Sambil bersiul-siul ria,Dave keluar dari kantor. Hampir semua yang berpapasan dengan nya heran melihat kelakuan Dave. Dia memang bukan pria dingin dan kaku tapi untuk terlihat seriang itu jarang sekali terjadi.
Mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang ,ia membelah jalanan di bawah teriknya sang mentari. Senyum terus terukir di wajah tampan itu. Tak sabar ingin bertemu wanita yang menyita semua perhatiannya akhir-akhir ini. Wanita yang mengajarkan nya tentang sebuah rasa rindu.
Sampai di cafe tempat janji temu dengan Vea,Dave masuk dan melihat sekeliling. Wanita yang ingin di temuinya belum ada di sana. Ia memilih duduk di tempat dimana ia bisa melihat dengan jelas orang yang masuk cafe itu.
Pelayan datang,Dave hanya memesan minuman. Untuk teman menunggu sampai Vea datang. Lima belas menit menunggu dalam gelisah,cafe mulai ramai pengunjung karena jam makan siang. Akhirnya Dave bisa tersenyum lega.
Wanita cantik dengan pakaian kantor dan high heels menunjang tubuh tinggi semampai . Begitu anggun dan langkah lurus dengan tatapan mata penuh percaya diri. Menggambarkan kecantikan yang diimbangi dengan kecerdasan.
Dave menyongsong Vea,berlaku manis dengan menarik kursi sebelum Vea duduk.
" Terima kasih,maaf sudah membuat menunggu". ucap Vea diplomatis.
" Gak apa-apa,belum lama juga ". jawab Dave dengan senyum secerah matahari sambil duduk kembali di kursinya.
" Kita pesan makan dulu " sambung Dave seraya mengangkat tangan memanggil pelayan.
Keduanya memesan makanan masing-masing pada pelayan yang datang. Dave tampak antusias,sementara Vea terlihat dingin dan acuh.
" Maaf saya mengganggu waktu kamu karena ingin bertemu ". ucap Vea setelah pelayan yang mencatat pesanan mereka pergi .
" Gak ,gak mengganggu sama sekali " timpal Dave. Senyum masih terus terkembang di bibir lelaki itu. Tatapannya tak beralih dari wajah ayu di depannya.
" Maaf sebelumnya,tapi aku rasa kamu gak perlu untuk mengirimkan makanan atau bunga setiap hari. " ucap Vea to the point. Seraya menatap dua bola mata Dave yang tak berpaling darinya.
" Memangnya kenapa ?" tanya Dave santai, dengan tatapan yang membuat Vea menghela nafas dan berpaling. Tatapan dalam yang membuat hatinya sedikit tergelitik.
Ia tak mengingkari ketampanan lelaki di hadapannya. Namun hatinya menolak untuk menerima semua perhatian lelaki itu.
" Aku tidak nyaman,dan aku keberatan " sahut Vea setelah terdiam sejenak.
" Kamu punya pacar ?" suara Dave berubah dingin, tatapan matanya seakan mengintimidasi. Vea menggeleng.
" Bukan soal itu,kita gak sedekat itu untuk kamu terus menerus mengirimi aku kayak gitu. Maksudnya apa ?, aku gak enak kalo cewek kamu tau " ungkap Vea,kini tatapan mereka seakan saling menantang.
" Cewek ?, cewekku yang mana ?". Vea belum menyahut , pelayan datang dengan menu pesanan mereka. Setelah pelayan meletakkan pesanan di atas meja,dengan ramah Vea berterima kasih sebelum pelayan pergi dengan senyuman.
Tiba-tiba Dave meraih tangan Vea yang berada di atas meja hendak memulai makan.
" Cewekku yang mana Ve ?" desak Dave,Vea menarik tangannya dengan tatapan tajam tertuju pada Dave. Dave tak berusaha meraihnya lagi,takut wanita di hadapannya marah.
"Aku juga gak tau cewek kamu yang mana ?, yang dulu di restoran atau yang kemarin di lift ?" jawab Vea seraya menyuapkan spaghetti ke mulutnya. Dave meringis,belum apa-apa Vea sudah pernah melihatnya dengan dua wanita berbeda .
" Mereka bukan cewekku kok ". tutur Dave sembari tangannya memotong steak . Vea mengerutkan dahi.
" Terus ?"
" Temen ,cuma temen " entah kenapa Dave gugup seakan butuh alasan untuk menyelamatkan diri.
" Mau temen atau apapun juga,aku harap kamu gak lagi ngirim-ngirim makanan atau bunga lagi ke aku. " pungkas Vea setelah menghabiskan spaghetti di piringnya.
