" Ge,gue bingung ". ucap Dave yang sedang tidur terlentang diatas ranjang Gerald. Menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.
" Bingung kenapa ?" tanya sang sahabat yang sedang asyik di depan laptop dengan duduk bersandar di kepala ranjang.
" Gue kepikiran dia terus,gue pengen lihat dia terus. Pengen lihat dia senyum, pengen mastiin dia baik-baik saja. I think i'm crazy''. curhat Dave membuat Gerald terbahak.
'' Fix Lo jatuh cinta ''
''I don't know,gue asing sama rasa ini. 32 tahun gue hidup dan baru ngerasain ini sama orang yang juga masih terlalu asing buat gue. Tapi hati gue gak pernah bisa mengelak. Apa cinta segila ini ?'' seperti orang linglung Dave meraba-raba perasaan nya sendiri.
Gerald tersenyum melihat kegalauan sahabatnya.
'' Cukup ikuti kata hati Lo aja Dave ''.
'' Dan hati gue selalu mengarah padanya. Gue bener-bener gila''. ucap Dave frustasi. Gerald menggedikkan bahu. Kembali pada laptop di hadapannya. Dave masih menerawang langit-langit kamar.
Gelisah,rasa itu yang menghampiri hati Dave. Hati yang seakan mati oleh sebuah rasa cinta,kini terusik oleh rasa yang selalu ia tolak kehadirannya. Dan ternyata saat rasa itu ada,tak hanya rasa yang tak bisa menolak. Namun juga hati yang resah. Terbayang akan wajah yang selalu datang dengan sebuah senyuman. Menimbulkan sebuah gelenyar memabukkan . Bukan hasrat menggebu yang ingin di tuntaskan . Tapi rasa berdebar yang membuatnya seperti berbunga-bunga.
" Dave,ada hal yang datangnya tanpa bisa kita rencanakan. Cinta adalah salah satunya. Kita gak pernah bisa merencanakan untuk terjatuh pada cinta yang mana. Karena hati yang memilih. Logika gak lagi bisa kita gunakan saat cinta itu datang ". ucap Gerald dengan tatapan menerawang.
Dave tersenyum samar,rasanya cinta terlalu asing di hidungnya.
"Gue gak ngerti, bener-bener gak ngerti. Gue udah gila,gue gak ngenalin diri gue sendiri. Gue belum pernah kayak gini".
" Ya lah selama ini yang Lo tau cuma melenguh dan berpeluh. Saatnya Lo mikir soal hati Dave". ucap Gerald ,Dave hanya tertawa mendengar ucapan sahabatnya.
" Gue mau coba buat Deket sama Vea,gue mau ngeyakinin hati gue. Kalo gue cuma penasaran aja sama. Gak lebih." ternyata hati lelaki itu masih ingin mengelak tentang rasa yang bersemayam di hatinya.
" Terserah Lo, tapi gue ingetin . Jangan sampai Lo nyesel karena Lo nyia-nyiain rasa cinta Lo" .
Dave hanya mengangkat bahu, kemudian bangkit dari ranjang.
" Balik gue " . pamit ya seraya melangkah meninggalkan kamar Gerald.
" Hmm", hanya gumaman dari Gerald sebagai jawaban. Sesaat matanya mengikuti langkah gontai Dave yang kemudian menghilang di balik pintu kamarnya.
Gerald hanya bisa menghembuskan nafas. Ia tahu betapa sang sahabat tak percaya pada cinta. Ia saksi dari perjalanan seorang Dave yang tumbuh tanpa kasih sayang. Dibesarkan dengan uang,Dave tak kekurangan materi. Cukup lebih dari cukup. Tapi Dave tdk pernah mendapat perhatian,kasih dan sayang.
🧸🧸🧸
" Mbak ada yang nyari di depan ". ucap salah satu karyawan yang bekerja di tempat Zee pada Vea. " Siapa ?" tanya Vea yang sedang mengecek beberapa perlengkapan untuk acara yang mereka tangani besok di sebuah hotel mewah.
" Kurang tau mbak, katanya temen mbak Vea ". sahut karyawan wanita itu.
" Oke, makasih ya. aku tinggal dulu ". pamit Vea. Dengan menerka-nerka siapa yang datang. Sampai di depan di lihatnya lelaki duduk di sebuah sofa. Seulas senyum menghiasi bibir Vea.
" Lo Dan gue pikir siapa ". ucap Vea sambil duduk di hadapan Fardan. Fardan tersenyum menyambut Vea.
" Gue pikir Lo udah balik ,gak ada kabar dari kemarin."
" Besok gue balik,dari kemarin sibuk,ada aja yang di urus. Malem ini Lo asa waktu gak, sebelum gue balik. Dinner gitu ". pinta Fardan. Vea melihat jam di pergelangan tangan.
" Boleh,ini juga udah mau balik gue. Gue ambil tas dulu . Lo tungguin". Fardan mengangguk antusias. Senyum merekah di bibir lelaki itu.
Vea langsung masuk ke ruangan nya mengambil tas yang tergeletak di sudut meja. Bergegas kembali menemui Fardan yang masih setia menunggunya.
" Yuk !". ajak Vea,yang membuat Fardan langsung berdiri. Jalan berdampingan,keluar dari kantor itu.
" Lo bawa mobil Ve ?".
" Iya"
" Pake mobil gue aja ya,mobil Lo tinggal. Gak enak aja mau makan bareng masa jalan sendiri-sendiri". usul Fardan yang di iyakan oleh Vea.
Keduanya berjalan menuju tempat parkir. Masuk ke dalam mobil berwarna merah mengkilat milik Fardan. Setelah duduk di kursi masing-masing,Fardan melaju perlahan meninggalkan parkiran kantor. Hari sudah gelap,semburat jingga pun telah hilang dari pandangan.
" Mau makan dimana ?" tanya Fardan seraya menoleh sekilas pada wanita cantik di sampingnya.
" Ikut aja gue " sahut Vea yang menatap lurus jalanan. Tak menyadari lelaki di sampingnya berkali-kali mencuri pandang padanya.
Sampai di sebuah restoran,mereka turun . Memasuki area restoran yang tak terlalu penuh pengunjung. Fardan membawa Vea ketempat yang agak di ujung. Sebelum Vea duduk, Fardan menarik kursi untuk Vea. Vea tersenyum saja mendapati perhatian sang sahabat.
Waiters datang sesaat setelah mereka duduk. Mereka memesan makanan sesuai selera masing-masing. Obrolan ringan menemani mereka sampai makanan yang mereka pesan datang. Keduanya menikmati makan malam di selingi obrolan kecil.
" Ve, gue ada pengen ngomong sesuatu ke Lo ". ucap Fardan seusai mereka menghabiskan makan malam. Kening Vea berkerut mendapati wajah serius sahabatnya.
" Ngomong apa ?" . Fardan tampak gugup. Tampak ia menarik nafas. Dan perlahan tangannya menggenggam telapak tangan Vea yang berada di atas meja. Vea terhenyak,hampir menarik tangannya. Namun di tahan Fardan.
" Ve, sebelum aku pergi lagi,aku pengen ngomong ke kamu. Sebenarnya udah lama aku pengen ngomong tapi aku terlalu takut". Fardan menjeda ucapannya,ia menelan ludahnya sendiri, mencoba mengurangi kegugupan nya. Vea diam menyimak,meski ia sudah paham kemana arah percakapan ini.
" Aku sayang sama kamu Ve,bukan sebagai sahabat. Tapi sebagai laki-laki yang tertarik pada wanita. Aku udah coba buat mengingkari rasa ini,tapi gak bisa. Aku cinta sama kamu Ve ". ungkap Fardan sembari menatap dalam mata Vea. Vea menggigit bibir bawahnya. Tak di pungkiri,Fardan adalah lelaki yang layak di perhitungkan untuk menjadi pendamping. Selain wajah yang tampan,Fardan adalah lelaki yang mapan,dewasa dan bertanggung jawab. Vea tau itu dengan pasti.
Tapi hatinya tak merasakan debaran yang berbeda pada lelaki di hadapannya.
" Aku gak minta kamu buat punya rasa yang sama Ve,aku cuma pengen ngungkapin yang ada di hati aku aja. Biar lega". pungkas Fardan yang menyadari kebimbangan di mata Vea.
" Dan, untuk saat ini aku gak tau mesti ngomong apa. Buat aku kamu sahabat terbaik aku. Tapi untuk jadi pasangan aku gak pernah mikir sampai ke situ. " ucap Vea sambil menundukkan kepala. Fardan yang masih menggenggam tangan Vea menepuk punggung tangan wanita itu dengan sebelah tangannya.
" Aku gak maksa,aku gak apa-apa. Selamanya kita tetep sahabat Ve ". ujar Fardan menenangkan Vea yang bimbang.
" Aku..." Vea tercekat,ada sesak yang menyeruak di hatinya. Ia menyadari tak mungkin rasanya ia menerima Fardan sebagai pasangan. Selain ia tak memiliki rasa spesial itu,dirinya tak layak untuk lelaki sebaik Fardan.
" It's oke,gak apa-apa." ucap Fardan dengan seulas senyum. Vea semakin merasa tercekat melihat wajah tulus sahabatnya.
" Dan maaf" lirih Vea dan tak bisa ia bendung air mata mengalir di pipinya. Fardan menghapus air mata itu dengan ibu jarinya.
" Gak apa-apa Ve,aku cuma pengen bilang biar aku lega. Kamu jangan terbebani".
Jika cinta bisa datang karena terbiasa dia akan dengan suka rela membiasakan diri dengan Fardan. Tapi bukan tentang cinta yang busa datang karena terbiasa namun ia yang merasa tak pantas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments