Tangan Reno memegangi pegangan besi di jok motor yang dikendarai oleh driver tersebut. Ia memegang dengan erat pegangan besi itu agar motor tidak bisa bergerak maju.
"Ayo Pak buruan!" teriak Rani dengan paniknya sambil menepuk-nepuk pundak driver tersebut.
"Motornya nggak bisa maju, Mbak," jawab driver tersebut.
"Ayo turun, Kalian!" teriak Reno dengan suara agak keras.
"Pak, tolong saya, Pak," rengek Rani pada driver.
Menyadari bahwa ia tidak mungkin bisa menjalankan motornya, driver itu pun memilih turun dari jok dan menghadapi Reno.
"Mas, sebenarnya ada apa ini?" tanya driver.
*"*Ini salah paham saja, Mas. perempuan ini teman saya dan saya yang akan mengantarnya pulang," jawab Reno.
"Tapi, kenapa perempuan ini bilang kalau kamu mau mempekosa dia," balas driver.
"Itu hanya salah paham, Mas. Dia itu teman saya. Nggak mungkin saya akan berbuat jahat sama dia," jawab Reno.
"Mbak, sampean mau pulang sama Mas ini atau sama saya?" tanya driver.
"Saya ikut sampean saja, Pak," jawab Rani.
"Nah, itu Mas. Orangnya mau pulang dengan saya. Sampean dengar sendiri, kan?" ujar driver.
"Tidak, Mas. Dia harus pulang sama saya karena kami sudah membuat kesepakatan sebelumny" jawab Reno.
"Tidak, Ren. Aku mau pulang sama bapak ini saja," potong Rani.
"Nah, sudah jelas, ya, Mas. Mbak ini mau pulang sama saya. Tolong Mas jangan ganggu kami lagi. Saya keburu nyari customer lain," jawab driver.
"Kalau cuma masalah uang, saya bisa memberi Mas uang. Tapi, tolong jangan bawa teman saya itu!"
"Maaf, Mas. Saya bekerja bukan hanya karena uang, tapi juga tanggung jawab. Mbak ini sudah memesan jasa saya, maka sudah tugas saya untuk mengantarnya. Kecuali mbak iniyang membatalkannya sendiri. Nyatanya mbak ini masih mau memakai jasa saya. Jadi, tolong jangan ganggu pekerjaan saya. Ayo naik, Mbak!" perintah driver.
Rani pun langsung naik ke atas jok kembali. Namun, Reno malah menarik lengan Rani. Hingga gadis itu menjerit kesakitan.
"Ayo ikut saya, Ran!" perintah Reno.
"Aw, sakit Ren!" teriak Rani.
Melihat kekasaran Reno memperlakukan perempuan itu membuat *driver *kehabisan kesabaran dan ia pun langsung melayangkan tendangan ke perut Reno sehingga pemuda itu pun terdorong ke belakang.
"Aduh!" rintih Reno sambil memegangi perutnya yang sakit.
"Hei, ada apa itu!" teriak Boy dari kejauhan sambil berlari menuju ketiga orang itu.
"Ayo Mbak!" driver menyuruh Rani naik ke atas boncengan.
Rani pun buru-buru naik keboncengan disusul oleh driver dan mereka pun kabur meninggalkan Reno dan merintih kesakitan di bagian perutnya.
"Kamu nggak kenapa-kenapa, Ren?' tanya Boy sambil memegangi temannya itu.
"Nggak apa-apa, Boy. Awas saja sampai saya ketemu dengan driver sialan itu. Main nendang orang sembarangan," gerutu Reno.
"Emang kenapa driver itu tiba-tiba nendang kamu?" tanya Boy penasaran.
"Rani bilang ke dia kalau aku ini mau memperkosanya," jawab Reno polos.
"Apa? Ha ha ha .... Raniiiii ... Raniiii ... Kok bisa-bisanya dia nuduh kamu kayak gitu? Atau jangan-jangan kamu ini emang punya tampang mesum kali ya?" ledek Boy.
"Sialan kam, Boy. Teman kena musibah malah kau ketawain," gerutu Reno.
"Ya udah, ayo ke rumah dulu! Kita minum kopi dulu biar pikiran dongkol kamu ilang," ajak Boy.
"Oke. Tapi, aku akan mencari driver itu. Aku akan membuat perhitungan dengannya," jawab Reno.
"Emang kamu berani berkelahi lawan dia. Aku lihat driver tadi badannya lebi berotot dari kamu," jawab Boy.
"Ya, maksudku kamu nanti yang memberi pelajaran sama dia. Percuma dong aku punya teman yang hobi bela diri," jawab Reno.
"Oalah. Oke, kalau begitu.
*
Sementara itu driver membawa motornya menuju ke titik antar.
"Mbak, tujuan antarnya sesuai aplikasi, ya?"
"Jangan, Pak. Saya minta langsung ke rumah saja. Nggak usah ke kosan."
"Loh, kenapa. MBak?"
"Saya takut pria tadi mengejar saya ke kosan" jawab Rani sambil menoleh ke arah belakang. Ia takut Reno masih mengejarnya.
"Oh begitu. Di mana rumah Mbak?"
"Di Kalimoyo."
"Wah, jauh banget dari sini. Apa tidak sebaiknya naik Angkot saja?"
"Biar Bapak saja yang ngantar nanti ongkosnya saya tambah."
"Baiklah. Nomong-Ngomong pria tadi apa tidak tahu rumah Mbak yang di Kalimoyo?"
"Enggak. Dia nggak tahu."
"Syukurlah. Emang dia beneran mau memperkosa Mbak?
Rani berpikir sejenak.
"Saya tidak begitu yakin sih, Pak. Tapi, saya takut saja berdua dengan pria tadi," jawabnya polos.
"Loh. Gimana kalau dia tidak sejahat itu, Mbak? Saya tadi sudah menendangnya loh!" Driver itu panik.
"Nggak apa-apa, Pak. Bapak tenang saja. Di kota ini driver itu banyak sekali. Nggak mungkin dia bisa mengenali Bapak, Lagipula Bapak kan pake helm fulface dan masker."
"Tapi, saya tetap tidak enak, Mbak. Semoga pria tadi tidak kenapa-kenapa, ya?"
"Biarin saja, Pak. Suruh siapa dia mengantar saya lewat jalan sepi begitu," gerutu Rani.
"Duh Gusti ... Maafkan hambamu ini yang sudah menganiaya orang yang belum tentu bersalah," kata driver di dalam hati.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jaman, sampailah mereka berdua di depan sebuah rumah yang sederhana dan catnya sudah luntur dimakan usia. Rani memang tidak sempat merawat rumahnya karena uangnya habis untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit. Di kota, Rani menumpang kos pada temannya sesama artis panggung hanya untuk persinggahan kalau ada job panjang di kota. Jika tidak ada job atau sedan sepi job, Rani memilih tinggal dengan ibunya di Kalimoyo.
Hal itu memang cukup berat bagi Rani yang harus membagi waktu antara bekerja dan merawat ibunya. Apalagi jarak kota dan desa Kalimoyo cukup jauh. Untunglah ada tetangganya yang bernama Bi Darum yang mau membantunya merawat ibunya selama ia ada job di kota.
"Pak, tunggu di sini dulu, ya! Uang saya ada di dalam."
"Iya, Mbak."
Rani masuk ke dalam rumah dengan membawa tasnya. Rani tampak anggun dengan gaun berwarna merah dan manik-manik di beberapa titik. Sayangnya, driver tersebut sepertinya bkan penggemar musik dangdut. Makanya, ia tidak mengenal Rani Alaska yang banyak dipuja-puja oleh masyarakat. Jadi, pria itu biasa saja ketika melihat artis lokal itu berjalan di depannya. Karena merasa gerah, driver itu pun melepas helm *fulface *dan masker berwarna hitam yang ia pakai. Sekarang sudah tampak dengan jelas wajah pria itu yang lebih pantas menjadi artis sinetron daripada driver ojek online.
Baru saja driver itu menghirup udara segar, Rani sudah keluar dengan membawa selembar uang ratusan ribu. Dan, Rani terperangah dengan sosok pria yang sedang berdiri di depan rumahnya saat itu.
"DAMAR????" teriak Rani dengan ekspresi wajah terkejut.
BERSAMBUNG
Jangan lupa untuk memberi like dan komentar. Btw, baca juga novelku yang lain
KAMPUNG HANTU
LARAS
SEKOLAH HANTU
MARANTI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
V3
lach gmn sih , masa Damar tdk mengenali Rani tp Rani mlh mengenali damar 🤭🤭
2023-01-22
0
Pelangi Biru
lanjut terus kak junan
2023-01-02
1
Ayuk Vila Desi
ternyata saling kenal toh ..tapi kok damar gak tau...
2022-12-13
0