" Hah gila " seru Vea saat menjatuhkan diri di sofa ruang kerja Zee. Zee menyangka sahabatnya itu kesal karena ia yang salah informasi. Dengan raut bersalahnya Zee mendekati Vea.
" Sorry Ve, gue lupa". ucap Zee sembari duduk di sebelah Vea.
" Gak apa-apa,gak usah Lo pikirin " sahut Vea santai.
" Lha barusan Lo ?". Vea mengernyit,kemudian tersenyum tipis menyadari sahabatnya yang mengira ia marah .
" Gue gak marah sama Lo,gue lagi kesel Ama diri gue sendiri. Lo tau ?". ucap Vea menggantung dengan tatapan misterius yang ia tujukan untuk Zee. Zee menggeleng pelan dengan tampang polos.
" Kan Lo belum kasih tau". celetuk Zee .
" Cerdas" sahut Vea sambil ngakak . " Gue kasih tau,gue barusan ketemu cowok " semalam" gue ". cerita Vea dengan tatapan serius pada Zee.
Otomatis cerita itu membuat Zee melongo .
" Terus gimana ?".
" Kabur gue,gila aja dia punya cewek. Habis gue kalo ketahuan pernah gituan sama cowoknya. " cerita Vea dengan wajah ngerinya. Terbayang ia yang akan di labrak pacar lelaki yang menghabiskan malam dengannya.
Sesaat dua bersahabat itu diam,Vea merasa ada yang nyeri di dadanya. Mungkin ia bisa pura-pura bahwa ia baik-baik saja. Tapi tidak dengan hatinya. Ia merasa rendah,jika saja mesin waktu ada dalam dunia nyata . Ia ingin mengembalikan waktu sebelum kesadarannya hilang.
Mungkin jika mahkota berharganya ia peruntukkan untuk lelaki yang ia cintai tak sesakit ini sesal di hatinya. Namun nyatanya mahkota berharga yang telah ia jaga 25 tahun lamanya hilang dengan lelaki yang bahkan tak ia tahu siapa namanya.
" Ve,sorry. Lo gak kepikir buat minta pertanggungjawaban lelaki itu ?" tanya Zee pelan . Vea menghembuskan nafas.
" Gue juga salah dalam hal ini Zee,kalo malam itu gue gak mabuk . Kejadian ini gak bakal terjadi. Salah gue gak bisa jaga diri". jawab Zee dengan tatapan menerawang jauh.
" Tapi dia kan manfaatin kesempatan di saat Lo gak sadar".
Vea mengangkat bahu, rasanya tak mungkin ia meminta sebuah tanggung jawab. Untuk sebuah keperawanan yang hilang. Dia juga kan tidak hamil.
Deg... ketika kata hamil terlintas di benaknya ia menjadi gelisah. Bukankah konsekuensi dari apa yang terjadi malam itu adalah hamil ?. Oh jangan sampai, harapan itu yang terucap dalam benak Vea.
'' Mungkin dia manfaatin kesempatan,tapi gue yang udah ngasih dia kesempatan. Ibarat dia kucing gue udah jadi ikan yang menawarkan diri untuk di terkam. '' jawab Vea seraya menghela nafas. Ia juga tak tahu apa yang akan ia hadapi di kemudian hari dengan statusnya yang gadis bukan perawan. Mungkin tak hanya dia yang memiliki status seperti itu,tapi jujur saja ini menjadi beban berat untuknya.
''Gue balik ya Zee,otak gue rada oleng. Puyeng''. ucap Vea sambil berdiri. Zee hanya mengangguk dan menatap kepergian sahabatnya dengan tatapan prihatin. Ia sadar Vea bukanlah dirinya,Vea pasti terbebani dengan kejadian itu .
🧸🧸🧸
Vea tak langsung pulang ia justru mampir ke sebuah cafe. Sekedar nongkrong,me time. Menikmati waktu sendiri. Memilih duduk di pojok cafe sembari menatap lalu lalang kendaraan dari balik pintu kaca.
Menikmati secangkir cokelat panas,di temani chess cake. Yang baru saja diantar seorang pelayan setelah sebelumnya ia memesan. Sesekali helaan nafas berat seakan mencoba mengurangi sesak di dadanya.
Bayangan seandainya kesalahan semalam itu membuatnya hamil terasa begitu menghimpit perasaannya. Dia harus bagaimana jika itu terjadi .
" Ehmmmm" suara berat yang berdehem di depannya membuat ia menengadahkan wajah. Pemandangan di hadapan Vea membuatnya terbelalak kaget. Lelaki berpostur tinggi,dengan perawakan tegap . Gagah dengan dada bidang dan bahu lebarnya.
" Boleh gabung ?" tanya lelaki yang sudah duduk di hadapan Vea sebelum di persilahkan. Vea masih bengong, kegugupan menguasai hatinya. Senyum smirk terlihat di bibir lelaki itu saat melihat kegugupan di wajah Vea.
" Masih ingat dengan saya ?" tanya lelaki itu dengan senyum miring. Vea tampang berusaha menguasai diri dengan menyeruput cokelat yang kini telah hangat.
Setelah mampu menguasai diri Vea menatap lelaki yang diakuinya memang tampan. Garis wajah tegas dengan hidung mancung bibir sedikit tebal dan sorot mata tajam,alis tebal dan wajah bersih dengan kulit khas orang Indonesia.
" Memang saya pernah mengenal anda ?"tanya Vea seraya memicingkan mata. Lelaki di hadapannya tertawa lebar.
" Kamu benar kita gak saling kenal". lelaki itu menjeda ucapannya, mencondongkan sedikit badannya ke depan untuk lebih mendekat pada Vea. " Meski kita telah menghabiskan malam panas bersama ". bisik lelaki yang tak lain adalah Dave.
Vea tersenyum hambar,tak ada keinginan menyahuti ucapan lelaki di hadapannya.
" Kalau gitu, kenalkan saya Dave" ujar Dave sambil mengulurkan tangan. Dengan malas Vea menyambut uluran tangan lelaki yang tersenyum menyebalkan di hadapannya.
" Vea" sahut Vea singkat.
" Oya,saya tidak tahu tarif kamu semalam berapa. Jadi semoga ini sesuai". ucap Dave seraya menyodorkan selembar kertas pada Vea. Vea menggeretakan gigi,menahan emosi yang meluap.
Dengan nafas tersengal dan wajah yang memerah Vea bangkit dari duduknya,meraih cek diatas meja , menyobeknya menjadi beberapa bagian. Dan dengan tangannya yang gemetar menahan amarah Vea mendaratkan satu tamparan keras di pipi Dave.
Dave terlonjak kaget,hanya bisa bengong menatap wanita cantik yang pergi dengan wajah penuh amarah. Sejarah baru dalam hidup seorang Dave di tampar wanita di tempat umum. Amazing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments