...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
...Happy Reading ...
...💖...
Din dan Gio baru saja sampai di kantin rumah sakit, mereka duduk di salah satu kursi yang ada di sana, setelah memesan apa yang merek mau lebih dulu.
Dian terdiam, dia tak mempunyai topik untuk mereka bicarakan. Matanya mengedar, melihat suasana kantin yang masih terlihat cukup ramai, walau waktu sudah merambat malam.
"Aku senang, kamu mau duduk berdua di sini denganku," ujar Gio, menatap Dian dengan senyum mengembang.
Dian melirik sekilas pada lelaki yang ada di depannya.
"Jagan terlalu percaya diri, aku berada disini bukan karena mau berdua bersamamu," jawab Dian.
"Benarkah? Ah, sayang sekali ... padahal aku sudah sangat bahagia," ujar Gio, menatap Dian dengan wajah lesu.
"Kamu telah membuatku patah hati," imbuhnya lagi, dengan hembusan napas berat di akhir kalimatnya.
Dian hanya mendecih mendengar perkataan penuh drama dari lelaki di depannya. Melirik sekilas lalu kembali menatap ke arah lain.
Gio terkekeh pelan, melihat wajah kesal Dian. Sepertinya dia memang sudah dimabuk cinta kepada perempuan itu, hingga hatinya tidak pernah tersinggung oleh sikap judes dan tidak perduli Dian. Apa lagi dengan perkataannya yang terkadang terdengar sarkas.
"Silakan," ujar pelayan yang membawakan dua cangkir kopi untuk Dian dan Gio. Dia meletakkan gelas itu di atas meja.
"Terima kasih," balas Dian dan Gio bersamaan.
Dian mengambil cangkir kopi miliknya dan menangkupnya menggunakan dua tangan, hawa dingin yang tadi sempat dia rasakan menjadi sedikit berkurang, karena mendapatkan kehangatan dari cangkir kopi itu.
Dian menghirup terlebih dahulu aroma kopi di dalam cangkir, sebelum dia menyeruputnya. Rasa hangat langsung terasa di mulut dan tenggorokannya, bercampur dengan rasa pahit dari kopi dan sedikit manis dari gula, juga gurih yang didapatkan dari krimer susu.
Dian bahkan sampai menutup matanya, demi menikmati minuman kesukaannya itu. Merasakan setiap rasa yang bercampur menjadi satu di dalam mulutnya. Tanpa terasa ada seluas senyum tulus yang terlihat di bibir merah itu.
Gio menatap wajah cantik di depannya dengan jantung yang sudah bertalu, pemandangan indah yang jarang dilihatnya. Lelaki itu terpesona untuk yang kesekian kalinya pada orang yang sama, menikmati setiap ekspresi wajah yang terlihat tulus tanpa dibuat-buat, seperti biasanya.
Dia bahkan tak mau untuk sekedar berkedip, tak ingin menghilangkan satu detik pun tanpa melihat wajah cantik itu. Begitu manis, tanpa ada sorot mata tajam dan bibir yang melontarkan kata sarkas, atau berdecak kesal padanya.
'Kenapa aku malah terjebak dalam cinta perempuan sepertimu? Kamu membuatku untuk berjuang mendapatkan sesuatu yang sebenarnya bisa aku dapatkan dengan mudah dari perempuan lain di luar sana' gumam hati Gio.
Tanpa Gio dan Dian tahu, di pintu masuk kantin ada seorang perempuan lainnya yang menatap kedua orang itu dengan tatapan tidak suka.
Dada perempuan itu terlihat naik turun dengan tangan mengepal kuat, menahan amarah dengan apa yang dia lihat saat ini.
Dia kemudian berjalan dengan sorot mata penuh kebencian, menyambar minuman di salah satu meja, hingga akhirnya.
Byur!
"Hk!"
Dian langsung membuka matanya menatap tajam perempuan yang kini berdiri di depannya dengan gelas di tangan.
Gio ikut terkejut dengan kejadian yang terasa begitu tiba-tiba, dia mengalihkan perhatiannya pada perempuan yang kini sedang berdiri di sampingnya.
"Astaga! Kamu tidak apa-apa?" tanya Gio sambil beralih duduk di samping Dian, dia hendak membantu Dian membersihkan tumpahan air di bajunya, hanya saja Dian langsung menepis kasar tangannya.
Dian tak lagi mau memaksa, dia beralih menatap tajam perempuan yang kini tengah menatap mereka berdua dengan tatapan tidak suka.
Tangannya mengepal dengan rahang mengeras, melihat siapa yang kini mengacaukan waktu berduanya dengan Dian.
