Damar mengambil Ponsel yang sedang dipegang oleh Bagas.
"Apaan sih kamu, Mar? Asal comot saja? Katanya kamu nggak suka musik dangdut? Giliran lihat penyanyi dangdut yang bening, kamu kok malah nafsu?" protes Bagas.
Damar tidak menyahut. Ia fokus untuk melihat video penyanyi dangdut itu dari jarak yang lebih dekat. Ia penasaran karena pakaian dan postur penyanyi itu sangat mirip dengan Reni teman SMP-nya yang kebetulan juga menjadi penyanyi dangdut.
"Nggak asyik kamu, Mar. Ayo, nonton bareng!" protes Bagas kembali.
Damar tidak menggubris omongan temannya itu. Ia malah mencari tempat duduk untuk menonton video tersebut dengan lebih fokus.
"Wah, enaknya sendiri kamu ini, Mar! Kami lagi asyik-asyiknya dengerin suara dan serunya goyangan Rani Alaska, malah kamu gangguin!" protes Bagas sambil berjalan menuju Damar yang sedang duduk di atas batu.
"Siapa kamu bilang barusan?" tanya Damar.
"Rani Alaska! Kenapa kamu kayak kaget begitu? Baru tahu kan ada penyanyi dangdut yang nggak hanya jago goyang, tapi juga suaranya enak di telinga?" jawab Bagas.
"Aku kenal cewek ini, Gas," jawab Damar dengan nada datar.
"Hah! Apa aku nggak salah dengar, Mar? Mana mungkin kamu kenal dengan Rani Alaska. Suka dangdut saja enggak. Ngaco kamu ini. Bilang saja kamu ngiler lihat kecantikan penyanyi itu, kan?"
"Duh, kalian ini ngomongin apaan sih? Rana ... Rani ... Nggak jelas banget! Kalau soal goyang dangdut mah aku juga jago kali. Cob alihat ini!" potong Bu Inggrid sambil memutar-mutar pinggulnya ke kiri dan ke kanan.
"Lah ... Lah ... Aduh!" gerutu Yuda ketika melihat perempuan itu tiba-tiba bergoyang-goyang nggak jelas di depan mereka bertiga.
"Aduh!" pekik Bu Inggrid tiba-tiba sambil memegang pinggangnya.
"Kenapa, Miss?" tanya Damar.
"Pinggangku keseleo, Mas Damar. Aduh, sakit banget!" gerutu Bu Inggrid sambil menahan sakit.
"Lah, Miss Inggrid sih ada-ada saja pake goyang-goyang segala. Wajah Miss Inggrid itu nggak cocok dengan musik dangdut," jawab Bagas.
"Emangnya kenapa, Mas Bagas?" tanya Bu Inggrid penasaran.
"Miss Inggrid itu cocoknya bukan musik dangdut, tapi musik K-Pop," jawab Bagas membual.
"Oh ya? Mas Bagas nggak bohong, kan? Emang sih, banyak yang bilang wajahku ini mirip dengan artis korea,."
"Nah, bener banget itu, Bu. Wajah Miss Inggrid itu persis sama pemeran-pemeran Drakor. Bener kan, Yud?"
"I-iya, Miss mirip banget. Apalagi kalau pas ngeliat wajah Miss Inggrid sambil menghisap rokok, pasti tambah glowing seperti mereka," jawab Yuda.
"Ah, kalian ini ada-ada saja ..."
"Tapi, berhubung sekarang kami lagi nggak ada rokok. Ya ..." tambah Yuda.
Damar buru-buru menutup mulut temannya itu karena berusaha memeras Bu Inggrid.
"Kalian ini kenapa, sih?" Bu Inggrid kebingungan melihat aksi ketiga pria di depannya.
"Nggak apa-apa, Miss. Makasih banyak atas bantuan Miss Inggrid hari ini. Sebaiknya Miss Inggrid sekarang pulang ntar dicariin sama anaknya. Kami bertiga habis ini mau pergi soalnya," jawab Damar asal-asalan.
"Oh iya, aku baru ingat kalau aku harus mengantar anakku yang bungsu les bahasa inggris. Biar pinter kayak mamanya. Aku pamit dulu deh Mas Damar ... Mas Bagas ... dan Mas Yuda ... See you next time, ya!" ucap Miss Ingrid sambil berlalu pergi dengan menenteng nampan bekas tempat kue yang ia bawa.
"Wah ...Wah ... Wah ... ternyata Miss Inggrid ini tidak hanya cantik dan seksi, tapi juga pinter, ya?" puji Yuda dengan maksud membual.
"Aku kan emang high quality Janda ...," sahut Bu Inggrid sebelum benar-benar pergi meninggalkan mereka bertiga.
Sepulang Bu Inggrid, Damar menarik napas lega.
"Lain kali jangan gitu ya, Yud!"
"Emang kenapa, Mar? Orangnya mau kok aku porotin."
"Iya, tapi ntar dia malah makin sering datang ke sini. aku yang repot," gerutu Damar.