" Seperti yang aku bilang sebelumnya, lupakan semua yang pernah terjadi diantara kita. Apapun itu " lanjut Vea tegas dengan tatapan tajam.
" Kalau ngelupain kamu segampang itu ,aku juga pengennya gitu. Tapi gak bisa,aku bukan orang yang peka soal perasaan. Tapi gak tau kenapa,kamu beda. Aku gak pernah kayak gini". ucap Dave serius,Vea menghela nafas. Keduanya terdiam,Vea meminum jus alpukat miliknya. Dave mengaduk-aduk minuman nya dengan sedotan.
" Kamu cuma penasaran aja ". lirih Vea dengan tertunduk. Dave tersenyum getir. Ia sendiri tak memahami rasa di hatinya. Ia belum pernah jatuh cinta,32 tahun hidupnya belum pernah ia merasa jatuh cinta. Ia hanya butuh wanita untuk teman tidur. Tanpa cinta,tanpa hati,tanpa rasa hanya hasrat kelelakian yang perlu ia tuntaskan.
" Jujur aku gak tau perasaan apa ini,aku cuma pengen setiap hari lihat kamu. Mastiin kamu baik-baik saja. Dan melihat kamu tersenyum". ungkap Dave tanpa menatap Vea. Tatapannya menerawang jauh. Kemudian menunduk menatap gelasnya yang masih penuh dengan es lemon.
Vea membuang pandangan,rasa tak nyaman menghampiri hatinya. Ia tahu kata yang terucap dari bibir lelaki itu jujur,namun ia tak bisa terperangkap dalam kehidupan seorang Dave.
Ia sadar, kesuciannya telah terenggut lelaki itu. Tapi ia merasa tak sanggup jika harus bersama Dave. Kehidupan bebas Dave pasti menyisahkan banyak cerita yang mungkin terlalu menyakitkan jika harus ia dengar dan lihat. Bukan hal sulit untuk membuka hati pada seorang Dave. Tampan,mapan ,mandiri,idaman setiap wanita.
Setiap manusia berhak berubah, begitu juga Dave. Bisa saja ia menjadi lelaki lebih baik . Tapi yang jadi pertanyaan,seandainya ia bersama lelaki itu bisakah ia menerima masa lalunya ?, bisakah ia mengangap semua hanya cerita ?.
" Ve,apa kamu gak bisa kasih aku satu kesempatan saja untuk dekat sama kamu ?" ucap Dave setelah cukup lama terdiam. Kini keduanya saling bertatapan.
" Kalau seandainya aku kasih kesempatan kamu ,apa kamu bisa mastiin gak bakal ada wanita lain ?" tanya Vea yang masih menatap tajam Dave.
" Bisa,aku tahu,aku bukan laki-laki baik. Tapi aku akan berusaha untuk berubah" .ucap Dave yakin. Ia yang tak percaya cinta,ia yang tak percaya pada pernikahan. Kini menjanjikan untuk menyimpan satu nama wanita di hatinya.
" Buat aku yakin, kalau kamu bisa di percaya." tutur Vea " Aku permisi,harus kembali ke kantor " sambung Vea kemudian berdiri dan hendak melangkah pergi sampai Dave memanggilnya.
" Ve"
" Ya ?"
" Kasih aku kepercayaan,dan ajari aku untuk menjadikan kamu satu-satunya". ucap Dave pasti. Vea hanya tersenyum. Kemudian melangkah meninggalkan Dave yang justru kini termangu.
" Satu-satunya ?, " gumam lirih Dave. Ia seakan bimbang dengan ucapannya sendiri. Bisakah ia menjalani sebuah komitmen ?,dan akan di bawah kemana hubungan itu ?, sedang ia sendiri tak percaya pada sebuah ikatan pernikahan. Masa lalu mengacaukan hidupnya. Ia yang di besarkan dalam keluarga broken home. Dengan kedua orang tua yang memilih hidup dengan pasangan masing-masing. Dan ia seakan tersingkir,hidup dengan kakek neneknya. Ia merasa produk gagal dalam sebuah hubungan.
Dan saat kecil ia hanya merasa kesepian tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Saat remaja ia merasa asing karena berbeda,tak pernah ada kasih sayang yang ia rasa.Saat dewasa ia merasa hanya butuh sukses untuk mengisi lebar hidupnya. Cinta tak pernah ada dalam cerita kehidupannya. Uang bisa membeli segalanya termasuk kehangatan seorang wanita.
Tapi kini hatinya terjerat oleh satu nama ,Vea. Dia ingin selalu berada di dekat wanita itu, melihatnya tersenyum, melihatnya bahagia,melihat wajah cantiknya. Dia sudah gila oleh rasa yang hadir tanpa ia minta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments