...Happy Reading...
...💖...
Dian tertidur di atas sofa yang ada di ruangan Ares, rasa lelah sudah tak dapat lagi dia tahan, hingga akhirnya tubuhnya menyarah dan terlelap begitu saja.
Pintu ruangan terbuka perlahan, dua orang paruh baya terlihat masuk dengan perlahan, Ares yang baru saja hendak tertidur, membuka kembali matanya, dia sedikit menegang begitu melihat siapa yang datang.
"Bunda, Ayah," gumam Ares, menatap kedua orang itu dengan tatapan cemas, lalu mengalihkan pandangannya pada sang kakak yang masih terlihat menutup mata.
Dia kemudian memberikan kode kepada kedua orang tuanya untuk tidak terlalu berisik. Lisna dan Eros yang mengikuti tatapan anak bungsunya itu langsung mengangguk, mereka yang sudah hendak membuka mulut akhirnya memutuskan untuk menutupnya kembali.
Tatapan Lisna berubah menjadi sendu, saat dia menatap tubuh anak yang sudah dua tahun ini memutuskan untuk keluar dari rumah dan hidup jauh dari keluarga.
Dia begitu merindukan anak sulungnya itu, ibu mana yang bisa berjauhan begitu lama dengan buah hatinya, itu juga yang dia rasakan selama ini. Pertengkaran antara anak dan ayah tanpa sadar telah memisahkan seorang ibu dan anaknya.
Perlahan Lisna mendekat pada sofa tempat Dian berada, kemudian berjongkok tepat di depan wajah anak sulungnya itu. Satu tetes air mata sudah tak dapat di tahan lagi, dia begitu aja lolos dan membasahi pipi.
Tangannya menggantung di atas pipi Dian, ingin sekali dia menyentuh tubuh anak pertamanya itu. Akan tetapi, rasa takut mengganggu tidur lelap Dian, membuat Lisna mengurungkan niatnya.
Wajah lelah Diandra, cukup membuatnya prihatin. Lagi pula dia tidak mau menghilangkan kesempatan untuk berada di dekat anaknya itu lebih lama lagi. Lisna tidak mau jika nanti Dian terbangun lalu nanti pergi begitu saja, saat melihat dia dan suami di sana.
Eros menatap wajah anak pertamanya itu dengan sorot mata yang begitu rumit, entah apa yang sekarang di pikirkan oleh ayah dengan tiga anak itu, tak ada yang tahu selain dirinya sendiri.
Ares memandang kedua orang tuanya dengan perasaan penuh prihatin, walah ada sedikit canggung di dalam hatinya, saat matanya melihat wajah sang ayah. Selama ini Eros tidak tahu kalau dia tahu keberadaan Diandra. Hanya sang ibu yang tahu itu juga karena dirinya pernah lepas bicara.
Entah siapa yang memberi tahu kedua orang tuanya itu, hingga mereka sekarang berada di rumah sakit ini.
"Bagaimana keadaan kamu, Res?" tanya Eros, dia lebih memilih menghampiri anak lelakinya.
"Aku baik, Yah. Hanya terkena luka bakar kecil, besok juga sudah bisa pulang," jawab Ares.
Eros mengangguk samar, matanya meneliti setiap bagian tubuh anak bungsunya itu.
"Ayah dan Bunda, tahu dari mana aku dirawat?" tanya Ares dengan nada suara terdengar sangat hati-hati, takut menyinggung perasaan orang tuanya.
"Berita kebakaran itu sampai ke daerah rumah kita, Bundamu langsung meminta Ayah untuk datang ke sini," jawab Eros, dengan nada yang terdengar dingin di telinga Ares.
Lisna beranjak setelah merasa puas menatap wajah cantik Diandra, beralih menghampiri Ares dan suaminya.
"Bagaimana ini bisa terjadi, Res? Bunda khawatir banget sama kamu, saat dengar berita tentang kebakaran itu," ujar Lisna sambil menatap penuh prihatin kondisi anak lelakinya.
Tangannya menggenggam erat lengan yang Ares, dengan satu tangan lagi mengusap wajah anaknya itu. Eros beranjak dari tempat duduknya, membiarkan sang istri untuk duduk.
