...Happy Reading...
...💖...
Dian masih termenung di tempat ya ng sama, dia larut di dalam pemikirannya tentang adik kembarnya. Ya, Diana atau yang biasa disebut dengan Ana adalah adik kembar Dian. Ana pergi dari rumah beberapa tahun yang lalu, bersama dengan kekasihnya karena tak mendapat restu dari ayahnya.
Dari sejak itu, hubungan antara Dian dan ayahnya mulai renggang, karena ayahnya selalu menyalahkan Dian atas kepergian Ana. Karena alasan itu juga, lelaki yang saat itu hampir bertunangan dengannya memilih mundur dan menikah dengan sahabat kecilnya, disebabkan oleh sang ayah yang tak pernah merestui hubungan mereka juga.
Hingga suatu hari Dian baru tahu, kalau dia telah dijodohkan dengan anak salah satu teman ayahnya. Di hari itu juga lah, Dian memutuskan untuk melawan dan berakhir keluar dari rumah. Menjalani kehidupannya yang sekarang, tanpa pernah lagi bertemu dengan kedua orang tuanya.
Sifat keras dan tak mau di bantah sang ayah, membuat hidupnya dan sang adik seakan tak pernah menemukan jalan yang mudah. Setiap lelaki yang mereka bawa, selalu ditolak menatah-mentah, dengan berbagai alasan di akhirnya.
Tanpa Dian sadari, dari salah satu mata pengunjung pantai, ada yang memperhatikannya sejak tadi. Lelaki berbalut kemeja berwarna abu-abu muda itu, terlihat berdiri dengan tangan masuk ke dalam saku.
Matanya tajam itu, rak pernah melepaskan pandangannya dari Dian, tatapan yang memiliki arti, walau terlihat begitu rumit. Menghembuskan napas kasar, saat kemudian lelaki itu pergi begitu saja, setelah melihat seorang lelaki menghampiri Dian.
"Dian, kamu ngapain di sini?"
Pertanyaan yang terdengar dari samping tempat Dian duduk membuyarkan semua lamuanan panjangnya, membuat wajah gadis itu menoleh sekilas, melihat lelaki yang kini tengah berdiri di sambingnya, walau akhirnya ia kembali fokus pada laut luas di depannya.
Jo, lelaki yang selalu mencoba menarik perhatian Dian itu, terlihat ikut duduk kemudian mengikuti arah pandangan Dian dengan sesekali mencuri pandang wajah cantik di sampingnya.
"Tumben tadi pagi kamu tidak ke pantai, aku cari di tempat biasa kamu tidak ada," ujar Jo, dengan nada tanya.
Dian masih diam, tak berniat untuk menjawab ataupun menimpali perkataan lelaki itu.
"Mau makan siang bareng?" tanya Jo, setelah keduanya lama terdiam.
"Tidak, aku sudah makan," jawab Dian, dingin. Dia bahkan tak menoleh sedikit pun pada lelaki itu.
Menghembuskan napas kasar, Dian menarik pandangannya dari luasnya laut biru, dia beralih melihat pasir pantai yang terasa begitu halus.
"Sudah berapa kali aku bilang, Jo. Jangan lagi kamu dekati aku, aku tidak tertarik denganmu ... lebih baik kamu cari perempuan lain yang bisa menerima kamu, daripada harus terus mendekatiku seperti ini," ujar Dian.
Kasihan sebenarnya, Dian melihat lelaki itu yang tak pantang menyerah, mendekatinya selama dua tahun ini. Akan tetapi, Dian tak dapat membohongi hatinya yang terasa sudah beku. Hubungan rumit dengan rintangan restu dari sang ayah membuatnya memutuskan untuk tak lagi berhubungan dengan siapapun.
Huftthh.
Helaan napas terdengar begitu berat, Jonas mengernyit menatap wajah Dian dengan penuh kecewa. Ada rasa sakit di dalam hatinya saat mendengar perkataan itu lagi, Dian selalu saja membuatnya terjatuh dengan perkataannya. Akan tetapi, semua itu tidak bisa membuatnya menutup diri dari pesona perempuan itu.
"Baiklah, aku tak akan lagi mengharapkan balasan cinta darimu, tapi bisakah kamu biarkan aku tetap berada di sisimu, walau hanya berteman?" tanya Jonas.
Dian beranjak berdiri, dengan menenteng sepatunya di salah satu tangan. Jonas mengikuti pergerakan Dian, sambil menantikan jawaban dari perempuan itu.
Berjalan menyusuri garis bibir pantai dengan terik matahari menemani kedua orang itu, Jonas masih setia menemani Dian. Lelaki itu memang tidak pantang menyerah, itu juga yang membuat Dian sedikit merasa bersalah pada Jonas. Dian merasa Jonas telah salah memperjuangkan cinta, karena dirinya tidak akan membuka hati.
"Maaf, Jonas. Aku tak mau memiliki hubungan apa pun dengan lelaki, jadi lebih baik kami berhenti sampai di sini," jawab Dian begitu dingin, tanpa riakdi wajahnya. Dian kemudian berlalu, dengan langkah kaki yang semakin cepat.