'Perempuan ini!" geram Gio.
"Dasar perempuan penggoda! Memangnya tidak ada lelaki lain di luar sana, sampai kamu memilih menggoda pacarku, hah?!" sarkas perempuan itu yang Dian pun tidak tahu dia siapa.
Dian melihat bajunya yang kini sudah basah karena disiram minuman dingin oleh perempuan tak dikenal itu.
Dia kemudian melirik Gio dan perempuan di depannya dengan seringai miring di bibirnya.
" Heh! Kalau mau berbuat sesuatu sebaiknya dipikirkan lebih dulu, jangan sampai kamu merugikan dirimu sendiri!" sarkas Dian, dia mengambil tisu dan membersihkan bekas air di bajunya.
Semua orang yang berada di kantin kini memfokuskan perhatiannya pada tiga orang itu. Mereka langsung asik saling berbisik menuduh Dian dengan perkataan kasar dan tidak pantas.
"Wah, ternyata merek pasangan selingkuh, dasar wanita tidak tahu malu!"
"Uh, bagus itu! Memang pantas wanita perusak hubungan orang lain, diperlakukan seperti itu!"
"Sayang sekali mereka ternyata berselingkuh, padahal mereka terlihat begitu serasi."
"Kasihan sekali perempuan itu ... Tapi, bukannya itu memang konsekuensi dari apa yang dia lakukan? Merusak hubungan orang lain?"
"Seperti tidak ada laki-laki lain saja, ngapain dia pakai berselingkuh dengan lelaki yang sudah memiliki kekasih?!"
"Gak nyangka, cantik-cantik ternyata perusak hubungan orang?"
"Iya, atau jangan-jangan dia adalah seorang perempuan murahan yang disewa lelaki itu?"
Berbagai omongan bernada sumbang terdengar menyakitkan telinga Dian, dia mengepalakan tangannya begitu erat dengan tatapan yang semakin menajam.
Sedangkan perempuan yang berdiri di depannya menatap Dian begitu rendah, dia tersenyum penuh kemenangan saat mendengar banyaknya cacian yang dilontarkan oleh orang disekitarnya.
Gio menahan amarahnya, dia memilih untuk diam terlebih dahulu, ingin tahu bagaimana reaksi Dian untuk menghadapi wanita seperti itu.
"Kamu yang harusnya berpikir dulu, sebelum menggoda pacarku!" sentak perempuan itu, tidak terima dengan apa di katakan oleh Dian.
"Coba kamu tanya sendiri, apa dia mengakuimu sebagai pacarnya?" santai Dian, masih terlihat tenang, walau di dalam hati ingin sekali dia memberikan sedikit pukulan pada perempuan tidak tahu malu itu.
'Sial! Baru duduk berdua saja, sudah ada perempuan lain yang menuduhku macam-macam, apa lagi kalau lebih!' geram hati Dian.
"Ya, jelas dia akan mengakui aku sebagai pacarnya. Iya 'kan, sayang?" Kini perempuan itu beralih menatap Gio dengan tatapan memuja. Tangannya terulur hendak menyentuh pundak Gio, akan tetapi Gio langsung melenepisnya dengan kasar.
"Siapa kamu? Aku tidak mengenalmu?" tanya Gio yang langsung membuat wajah perempuan itu memerah seketika.
"Apa maksudmu, sayang? Aku Rena, pacarmu, masa kamu lupa?" ujar perempuan yang menyebut dirinya Rena itu, dia hendak menyentuh kembali tubuh Gio, tetapi, lagi-lagi Gio menepisnya dengan kasar.
Dian menyeringai, dia sudah mengira kalau lelaki di depannya akan lebih memihak padanya dari pada perempuan itu.
"Aku tidak mengenalmu? Dan perlu kamu tau, kalau kami berdua sudah bertunangan bahkan sebentar lagi akn menikah, benar 'kan, sayang?" Gio merangkul pundak Dian, dia tersenyum lembut pada perempuan yang kini tengah menatapnya tajam.
Niat hati tak ingin berdebat dengan perempuan tak penting itu, kini dia malah terjebak oleh sandiwara lelaki di sampingnya.
"Dasar brengsek!"
...🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Helen Apriyanti
hahahaa ... malah berbalik dn trjebak dian oleh sndiwara gio .. nah loh dian ..
2022-08-07
1
Pipit Sopiah
gio kamu bikin dian makin marah aja
2022-06-04
1
💞wini lovely🌹🌈💞
hihihihi,,, lwan dian, jgan kasih kendor, aq dkung kami,,
2022-04-27
1