"Aku juga tidak mengerti, Bun. Karena waktu itu suasana restoran sedang sangat ramai, mengingat itu adalah waktu makan siang. Kami yang berada di dapur, sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, saat api di salah satu kompor yang sedang dipakai oleh temanku, tiba-tiba menyembur ke luar dan meledak saat itu juga," jelas Ares mengingat kejadian siang tadi.
"Ya ampun, kenapa bisa terjadi seperti itu, Bunda, dengar restoran itu juga tidak bisa diselamatkan karena padam kebakaran lumayan kesulitan masuk ke sana, akibat banyaknya pengunjung yang membuat jalanan macet," ujar Lisna.
"Iya, Bun. Ares juga baru tau setelah Ares sampai di rumah sakit. Salah satu teman Ares yang selamat memberi tau Ares kondisi di sana, tadi."
Cukup lama kedua Lisna dan Eros berada di ruangan itu, Lisna bahkan membawa makanan yang sengaja ia masak untuk anaknya. Ares pun memilih untuk makan dari tangan sang bunda.
Eros memilih untuk menunggu di luar, dia duduk di kursi yang tersedia di selasa rumah sakit. Termenung dengan pandangan yang terkadang jatuh, helaan napas pun terdengar berulang, bagikan sedang memikul banyak beban.
"Eungh," Dian menggeliat dengan mata yang mulai mengerjap, sepertinya dia sudah merasa kenyang dengan tidur yang lumayan panjang.
Beranjak duduk dengan mata yang masih menutup, Dian mengusap wajahnya untuk mempermudahnya membuka mata.
Tubuhnya mematung, saat ujung matanya melihat sosok orang yang begitu dia rindukan. Matanya memerah, dengan detak jantung yang kemudian berdetak dengan cepat.
'Apa ini mimpi? Aku sepertinya belum bangun sepenuhnya?' gumamnya, terkejut dengan apa yang kini dia lihat.
"Bunda?" Suara lembut dan lirih, yang menyelipkan nada sendu penuh kerinduan seorang anak itu, keluar begitu saja dari mulutnya.
Lisna yang memang sudah memperhatikan anaknya itu sejak tadi, tersenyum teduh, sekuat tenaga dia berusaha menampilkan ketegarannya sebagai seorang ibu, walau air muka dan sorot mata tidak bisa membohongi rasa di dalam hatinya.
"Khem." Dian berdehem untuk menormalkan tenggorokannya yang terasa kering secara tiba-tiba. Beranjak dari tempatnya duduk lalu berlalu berjalan menuju kamar mandi, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Sampai di dalam, Dia membasuh muka berulang kali, dia menyamarkan air matanya yang tak bisa ditahan lagi. Seorang anak mana yang tidak merasa rindu, saat harus berpisah jauh dari kedua orang tuanya, itu juga yang kini dirasakan oleh Dian.
Hatinya memang keras, dia selalu tak mau mengalah, itu juga yang menyebabkan dia keluar dari rumah dua tahun yang lalu. Akan tetapi, semua itu tak bisa membuat rasa sayang dan cinta kepada kedua orang tuanya menghilang ataupun terkikis.
Setelah merasa cukup untuk menenangkan diri, Dian keluar dari kamar mandi saat ia mendengar suara nada dering ponselnya di luar sana.
Cklek.
Pintu terbuka berbarengan dengan masuknya dua orang lelaki dari arah luar, mata Dian kini kembali melebar, saat matanya bersirobok dengan salah satu di antara mereka. Detak jantung yang masih terasa bertalu, kini semakin menyesakkan dada. Napasnya terasa semakin berat dengan mata yang kembali memanas.
Dia berjalan menuju ponselnya tergeletak dia atas meja, layar yang menampilkan nama Romi, langsung membuatnya mengalihkan perhatiannya.
"Maaf, saya permisi untuk mengangkat telepon," ujarnya sambil berjalan menuju keluar ruangan.
"Res?" Lisna menatap wajah anak lelakinya dengan gusar, begitu punggung Dian telah hilang di balik pintu.
Ares menggenggam tangan sang bunda, dia tahu kalau wanita yang telah melahirkannya itu sedang khawatir sekarang.
"Dia pasti kembali lagi."
...🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Helen Apriyanti
mungkin kh yg baru masuk laki" yg mau d jodohin sm dian..atau kah gio
2022-08-07
1
Eny Sapphire Msi Candibinangun
siapa yg baru masuk?
2022-06-05
1