Sampai pulang dari pertemuan itu Vea masih banyak diam. Zee cukup di buat penasaran dengan tingkah sang sahabat. Ia yang begitu antusias karena bertemu dengan dua lelaki tampan. Namun hal sebaliknya terjadi pada Vea.
" Lo kenapa, perasaan dari tadi diem aja ?" tanya Zee sekilas menatap wajah Vea yang termenung.
" Gak apa-apa". jawab Vea pendek tanpa menoleh pada Zee yang sedang mengemudikan mobil.
" Aneh ,tadi berangkat Lo biasa aja. Tapi pas di restoran Lo jadi beda. Udah gitu gue perhatiin Dave tadi tuh nyuri-nyuri pandang ke elo mulu. Kalian saling kenal ?" cecar Zee. Vea menghela nafas panjang. Ia menyadarkan kepala, tatapan menerawang ke depan.
Zee semakin yakin ada hal yang tidak beres dengan sahabatnya. Ia masih menunggu jawaban Vea yang justru larut dalam lamunan. Ia memilih diam menunggu sahabatnya siap bicara. Mungkin Dave adalah mantan Vea,tapi kapan mereka jadian ya ?. Banyak pertanyaan menggelayut dalam benak Zee.
" Dia lelaki yang tidur bareng gue " lirih Vea,yang sukses membuat Zee melotot dan mulut ternganga.
" Dan Lo tau ?, dia mau bayar gue karena udah tidur sama dia. Dia pikir gue pelac*r." lanjut Vea sambil tersenyum miris. Hatinya masih terlalu sakit mengingat hal itu.
" Dan tadi waktu Lo ke toilet dia nyusulin Lo ?, Lo diapain ?". khawatir Zee pada Vea yang memang hidupnya lurus-lurus saja berbeda dengan dirinya.
" Gak diapa-apain sih,cuma dia gak terima aja gak gue sapa. Emangnya dia, pikir dia siapa ?, orang penting gitu ?. Gue udah terlanjur ilfil sama tuh orang." Vea menarik nafas panjang mengisi rongga paru-parunya yang terasa sesak .
" Gue sadar kok, kejadian malam itu sebuah kesalahan. Tapi gak seharusnya juga dia ngerendahin gue dengan ngasih cek kayak gitu. Gue udah ngerasa salah banget. Dan dengan dia mau ngebayar gue ,gue ngerasa rendah banget Zee ". lanjut Vea dengan nada tercekat. Tenggorokannya terasa tercekik. Matanya memanas, dan lagi bulir bening itu mengalir tanpa permisi di pipi putihnya.
" Ve " lirih Zee sambil meraih tangan Vea dan di genggamannya dengan sebelah tangan.
" Maafin gue ya, seandainya malam itu gue gak maksa Lo minum. Gak bakal gini kejadiannya ". lanjut Zee dengan tatapan lurus ke depan. Menatap jalanan yang tidak terlalu padat.
" Gak apa-apa,gak ada yang perlu di maafkan. Apa yang udah terjadi memang sudah jalan yang mesti kita lewati. Tinggal bagaimana ke depannya,masih mau lewat jalan itu lagi atau mau cari jalan yang lain. Mungkin jalan yang lain sedikit berputar untuk sampai pada tujuan. Tapi bikin kita aman.Sedang jalan yang dekat curam dan maut menanti kita kalau tidak hati-hati. Jadi tinggal kita pilih mau jalan yang mana". ucap Vea seraya menoleh sang sahabat dengan seulas senyum. Air matanya telah ia hapus.
Zee ikut menyunggingkan senyum tipis. Meski hatinya masih merasa bersalah. Vea terlalu baik untuk terjebak dalam situasi seperti ini. Tidak seharusnya dia kehilangan mahkota berharganya dengan seorang yang tak di kenal. Zee memang bebas, keperawanannya telah hilang sedari SMA,tapi ia menghargai Vea yang tetap menjaga hal itu.
