Sampai di apartemen Vea langsung menjatuhkan diri di tempat tidur. Pikirannya menerawang jauh. Apa yang akan ia hadapi di kemudian hari akibat dari kebodohannya. Sesuatu yang seharusnya ia persembahkan untuk pasangan sahnya kini telah terenggut.
Percuma rasanya meratapi yang telah terjadi,tak ada gunanya. Ia hanya perlu memperbaiki diri. Bukankah dengan kesalahan manusia bisa menghargai sebuah kebenaran ?. Bukankah manusia memang tempatnya salah ?, biarlah semua terdengar sebagai alasan untuk pembenaran atas salah yang ia lakukan.
Vea menghela nafas dalam, kemudian bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan menuju kamar mandi. Otaknya perlu di dinginkan. Ia mengguyur tubuhnya,berharap noda yang terlanjur melekat bisa terbasuh. Namun hanya di permukaaan ,tetap saja ada kehampaan yang menyelimuti hati. Dan lagi hanya air mata yang jatuh tanpa permisi.
" Bahkan gue gak bisa menjaga tubuh gue sendiri." lirih Vea yang menatap nanar dirinya dalam cermin.
Cukup lama Vea berada di kamar mandi. Setelah merasa cukup menenangkan diri sendiri. Vea berganti pakaian kemudian menuju ruang makan. Ia memanaskan air dan membuat secangkir cokelat panas . Duduk termenung di kursi ruang makan sembari menikmati cokelat panasnya.
Tak berapa lama suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Vea. Vea meninggalkan ruang makan dan bergegas membuka pintu. Dua temannya yang semalam meninggalkan dirinya datang dengan raut paniknya.
" Ve,Lo gak apa-apa kan ?" Zee yang langsung menerobos masuk dan mengamati tubuh Vea dari ujung kaki hingga ujung kepala.
" Ve,kok Lo diem aja. Lo gak diapa-apain orang kan ?" tambah Nena. Dua temannya itu tahu Vea berbeda dengan mereka berdua. Vea tergolong bersih hidupnya tak seperti mereka yang memilih hidup bebas.
" Huaaaaa". bukannya menjawab Vea justru menangis keras. Dua temannya langsung panik seketika.
" Kok malah nangis Ve,aduh". cemas Nena sambil memeluk Vea yang masih menangis. Nena dan Zee saling pandang. Mereka bingung apa yang telah terjadi pada Vea setelah keduanya pergi.
Nena membawa Vea duduk di sofa. Zee mengambil minuman untuk Vea yang masih sesenggukan.
" Minum dulu" titah Zee sembari menyodorkan gelas di hadapan Vea.
" Gue tuh gak haus tau". sanggah Vea tapi tetap menerima gelas dari tangan Zee.
" Biar Lo tenang,abis itu Lo cerita". sambung Nena. Vea meminumnya kemudian menarik nafas panjang. Tangannya menghapus air matanya yang mengalir di pipinya.
" Lo semalem gak di booking bapak-bapak kan Ve ?" tanya Zee to the point ,ia duduk di sebelah kanan Vea. Vea menggeleng pelan tapi kepalanya menunduk dalam. Nena mengusap lembut punggung Vea.
" Terus Lo kenapa ?" lanjut Zee.
" Gue udah gak virgin lagi Zee " ucap Vea tercekat.
" Lo bilang ?"
" Ya bukan bapak-bapak juga. Yang jelas gue udah one night stand sama orang yang gak gue tahu". cerita Vea sambil menutup wajahnya. Dua temannya itu tampak merasa bersalah. Biar bagaimanapun merekalah yang mengajak Vea pergi ke club'.
Vea menceritakan kejadian yang dialaminya hingga betapa kagetnya ia saat mendapati dirinya berada dalam satu kamar dengan lelaki asing. Dan gilanya lelaki yang tak di kenalnya itu adalah lelaki yang telah merenggut mahkotanya
🧸🧸🧸
" Kenapa Lo,tampang kusut gitu".tanya Gerald yang hari itu diajak Dave nongkrong di cafe.
" Gue lagi bete''
" Kenapa ?, kurang belaian ?" tanya Gerald seraya mengambil gelas berisi kopi di hadapannya. Gerald minum kopinya dengan mata menatap sang sahabat.
" Bukan gitu,jiwa Casanova gue merasa terhina. Lo bayangin seorang Dave ditinggalin teman one night stand nya bahkan sebelum gue tau nama dia siapa''. kesal Dave yang biasanya merasa selalu diinginkan wanita.
'' Kok bisa,Lo nemu tuh cewek dimana ?" tanya Gerald yang penasaran.
" Club',pas gue ketemu tuh cewek. Doi udah mabuk parah. Ya udah gue bawa aja ke hotel. And you know ?" Dave menampilkan wajah misterius menatap Gerald yang geleng-geleng kepala.
'' She is still virgin, man ''. bisik Dave dengan badan condong kearah Gerald. Dan setelahnya Gerald terlonjak kaget.
''Serius Lo ?, terus dia pergi gitu aja. Gak ada drama apapun ?'' . Dave menggeleng,Dave si playboy yang sudah berganti cewek entah berapa kali . Namun baru kali ini ia tidur dengan seorang wanita yang masih tersegel.
'' Gue juga heran, bisa-bisanya tuh cewek pergi gitu aja. Setidaknya bangunin gue atau sekalian ambil duit gue gitu . Jadi gue gak ngerasa punya hutang aja. Lo tau kan selama ini,gue berhubungan dengan banyak cewek dengan asas simbiosis mutualisme. Gue make mereka,mereka dapet kemudahan finansial dari gue''.
Gerald mangut-mangut,dengan mulut yang masih mengunyah kentang goreng.
'' Tuh cewek tajir kali Dave,jadi gak butuh duit Lo" komentar Gerald. Dave tampak mengernyit.
'' Kayaknya gak deh,biasa aja. Pakaian dan tasnya bukan brand mahal. Eh bantu gue dong buat nyari tuh cewek.'' pinta Dave sambil mengunyah makanan yang sudah tersaji di hadapannya.
'' Buat apaan ?"
" Ya buat ngasih ganti rugi ke dia,gue udah ngambil virgin dia. Meski tanpa paksaan tapi biar gimanapun dia lagi gak sadar.''
" Lo ngerasa salah ?''.selidik Gerald,Dave tampak mengangkat bahu. Entah mengapa ada perasaan tak tenang sedari pagi. Tak pernah ia memikirkan teman wanitanya. Tapi wanita semalam terus mengganggu pikiran.
'' Gue sih gak janji bisa bantu nemuin dia,secara identitas dia aja Lo gak punya''. sahut Gerald.
'' iya sih,mungkin di cctv hotel tempat gue nginap bisa jadi petunjuk Lo nyari dia''.
''Gue punya kuasa apaan bisa minta cctv hotel. Kedudukan Lo yang katanya CEO juga belum di perhitungkan namanya''. ejek Gerald.
'' Sialan lo'' umpat Dave.
Dua lelaki tampan itu masih menikmati minuman di hadapannya. Sembari terus berbincang. Mereka bersahabat sejak SMA namun memiliki profesi yang
berbeda. Gerald yang berprofesi sebagai dokter sedang Dave memiliki usaha yang ia rintis sendiri. Di usianya yang baru 32 tahun ia sudah memiliki perusahaan di bidang desain interior.
Bukan perusahaan skala besar ,tapi penghasilannya lebih dari cukup untuk dirinya yang masih lajang. Dan dengan penghasilannya itu hobby gonta-ganti ceweknya tersalurkan dengan baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments