak! Ini yang udah Avek cek sebagian" katanya mengalihkan percakapan.

Sambil bersandar di sofa, Zaid mengambil dokumen paling atas dari tumpukan yang sudah dipilah Ave.

Sekarang dalam posisi yang dekat begini, dengan bahu nyaris bersenggolan dan paha yang menempel tanpa sengaja, jantung Ave mulai berpacu lebih cepat. Pelan-pelan Ave menggerakkan pahanya agar tak lagi menempel, sambil mengangkat tubuhnya sedikit untuk bergeser. Mumpung si pemilik tubuh di sebelahnya tampak asyik membaca dokumen itu.

"Kalo kita modif iklan yang ini lagi menurutmu gimana, Ve?" tanya Zaid tiba-tiba.

Ave yang hampir berhasil mengangkat tubuhnya, kembali duduk dan mengangguk-angguk pada Zaid. Tersenyum-senyum menyembunyikan jantungnya yang tak karuan saat tatapannya bertemu dengan Zaid.

Kenapa rambut yang berantakan itu justru jauh lebih menarik dibandingkan saat disisir dengan rapi dan gaya sih? Kenapa juga sudut bibir tanpa seringai itu jauh lebih menggoda? Kenapa ia harus menggulung lengan baju dan memperlihatkan otot-otot yang tampak tiap kali ia bergerak? Dan kenapa bola mata yang menatap Ave saat ini terlihat begitu teduh seakan bisa menghangatkan seluruh dunia?

Kenapa oh kenapa?

Apa itu sebabnya tak ada perempuan di departemen ini? Mereka semua pasti terlalu takut untuk mati karena serangan jantung! Karena sekarang Ave tahu jantungnya berdetak lebih cepat dibandingkan seorang atlit lari cepat.

"Ve? Ve?"

"Heh?"

"Ditanya malah bengong," ujar Zaid menggeleng-geleng. Matanya menyipit saat menatap Ave. Curiga.

Merasa tertangkap basah, Ave memasang senyum manis lagi. "Ave gak ngerti soal itu, Pak. Jadi Ave gak tau harus jawab apa?"

Zaid tetap membaca dokumen. "Saya nanya kamu sebagai konsumen, bukan sebagai staf di sini."

Ave melirik dokumen di tangan Zaid. Itu adalah data presentasi sebuah iklan televisi sekitar dua tahun lalu. Ave tahu iklan itu. "Ave suka! Tapi ini terlalu... terlalu terang-terangan. Monoton. Gak ada unsur misteriusnya. Gak menarik untuk disimak lama-lama. Bosenin. Kecuali dibikin kayak storyline gitu."

"Iklan model gitu, durasi lebih panjang dan lebih mahal."

"Kalo gitu, mending nyari versi yang baru, Pak. Atau bangun imej dari iklan lama, ngingetin kalo produknya udah dari dulu."

Kali ini Zaid mengangkat kepalanya. Menatap Ave. "Maksudmu?"

"Ave kasih contoh masakan aja deh, Pak. Kan semua orang tahu soal rendang. Tapi sekarang itu udah zaman modifikasi, nah muncul deh aneka jenis bumbu rendang. Gak ada salahnya kita ngiklanin bumbu rendang misalnya dengan ngangkat sejarahnya dulu. Terus kita tekankan rendangnya lebih ke masakan tradisional khas Indonesia yang family-oriented, yang khas asli Indonesia. Sama dengan yang ini... " Ave menunjuk dokumen di tangan Zaid.

Kedua tangan Ave bergerak-gerak saat ia meneruskan kata-katanya. "Kita bisa bilang kalo produk ini udah ada tahun sekian-sekian, melewati proses panjang, dinikmati banyak anggota keluarga dan tumbuh bersama. Sekarang dalam wajah baru, produk ini tampil lebih baik dan lebih bergizi. Dunia boleh berubah, sejarah selalu dikenang, kebutuhan menyesuaikan. Bagus kan, Pak?"

Saat Ave menjelaskan panjang lebar idenya yang keluar tanpa ia sadar, Zaid memandangi gadis itu tanpa ekspresi. Tapi dalam hatinya, ia menilai sesuatu. Kadang ia merasa ada sesuatu yang bersinar terlalu kuat dalam diri gadis ini, hanya Ave selalu berusaha menutupinya. Sesuatu yang terpikir olehnya barusan, takkan mungkin keluar dari pikiran gadis lulusan sekolah menengah biasa yang belum pernah bekerja.