Namun kini dirinya menjadi sebab sang sahabat kehilangan apa yang di jaganya, direnggut oleh lelaki berengsek sekelas Dave. Dari cerita Vea ia bisa menyimpulkan bahwa Dave lelaki angkuh yang menganggap semua bisa selesai dengan uang.
🧸🧸🧸
Sampai di kantor Dave masih diam . Melihat Vea yang meninggalkan dirinya di depan toilet dengan air mata membuat sisi hatinya terasa nyeri. Ia tampak terpejam dengan kepala bersandar dan menengadah. Pikirannya terus berpusat pada wajah cantik yang menatapnya penuh kebencian.
" Vea..." tanpa sadar bibirnya mengucap nama wanita cantik yang terus mengusik hatinya. Baru pertama kali dalam hidupnya,ia merasakan rasa seperti itu. Ada nyeri saat melihat air matanya,ada takut yang entah karena apa saat melihat kemarahannya. Seperti takut tak bisa melihat wajah itu lagi. Dan rasa tak rela saat senyum di wajah ayu itu untuk lelaki lain. Rasa asing yang begitu menyiksa batinnya.
Dave membuka matanya,meraih gagang telepon dan menghubungi sekertarisnya.
" Dis,keruangan saya '' titah tegas Dave. Tanpa menunggu jawaban ia langsung mematikan sambungan.
Tak menunggu lama,wanita cantik full make up. Dengan kemeja ketat dan rok span pendek sejengkal di atas lutut, memperlihatkan kaki putih nan jenjang milik Disya masuk ke ruangan Dave. setelah sebelumnya mengetuk pintu dan di persilahkan masuk oleh sang empunya ruangan.
" Permisi Pak, ada yang bisa saya bantu ?".
" Hmm," gumam Dave sambil menulis sesuatu di selembar kertas.
" Sini " titah Dave yang langsung di sambut senyum oleh Disya. Ia langsung melangkah mendekati Dave dan berdiri di samping sang bos.
" Kamu belikan bunga,dan kirim ke alamat ini ". ucap Dave seraya mengulurkan secarik kertas. Senyum cerah Disya langsung sirna. Ia berpikir Dave sedang membutuhkan dirinya. Tubuh seksinya untuk bersama-sama mengayuh kenikmatan dunia. Yah,Disya salah satu dayang yang di miliki Dave. Yang selalu siap sedia berada di bawah kungkungan lelaki itu.
" Kenapa bengong ?, kamu pikir saya memanggil kamu karena mau itu ?. Saya sedang tidak berselera,cepat kamu kerjakan perintah saya !" ucap Dave membuat hati Disya mencelos.
" Kalau begitu saya permisi ". pamit Disya.
" Tunggu,jangan tulis siapa pengirimnya".
" Baik pak,ada ucapan yang perlu di tulis ?." tanya Disya dengan tatapan tertuju pada Dave yang tampak mengernyit. " Ucapan ?" gumam Dave " Tulis saja maaf gitu aja".
" Maaf aja ?".
" Iya " sahut Dave seraya mengibaskan tangan,sebagai tanda agar sang sekertaris keluar.
Setelah Disya keluar,Dave tersenyum sendiri.
" Hal gila apa yang gue lakuin ini ?" gumamnya seraya memijit keningnya sendiri. Ia bisa membayangkan bila Gerald tahu apa yang baru di lakukan olehnya. Mengirim bunga untuk seorang wanita dengan sebuah kata maaf. Ge pasti orang pertama yang akan menertawakan dirinya.
Tapi entah kenapa,ia ingin meminta maaf pada Vea. Rasa bersalah seakan terus menghantui dirinya. Setiap kali melihat tatap kebencian di mata Vea ia merasa kecewa pada dirinya sendiri.
Seharusnya malam itu ia tak meneruskannya saat ia menyadari ada dinding yang tak seharusnya ia tembus. Seharusnya ia tak memberi cek pada wanita yang bahkan tak menuntut apa-apa darinya. Seharusnya ia tak merendahkan wanita itu. Ah,begitu banyak seharusnya yang bergelayut di benaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments