...Happy Reading...
...💖...
"Selamat siang."
Gio dan Randi mengalihkan pandangannya pada dua orang yang baru saja datang, mata Gio langsung melebar saat dia bisa melihat lagi sosok yang begitu dirindukannya.
'Kamu selalu terlihat canti, calon istriku,' gumam hati Gio dengan mata tak terlepas dari wajah Dian.
Dian yang baru menyadari keberadaan Gio langsung menatap Romi tajam, rahangnya mengeras dengan muka yang mulai memerah.
'Sial! Kenapa juga dia bisa berada di sini? Dasar Romi! Berani-beraninya dia tidak memberi tau dulu kalau yang akan aku temui adalah manusia brengsek ini!' gerutu Dian dalam hati.
"Khem! Selamat siang, Tuan Giovano dan Tuan Randi." Romi berdehem sebentar untuk menetralkan rasa canggung yang tiba-tiba saja terjadi di ruangan itu.
"Siang, Tuan Romi dan Nona Diandra," sapa Randi sambil menjabat tangan kedua orang itu.
Dian tersenyum paksa, kepada Randi dan Gio, dia bahkan hanya menempelkan sekilas telapak tangannya pada tangan Gio, tanpa mau bersalaman dengan benar.
Gio mendesah pelan, melihat sikap Dian yang sama sekali belum berubah dari satu minggu yang lalu. Sedangkan Randi menahan senyum melihat muka masam Gio dan wajah judes Dian.
Berbeda lagi dengan Romi yang tidak tahu akan masalah di antara Dian dan Gio, dia bertanya-tanya dengan sikap Dian yang sudah berubah sejak melihat Gio. Padahal selama ini Dian selalu bersikap profesional dalam bekerja sama dengan laki-laki.
"Kamu gak bilang kalau orang kita temui itu mereka?" bisik Dian pada Romi.
Lelaki itu tersenyum canggung, saat melihat Gio dan Randi menatap mereka berdua. "Aku kan tadi mau bilang, lah kamunya malah pergi," jawab Romi ikut berbisik.
"Baiklah, kita mulai saja rapat kali ini," Gio memulai pembicaraan mereka.
Ya kali ini Gio dan Randi berperan sebagai CEO dari perusahaan Purnomo Grup. Perusahaan warisan dari sang kakek, dia sebagai generasi ketiga yang meneruskan kejayaan bisnis keluarga itu.
Perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, juga aset dan investasi dalam bidang Perhotelan dan Real Estate itu, semakin maju sejak dipegang oleh Gio setelah kepergian sang ayah.
"Penawaran kalian sangat bagus, saya suka dengan semua ini." ucapan dari Randi membuatnya langsung mendapat cubitan maut dari Dian.
"Kenapa kamu memutuskan secara sepihak, Romi!" gumam Dian dengan gigi terkatup rapat.
"Ini penawaran yang paling bagus dari semuanya, Dian. Kita tidak bisa menolak lagi," balas Romi.
Dian terdiam, dalam hati ia membenarkan perkataan Romi. Akan tetapi, kenapa harus dia. lelaki yang amat sangat dia hindari. Melirik sekilas wajah lelaki di depannya yang sedang menandatangani kontrak.
Gio menggeser kontrak kepada Romi, dan itu menjadi kesempatan untuknya bisa menggeser sedikit tujuannya, hingga lengannya bisa bersentuhan dengan lengan Dian yang sedang membereskan berkas di atas meja.
Tuk!
Dian yang sudah tahu gelagat Dion malah dengan sengaja mengetukkan berkas dan buku binder di tangannya pada punggung tangan Gio yang sudah berjarak sangat dekat dengan tanagnnya.
"Sshh," desah Gio merasakan tangannya sedikit berdenyut.
'Kuat juga tenaganya?' gumam Gio dalam hati.
"Ups, maaf, Pak Giovano. Saya tidak sengaja," ujar Dian dengan salah satu tangan menutup bibirnya yang sedang memunculkan seringai.
"Ya, ini tidak apa-apa, kok," jawab Gio sambil mengusap lengannya yang terlihat mulai memerah karena terkena besi dari buku binder itu.
Romi hanya bisa geleng-geleng kepala samar, melihat tingkah Dian yang selalu saja berulah bila sudah tidak suka dengan orang-orang, apa lagi ini adalah lelaki.
Pertemuan berakhir dengan kesepakatan di antara dua perusahaan itu, mereka sama sekali tidak takut proyek besar itu akan dikerjakan oleh perusahaan yang notabene mempunyai hotel saingan mereka sendiri.
Mereka semua baru saja berdiri dan hendak menjabat tangan sebagai tanda perpisahan, saat ponsel di tangan Dian berbunyi begitu nyaring.
"Maaf, saya harus menerima panggilan ini sekarang juga," ujar Dian sebelum akhirnya menjauh dari ketiga lelaki itu.
"Ada apa, Ya?" tanya Dian begitu ia menempelkan ponselnya di telinga.
"Teh, itu! I–itu, Teh ... restoran tempat Ares kerja kebakaran! Aku sekarang ada di tempat kejadian."
Dian mematung mendengar perkataan dari asisten rumah tetangganya itu, otaknya seakan berhenti beberapa saat, dengan mata yang mulai memerah.
"Teh?" panggilan dari Yaya lagi, menyadarkan Dian.
"Ba–bagaimana keadaan Ares, Ya? Kamu tunggu aku di sana, Ya. Jangan ke mana-mana sampai aku datang, tolong tau keadaan Ares!" ujar Dian lalu mematikan teleponnya secara sepihak, dia berjalan dengan tergesa-gesa menuju tiga lelaki yang masih memperhatikan dirinya.
"Maaf, aku harus segera pergi sekarang. Permisi!" ujar Dian. Tanpa menunggu jawaban dia langsung pergi begitu saja, meninggalkan restoran dengan langkah setengah berlari.
"Dian! Diandra!" Gio ikut berlari di belakang Dian sambil memanggil namanya.
Dua lelaki lainnya, ikut menyusul Dian dan Gio di belakangnya. "Ada apa sebenarnya, Dian? Kenapa kamu panik seperti itu?" tanya Romi yang berhasil menyamai langkah Dian. Gio pun ikut mendnegarkan, begitu juga dengan Randi.
"Ares, Rom. Restoran tempat kerja Ares kebakaran," jawab Dian.
"Kamu tolong jangan kabari orang tuaku dulu ya, Rom," sambung Dian lagi.
Begitu mereka ke luar restoran, mereka baru menyadari kalau jalan juga sudah padat, mungkin karena lokasinya memang tidak terlalu jauh dari tempat mereka bertemu. Dian melihat ke arah langit di mana letak restoran yang kebakaran itu berada, asap hitam sudah terlihat mengepul ke atas.
Tak ada cara untuk ke sana menggunakan kendaraan, semua jalan sudah penuh oleh kendaraan. Dian akhirnya memutuskan untuk berlari menuju tempat kejadian yang berjarak sekitar satu kilomereter dari tempatnya saat ini.
"Ran, kamu hubungi seseorang yang berada di dekat tempat kejadian, siapkan kendaraan di sana takut nanti aku perlukan!" perintah tegas Gio pada asistennya, kemudian berlari kembali untuk menyusul Diandra.
Gio meringis melihat Dian yang berlari menggunakan sepatu yang memiliki hak yang lumayan tinggi. Dian berlari tanpa melihat seitarnya, hingga terkadang dia sampai terhuyung karena tersenggol kendaraan yang juga berebut untuk segera keluar dari kemacetan. Gio dengan sigap menjaga tubuh Dian agar tidak terluka.
Beberapa saat kemudian kedua orang itu sudah berada di lokasikejadian, restoran yang masih milik Dian itu ternyata sudah hangus tak bersisa, banyak orang yang terluka dan kini sudah mulai di bawa oleh ambulan ke tempat kesehatan terdekat, entah itu klinik ataupun rumah sakit, itu semua dibagi berdasarkan luka yang diderita.
Yaya yang melihat keberadaan Dian langsung menghampiri majikannya itu.
"Bagaimana keadaan Ares, Ya?" tanya Dian dengan napas memburu, keringat terlihat membasahi hampir seluruh tubuhnya. Dadanya bergerak naik turun berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
"Ares, dia sudah dilarikan ke rumah sakit, karena mengalami luka bakar cukup parah."
Dian mematung, tubuhnya serasa kaku saat mendengar kondisi adiknya.
"Ayo, kita susul dia ke rumah sakit!"
...🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹...
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Retno Palupi
siapa yg ganggu Dian? mungkin si Jo?
2022-08-30
1
Eny Sapphire Msi Candibinangun
korsleting apa dsengaja ???
2022-06-05
1