"Lalu untuk iklan majalah, kita bisa nambahin dengan foto-foto produk yang dulu jadi bisa dibedain. Untuk radio, kita bisa tekankan ke rasa atau ciri produk yang khas. Jadi saat orang beli mereka akan mengenali nama dan ciri tertentu yang khusus," lanjut Ave sambil menggerakkan kedua tangannya.

Zaid menatap Ave dan mengangguk mengerti sambil menghela napas. "Baiklah! Sudah selesai. Kita bisa pergi sekarang. Tinggalkan saja semuanya di sini!" katanya seraya meletakkan dokumen itu kembali ke atas tumpukan.

"Loh, gak jadi dipilah, Pak?" tanya Ave heran.

"Barusan kamu udah kasih presentasi proposal. Buat apa lagi? Tinggal eksekusi aja!"

"Maksud Bapak?" Ave tak ingin menebak. Jantungnya berdebar lagi. Seringai di wajah Zaid itu pertanda hal buruk untuknya.

Zaid berdiri dan mengambil sebuah folder dari mejanya yang dipenuhi dokumen. "Ini! Ini brief produk yang akan kita kerjakan. Kamu buat proposal untuk yang barusan kamu katakan ke saya. Senin ini serahkan ke saya dan kamu ikut project meeting tim kreatif sama saya. Kamu boleh minta laptop khusus ke Jenny dan boleh kerja di lantai 7."

"Hah? Tapi... tapi Pak... " Tetap saja tangan Ave meraih brief itu.

"Gak ada tapi-tapian, itu hukuman buat kamu!" Zaid meraih kunci dan jaketnya. "Ayo!" ajaknya.

Ave makin bingung. Ia bahkan belum sempat membuka dan membaca brief produk itu. "Loh kita mau ke mana, Pak?"

Zaid berbalik. "Kamu ini gimana sih? Mbak Lily udah nungguin. Kita udah telat."

"Hah?"

Ave tak sempat bertanya, karena Zaid sudah keluar ruangan. Dengan langkah cepat, Ave berusaha menyusulnya. Sambil menjajari langkah cepat Zaid, Ave sempat meraih jaket dan tasnya sendiri. Ia masih bingung, tapi memilh mengikuti keinginan Zaid.

"Alamatnya di Cluster Melati ya?" tanya Zaid. Suara 'tet toet' dari pintu mobil yang dibuka dengan remote jarak jauh terdengar saat Zaid mengarahkan kunci ke mobilnya.

Ave hanya bisa mengangguk.

Dalam mobil yang meluncur, Ave mulai berpikir. Ia hanya staf magang, tapi malah disuruh membuat proposal. Padahal proposal itu biasanya dibuat oleh staf tim kreatif. Jelas sekali, melakukan ini seperti melewati teritorial titik nyaman seorang staf magang dari departemen biasa untuk menjadi staf kreatif. Departemen terbaik yang paling dihormati dan paling diinginkan setiap karyawan di seluruh departemen yang lain, karena Creative Department adalah jantungnya perusahaan.

Ave pernah mengintip ruang kerja tim ini saat mengantar dokumen dan barang. Ruangan tim ini sangat jauh berbeda dengan semua ruangan departemen lain. Seluruh lantai 7 dikuasai oleh departemen ini, yang diubah menjadi ruang-ruang nyaman bergaya  modern dengan desain minimalis. Stafnya bekerja di manapun mereka suka, tak ada kubikal pembatas yang membosankan seperti di departemen lain.

Di antara seluruh ruangan departemen, Ave paling suka lantai 7 karena banyak yang bisa ia lakukan di situ. Ada ruangan yang dipenuhi dengan bantal besar, ada ruang berisi sofa-sofa dengan bantal serta boneka bermotif lucu dan unik, fasilitas pelepas stress yang menyenangkan dan ada pantri dengan deretan snack yang menggoda lidahnya. Fasilitas pelepas stress itu adalah aneka alat musik, meja bilyar, video games, catur, dart dan bahkan tenis meja pun ada.

Yang paling menarik, di departemen itu tak ada aturan kerja yang formal. Para stafnya bekerja bahkan dengan celana pendek dan kaos oblong biasa. Boleh pulang lebih cepat. Boleh datang kapanpun mereka suka. Selama pekerjaan dan meeting tim tetap berjalan sesuai rencana.  Sesuatu yang paling diimpikan Ave. Bekerja tapi tak seperti bekerja.

Tapi aturan itu hanya berlaku staf tim kreatif.  Jadi jelas, membuat proposal bukanlah hukuman, melainkan hadiah. Seperti kejatuhan durian. Sekarang Ave mendapatkan kesempatan itu.

Namun, di sudut hatinya, Ave sedikit kuatir. Ini pertama kalinya ia melakukannya dan Zaid seseorang dengan pribadi yang tak terduga. Entah mengapa Ave justru merasa kuatir.

*****

Terpopuler

Comments

fidivrotary

fidivrotary

mulai suka deh sama sosok zaid...hmmm...s dingin es...dingin tp ngangenin...🥰🥰😍😍

2022-01-22

1

Ife

Ife

terpanah deh hati si boss...

2021-01-19

0

Dyah Retnowati

Dyah Retnowati

nah lo jd baik pak bos..

2020-08-12

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 - The Demon Loan Shark
2 Episode 2 - The Princesses Meeting
3 Episode 3 - Be A Real Cinderella
4 Episode 4 - The Golden Tricks
5 Episode 5 - The Little Cat's Roar
6 Episode 6 - The Cruel Interview
7 Episode 7 - The Snow Prince and Seven Dwarfs
8 Episode 8 - Your 'Imam'
9 Episode 9 - The Deposition
10 Episode 10 - Lie For Dream
11 Episode 11 - Lily, The Friendly Queen
12 Episode 12 - Punishment
13 Episode 13 - Going to Obgyn Clinic
14 Episode 14 - The Real Princess
15 Episode 15 - Song for Laksmana
16 Episode 16 - The Stolen Heart
17 Episode 17 - Do Not Fall For Love
18 Episode 18 - The Witch
19 Episode 19 - The Crown Rules
20 Episode 20 - A Little Chef
21 Episode 21 - Cooking In The Castle
22 Episode 22 - Between Two Knights
23 Episode 23 - Two Devilish Witches
24 Episode 24 - Mesmerized By Her
25 Episode 25 - A Sudden First Kiss
26 Episode 26 - Rejection
27 Episode 27 - The Cold War (Regret)
28 Episode 28 - The Cold War (Miss You)
29 Episode 29 - Panic Attack! The Cold War End
30 Episode 30 - The Beautiful Real Dream
31 Episode 31 - Changing His Face
32 Episode 32 - Family Time
33 Episode 33 - The Reason Why She Said No
34 Episode 34 - When Sun Shines
35 Episode 35 - Love Territorial
36 Episode 36 - Ave's Love Wizard
37 Episode 37 - Fragrance Of Love
38 Episode 38 - Happy Shopping Day
39 Episode 39 - Inside The Darkness
40 Episode 40 - Second (New) Hand Phone
41 Episode 41 - Like Uncle, Like Niece
42 Episode 42 - The Enchanted Star
43 Episode 43 - One Special Night
44 Episode 44 - Alien From The Star
45 Episode 45 - Outrageous Jokes
46 Episode 46 - Sweet Paintball Battle
47 Episode 47 - Meet The Old Friends
48 Episode 48 - The Bad Memories
49 Episode 49 - The Truth
50 Episode 50 - The Evil Yearning
51 Episode 51 - A Crazy Love
52 Episode 52 - Accident
53 Episode 53 - Waiting In Fear
54 Episode 54 - Slave of Love
55 Episode 55 - You're My Google
56 Episode 56 - Tease Me, Don't Lie!
57 Episode 57 - Crazy Jealousy
58 Episode 58 - The Deal
59 Episode 59 - I Only Want You
60 Episode 60 - Two Noisy Guest
61 Episode 61 - Side Story Ajie Lily: Perut Kenyang, Istri Senang
62 Episode 62 - The Best Friends
63 Episode 63 - The Forgotten Birthday
64 Episode 64 - The Best Birthday Gift (1)
65 Episode 65 - The Best Birthday Gift (2)
66 Episode 66 - Whatever It Is
67 Episode 67 - Behind Betrayal
68 Episode 68 - Promise and Dream
69 Episode 69 - A High Risk Plan
70 Episode 70 - A Father and A Lover (1)
71 Episode 71 - A Father and A Lover (2)
72 Episode 72 - Just Another Trip (1)
73 Episode 73 - Just Another Trip (2)
74 Episode 74 - The Hurtful Quarrel (1)
75 Episode 75 - The Hurtful Quarrel (2)
76 Episode 76 - The Most Complicated Decision
77 Episode 77 - Goodbye Without Words
78 Episode 78 - Sad in Silence (1)
79 Episode 79 - Sad in Silence (2)
80 Episode 80 - The New Club
81 Episode 81 - Finding Zaid (1)
82 Episode 82 - Finding Zaid (2)
83 Episode 83 - The Game of Love (1)
84 Episode 84 - The Game of Love (2)
85 Episode 85 - Epilog: Zaid's Heart (My Stupid Love 1)
86 Episode 86 - Epilog: Zaid's Heart (My Stupid Love 2)
87 Episode 87 - Extra Story : Welcome To The Family
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Episode 1 - The Demon Loan Shark
2
Episode 2 - The Princesses Meeting
3
Episode 3 - Be A Real Cinderella
4
Episode 4 - The Golden Tricks
5
Episode 5 - The Little Cat's Roar
6
Episode 6 - The Cruel Interview
7
Episode 7 - The Snow Prince and Seven Dwarfs
8
Episode 8 - Your 'Imam'
9
Episode 9 - The Deposition
10
Episode 10 - Lie For Dream
11
Episode 11 - Lily, The Friendly Queen
12
Episode 12 - Punishment
13
Episode 13 - Going to Obgyn Clinic
14
Episode 14 - The Real Princess
15
Episode 15 - Song for Laksmana
16
Episode 16 - The Stolen Heart
17
Episode 17 - Do Not Fall For Love
18
Episode 18 - The Witch
19
Episode 19 - The Crown Rules
20
Episode 20 - A Little Chef
21
Episode 21 - Cooking In The Castle
22
Episode 22 - Between Two Knights
23
Episode 23 - Two Devilish Witches
24
Episode 24 - Mesmerized By Her
25
Episode 25 - A Sudden First Kiss
26
Episode 26 - Rejection
27
Episode 27 - The Cold War (Regret)
28
Episode 28 - The Cold War (Miss You)
29
Episode 29 - Panic Attack! The Cold War End
30
Episode 30 - The Beautiful Real Dream
31
Episode 31 - Changing His Face
32
Episode 32 - Family Time
33
Episode 33 - The Reason Why She Said No
34
Episode 34 - When Sun Shines
35
Episode 35 - Love Territorial
36
Episode 36 - Ave's Love Wizard
37
Episode 37 - Fragrance Of Love
38
Episode 38 - Happy Shopping Day
39
Episode 39 - Inside The Darkness
40
Episode 40 - Second (New) Hand Phone
41
Episode 41 - Like Uncle, Like Niece
42
Episode 42 - The Enchanted Star
43
Episode 43 - One Special Night
44
Episode 44 - Alien From The Star
45
Episode 45 - Outrageous Jokes
46
Episode 46 - Sweet Paintball Battle
47
Episode 47 - Meet The Old Friends
48
Episode 48 - The Bad Memories
49
Episode 49 - The Truth
50
Episode 50 - The Evil Yearning
51
Episode 51 - A Crazy Love
52
Episode 52 - Accident
53
Episode 53 - Waiting In Fear
54
Episode 54 - Slave of Love
55
Episode 55 - You're My Google
56
Episode 56 - Tease Me, Don't Lie!
57
Episode 57 - Crazy Jealousy
58
Episode 58 - The Deal
59
Episode 59 - I Only Want You
60
Episode 60 - Two Noisy Guest
61
Episode 61 - Side Story Ajie Lily: Perut Kenyang, Istri Senang
62
Episode 62 - The Best Friends
63
Episode 63 - The Forgotten Birthday
64
Episode 64 - The Best Birthday Gift (1)
65
Episode 65 - The Best Birthday Gift (2)
66
Episode 66 - Whatever It Is
67
Episode 67 - Behind Betrayal
68
Episode 68 - Promise and Dream
69
Episode 69 - A High Risk Plan
70
Episode 70 - A Father and A Lover (1)
71
Episode 71 - A Father and A Lover (2)
72
Episode 72 - Just Another Trip (1)
73
Episode 73 - Just Another Trip (2)
74
Episode 74 - The Hurtful Quarrel (1)
75
Episode 75 - The Hurtful Quarrel (2)
76
Episode 76 - The Most Complicated Decision
77
Episode 77 - Goodbye Without Words
78
Episode 78 - Sad in Silence (1)
79
Episode 79 - Sad in Silence (2)
80
Episode 80 - The New Club
81
Episode 81 - Finding Zaid (1)
82
Episode 82 - Finding Zaid (2)
83
Episode 83 - The Game of Love (1)
84
Episode 84 - The Game of Love (2)
85
Episode 85 - Epilog: Zaid's Heart (My Stupid Love 1)
86
Episode 86 - Epilog: Zaid's Heart (My Stupid Love 2)
87
Episode 87 - Extra Story : Welcome To The Family

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!