Jonas terdiam, menatap kepergian Dian dengan hati yang terasa patah. Penantian dan usahanya selama dua tahun, ternyata tak mampu membuka pintu hati Dian. Perempuan itu tetap menolaknya walau dia hanya menawarkan sebuah pertemanan.
"Kamu terlalu sombong, Dian. Mungkin aku harus membuatmu jatuh terlebih dahulu, agar kamu tidak berpikir terlalu tinggi," desis Jonas, dengan kedua tangan mengepal kuat.
.
Di tempat lain, Gio baru saja sampai di ruangannya, setelah berjalan-jalan sebentar, melihat situasi di sekitar pantai. Menyandarkan punggungnya pada kursi, dengan kepalasedikit mendongak, matanya terpejam dengan kerutan halus di keningnya.
Bayangan seorang gadis yang terlihat sedang termenung melintas di kepala. Gio langsung membuka kembali matanya, dia berusaha menghilangkan bayangan itu.
Tok ... tok ... tok.
Suara ketukan di pintu, mengalihkan perhatiannya, dia kemudian mempersilahkan orang di balik pintu untuk masuk. Randi masuk dengan membawa beberapa berkas di tangannya.
"Ini semua informasi yang kamu inginkan dan ini rancangan baru untuk promosi hotel kita kedepannya," ujar Randi, menaruh dua map berwarna berbada di meja atasannya itu.
Gio menatap asistennya itu sebentar, lalu meraih map yang berada di bagian atas membacanya sekilas lalu kembali menaruhnya di atas meja.
"Baiklah, nanti aku akan periksa, sekarang kamu boleh pergi," ujar Gio.
Setelah Randi keluar, Gio meraih map satunya lagi, dia meneliti setiap informasi yang ada, keningnya terlihat bertaut dalam, saat menemukan beberapa kenyataan di dalam sana.
Pandangannya berubah begitu rumit dengan hembusan napas yang terdengar begitu berat. Memilih untuk beranjak dari duduknya, berjalan ke luar ruangan dengan langkahnya yang lebar. Dia butuh hiburan untuk sedikit menyegarkan otaknya yang terasa hampir saja pecah.
"Mau kemana, Bos?" tanya Randi begitu melihat Gio berjalan ke luar.
"Cari makan!" jawab Randi tanpa menghentikan langkahnya.
Randi langsung berjalan mengikuti langkah bosnya itu, dia juga sudah lapar sejak tadi , hanya saja dia belum sempat untuk membeli atau memesan makanan untuknya.
"Jadi perempuan yang kamu tolong tadi malam, sebenarnya adalah pemilik hotel yang merahasiakan identitas sesungguhnya? Lalu mau kamu apakan lagi dia?" tanya Randi, begitu mereka berada di atas motor sport masing-masing.
Mempunyai hotel di daerah pantai seperti ini membuat mereka memilih memakai motor bila sedang beraktifitas, kecuali kalau mau pulang dan pergi aja. Suasana jalan yang selalu padat, akan membuat waktu mereka terbuang sia-sia, hanya untuk berkutat dengan kemacetan dengan kendaraan para pengunjung pantai lainnya.
Gio hanya mengangkat kedua bahunya, lalu mulai menarik gas di tangan kanannya, hingga motornya mulai melaju terlebih dahulu di depan motor Randi.
Beberapa saat kemudian, keduanya telah berhenti di sisi pantai yang lain, di sana tak terlalu banyak pengunjung bila siang hari, karena tidak ada kawasan renang. Hanya ada beberapa anak muda yang sedang menikmati olahraga dan juga permainan air.
Turun dari motor masing-masing saat sudah sampai di sebuah restoran yang dituju. Sebuah restoran khas pinggir laut, dengan menu utama seafood, menjadi pilhan mereka kali ini.
Gio duduk terlebih dahulu dan membiarkan Randi yang memesan menu makan siang keduanya. Tak lama kemudian, satu orang perempuan datang dan bergabung di meja yang sama.
"Wah, gila kamu, Gio! Baru empat hari ada di sisni, udah nemu cewek aja," cibir Randi, yang duduk di depan bosnya itu.
"Aku tak akan melewatkan sesuatu yang satu ini, Bro. Hahaha!" jawab Gio dengan diiringi tawa di akhir perkataannya.
"AKu kira pulang dari luar, kamu udah tobat. Ternyata sama saja," cibir Randi lagi.
Gio tak menjawab, dia hanya menyunggingkan sebelah ujung bibirnya, tangannya sudah berada di pundak perempuan dengan pakaian minim di sampingnya. Membiarkan kepala perempuan itu bersandar pada dadanya sambil dengan tangan bermain dengan kancing kemejanya.
Tanpa mereka tahu, ada sepasang mata yang memperhatikan ketiganya dengan tatapan tajam penuh kebencian.
...🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Retno Palupi
mungkin yang perhatian dian
2022-08-30
1
Helen Apriyanti
siapkh gerangn yg mmperhtikn mreka b'3.. ??
2022-08-07
1