Turun dari mobil Vea melangkah ringan,suara high heels nya terdengar nyaring di lantai lobby apartemen. Ia kembali ke apartemen belum terlalu malam. Langit belum sepenuhnya gelap. Semburat jingga masih tergambar meski tak lagi terang.
'' Mbak Vea '' panggil security yang bertugas sore menjelang malam itu. Vea menghentikan langkah. Memandang dengan senyum ramah pada lelaki bertubuh kekar dan tegap yang sudah berada di hadapannya.
'' Ya,ada apa Pak ?'' tanya Vea yang masih dengan senyum lembutnya.
" Ada kiriman mbak " sahut Pak Satpam sembari menyodorkan buket bunga yang nampak cantik. Vea mengernyit kan dahi sebelum menerima buket itu.
" Dari siapa ya pak ?" tanya Vea sambil mengamati bunga yang telah ia terima.
" Wah kurang tau mbak " jawab Pak satpam,membuat Vea mengangguk pelan seraya mengambil sebuah kartu ucapan yang terselip di dalam buket bunga.
" Oh ya, makasih ya pak" ujar Vea yang sudah kembali dengan template wajah ramahnya.
" Iya mbak,mari saya pamit ke depan ".
" Oh iya pak ".
Vea yang penasaran dengan kartu di tangannya langsung membuka kartu yang terlipat kecil itu. Matanya menyipit ketika mendapati hanya ada empat huruf yang tertulis di sana " Maaf" dan nama pengirim pun tak tertulis di sana.
Ia membolak-balik kertas di tangannya,tetap tak menemukan tulisan lain. Ia menatap buket bunga cantik ditangannya kemudian membawanya masuk dalam lift. Tak ada clue darimana asal bunga itu. Apalagi dengan ucapan maaf yang tertulis. Ia semakin tak bisa menebak siapa pengirimnya.
Di dalam lift sore itu tak terlalu penuh hanya ada dirinya dan dua wanita lain di dalam. Ia mendekap buket bunga di dadanya dengan rasa penasaran dari siapa bunga itu.
🧸🧸🧸
Di kantor Dave tampak sedang membereskan beberapa berkas di atas mejanya. Ia bergegas keluar saat semua telah ia bereskan. Mengambil tas selempangnya dan berjalan keluar ruangan. Sampai di depan ruangan sekertarisnya,ia berhenti sejenak.
" Gimana Dis,sudah ?" tanya Dave yang memastikan titahnya telah terlaksana.
" Ya pak, sudah sampai pak " jawab Disya yang tadi sudah memastikan pada toko bunga yang ia pesan.
" Good,kamu boleh pulang sekarang,saya juga tidak lembur'' ucap Dave kemudian berlalu. Ada kelegaan yang tak terjelaskan merasuk bilik hatinya. Seulas senyum tipis tampak di bibir lelaki tegap itu.
Di sepanjang langkahnya seakan terus terbayang Vea yang mungkin sedang tersenyum mendekap buket bunga darinya. Ingin rasanya ia pergi ke apartemen Vea dan melihat wajah cantik itu.
Tapi di detik berikutnya ia menggelengkan kepala,tak habis pikir dengan isi otaknya. Sampai ia di parkiran dan memasuki mobilnya,ia tak langsung menghidupkan mesin mobil. Ia menyandarkan kepala. Memegang pipi bekas tamparan Vea. Bukan amarah yang menggelegak,namun senyum tipis yang tersungging.
'' Dia harus jadi milikku'' lirih Dave . Pikirannya sudah membuat rencana untuk mendekati gadis yang menurutnya berbeda itu. Ia ingin gadis itu bertekuk lutut padanya. Jatuh sejatuh-jatuhnya pada seorang Dave. Dia wanita pertama yang berani menamparnya maka akan ia jadikan wanita itu,wanita pertama yang akan menjadi tawanannya.
Sampai ia bosan dan melepaskannya. Lihat saja seberapa hebat wanita itu bisa menolak seorang Dave. Puas dengan pemikirannya sendiri Dave meninggalkan tempat parkir, perlahan melajukan mobilnya di jalanan yang masih padat.
Sampai keluar area perkantoran Dave membelokkan mobilnya kesebuah cafe. Ia berniat sekalian makan malam. Tampaknya cafe terlihat cukup ramai. Saat ia melangkah masuk cafe,sebuah tepukan di pundaknya membuat ia menoleh.
" Dave " seru seseorang yang menampakkan wajah cerianya saat bertemu dengan Dave.
" Hai.." sapa Dave dengan senyum di bibirnya mendapati wanita cantik nan anggun yang tersenyum antusias padanya .
" Renata ,apa kabar ?"tanya Dave pada wanita dengan rambut panjang bergelombang.
" Baik,lama gak ketemu kabar kamu gimana?".
" Seperti yang kamu lihat " sahut Dave seraya merentangkan tangan.
" Of course,selalu tampan". puji Renata . Dave tertawa kecil lalu meluncurkan pujian untuk wanita itu.
" Kamu juga masih sama cantiknya. Oh ya ,ayo kita makan bersama. " ajak Dave sambil mempersilahkan Renata untuk melangkah lebih dulu.
" Boleh-boleh " jawab Renata,keduanya melangkah bersisihan menuju meja yang masih tampak kosong. Dave menarikkan kursi untuk sang wanita dan dengan senyum yang masih enggan lenyap dari bibir Renata ia duduk . Dave duduk di hadapan Renata.
Pelayan datang menghampiri,keduanya memesan makanan mereka. Di sela menunggu pesanan datang keduanya terlibat obrolan santai. Mengenang kisah lama mereka di bangku kuliah . Yah,Renata adalah salah satu mantan teman tidur Dave saat masih kuliah.
Setelah lama tak bertemu baru kali ini mereka bertemu Kembali. Jelas terlihat di sorot mata wanita itu ada rasa lain untuk seorang Dave. Tapi Dave terlalu jauh untuk ia jangkau. Ia bisa merengkuh tubuh lelaki itu dalam pelukannya namun tak pernah bisa memiliki hati lelaki itu.
Reuni malam itu sepertinya berlanjut. Renata yang kebetulan malam itu tak membawa mobil. Membuat Dave memiliki kesempatan untuk mengantar wanita itu ke apartemen nya.
" Jadi selama ini kamu di Singapur ?, " tanya Dave saat berada di dalam mobil yang tengah melaju kearah apartemen, setelah mereka menyelesaikan makan malam.
" Iya,aku ngelanjutin S2 di sana terus dapet kerjaan di sana juga ".
" Terus sekarang ?"
" Balik ke sini,di pindah kerja dan kebetulan di kantor cabang yang di sini ". lanjut Renata. Obrolan panjang terus berlanjut hingga mereka sampai di sebuah apartemen yang membuat Dave menyadari sesuatu .
" Inikan apartemen Vea" batin Dave. Ia sedikit bimbang saat Renata memintanya untuk ikut masuk.
" Kenapa ?,ada yang nunggu di rumah ?" tanya Renata dengan wajah memelas. Ia meraih tangan Dave dan menggenggam nya.
" Gak kok,gak ada yang nunggu. Ya udah ayok".
" Aku cuma masih kangen kamu aja" lirih Renata seraya menyandarkan kepala di pundak Dave. Dave tersenyum miring . Ia membelai rambut Renata,sedikit menjauhkan tubuhnya. Membelai lembut pipi putih Renata dan sampai di dagu wanita itu ,ia mengangkat nya. Membuat tatapan mereka bertemu.
Perlahan Dave menundukkan wajah. Menyatukan bibir mereka. Dan ciuman Dave terbalas sempurna. Di dalam mobil yang telah berhenti di parkiran. Kini dua manusia itu hanyut dalam kelembutan bibir dan cecapan lidah yang saling membelit. Semakin dalam dan menuntut. Tangan Renata sudah berada di atas paha Dave dan mengusap pelan. Begitu pula tangan Dave yang sudah berada di atas dada sang wanita.
Keduanya terlena dalam gelora memabukkan. Nafas tersengal dengan dada bergemuruh dan rasa yang segera ingin di tuntaskan.
" Masuk aja yuk " ajak Renata saat ciuman itu terlepas. Siapa yang menolak saat kenikmatan menawarkan diri untuk didaki bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Ibelmizzel
gila dave
2024-10-06
0