"He he he ... aku ada ide buat kamu Mar, biar kamu nggak repot lagi," ujar Yuda.
"Ide apaan, Yud?"
"Kamu kan duda ... Bu Inggrid juga janda ... gimana kalau-"
"Sialan kamu, Yud!" jawab Damar sambil menjorokkan kepala temannya itu.
"Oh ya, Mar. Kamu beneran kenal dengan penyanyi ini?" tanya Bagas serius.
"Aku serius, Yud. Dia itu teman SMP-ku dulu. Malah, tadi aku ketemu dengan dia."
"Oh ya? Di mana?"
"Dia itu yang order ojek siang tadi."
"Kamu yakin? Di tempat sepi begitu? Ngapain dia di sana?"
"Yakin, Gas. Yah, dia memesan ojek sekaligus minta tolong."
"Minta tolong kenapa?"
"Dia takut karena dibawa seseorang ke tempat sepi itu."
"Lah. Emangnya dia mau diapain sama temannya? Apa mau di-"
"Dia sih nyangkanya begitu. Tapi, entahlah ... Pas aku sampai di sana, aku sempat cekcok dengan temannya."
"Tapi dia nggak kenapa-kenapa, kan?" tanya Bagas dengan antusias.
"Nggak ... Aku berhasil membawa dia pergi dari tempat itu."
"Cie ... Enak banget jadi kamu. Kalau saja aku yang jadi kamu, pasti-" ujar Bagas sambil menghayal.
"Mau apa kamu? Dia itu teman SMP-ku," ancam Damar.
"Baru teman SMP sudah kamu bela mati-matian. Atau jangan-jangan kamu naksir sama dia?"
"Dia ngontrak aku jadi driver pribadinya, Gas."
"Apaaaaa?" Bagas terkejut dengan pernyataan temannya itu.
"Kayaknya ada yang lagi main hati, nih!" celetuk Yuda.
"Apaan kamu, Yud? Nggak kok, aku hanya menuruti permintaan ibunya yang sedang sakit."
"Halah! Itu mah alasan kamu saja. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui namanya."
"Sudah sore nih. Kalian nggak mau pulang?"
"Ngusir nih?"
"Ya enggak gitu. Kalian kan sudah punya istri. Pasti kalian berdua sudah ditunggu oleh istri-istri kalian di rumah."
"Oke deh, Mar! Kami pamit, ya! Hati-Hati, ya!" ujar Bagas.
"Oke. Maksih atas bantuan kalian semuanya. Hati-Hati di jalan, ya! Ketemu besok di pangkalan."
"Oke, bye!!"
*
Sementara itu di tempat lain, Siska sedang berada di sebuah bar bersama pasangan barunya, Dave. Mereka sedang mengadakan pesta dengan teman-temannya untuk merayakan hubungan mereka yang sudah direstui oleh orang tua Siska. Siska dan Dave meminum banyak sekali minuman keras sehingga ia pun mabuk dan tidak kuat berjalan. Siska pun memapah tubuh Dave dari dalam bar menuju ke mobil. Teman-Teman Dave juga sudah banyak yang mabuk jadi tidak bisa membantunya.
Siska bersusah payah membopong tubuh pria yang ukurannya jauh lebih besar darinya itu.
"Ayo, Dave!"
"Santai, Siska ... pelan-pelan saja. Kamu ini sudah tidak tahan ingin bersamaku, ya? Ha ha ha ha ..." racau Dave di luar kesadaran.
Saat Siska dan Dave sudah sampai di parkiran, tiba-tiba kaki Siska terantuk sesuatu dan ia pun kehilangan keseimbangan. Sehingga ia dan Dave pun hampir terjatuh. Untunglah ada seorang pria yang tiba-tiba muncul di tempat tersebut dan menyelamatkan mereka berdua.
"Hati-Hati, Mbak," ucap pria tersebut.
"Iya, Mas. Teman saya ini mabuk soalnya."
"Aku bantuin ya, Mbak?"
"Makasih, Mas."
Pria tersebut pun membantu membopong tubuh Dave ke mobil. Setelah selesai membantu Siska, pria itu pun berpamitan kepada Siska.
"Oh ya, kamu sering ke sini juga? Kapan-Kapan kami traktir, ya?" ujar Siska.
"Enggak juga. Kebetulan sekarang lagi pengen saja," jawab pria tersebut.
"Kenalkan nama saya Siska dan ini calon suamiku, Dave."
Siska mengulurkan tangannya dan disambut oleh pria tersebut.
"Namaku Reno ..." jawab pria tersebut sambil tersenyum.
Ganteng juga sih, pikir Siska, tapi Siska sudah punya Dave sekarang. Ia nggak berani macem-macem lagi.
BERSAMBUNG
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Jangan lupa tuliskan komentar kamu, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
V3
Reno ketemu sama Siska
2023-01-22
0
Pelangi Biru
udah lama gk up ya kak, alhamdulillah skrg up lg
2023-01-02
1
Ayuk Vila Desi
Siska punya anak tapi kok tetep aja...
2022-12-13
1