KEPERGOK

Reno dan temannya terus berjalan mendekati mobil. Tatapan mata mereka berdua tertuju pada kendaraan yang di dalamnya terdapat Rani si penyanyi group musik Alaska itu. Sambil berjalan mendekati mobil pribadinya, Reno berbincang-bincang dengan sahabatnya itu.

"Kamu yang sabar ya, Ren. Mungkin waktunya saja yang tidak tepat," hibur Boy.

"Entahlah, Boy. Mungkin aku sudah ditakdirkan untuk jadi Playboy saja. Sekalinya aku ingin insyaf, gadis pujaanku malah menolak cintaku," jawab Reno lesu.

"Kamu nggak boleh begitu, Ren. Itu artinya kamu nggak benar-benar berniat untuk berubah. Aku yakin dia tidak benar-benar menolakmu. Seperti yang kamu bilang tadi, dia sedang berkonsentrasi pada karir dan kesembuhan ibunya," balas Boy.

"Apa mungkin Rani menolak cintaku karena dia mengira akan aku permainkan?" tanya Reno.

"Nah! itu dia kamu mengerti. Sepak terjang kamu di dunia percintaan sudah tersohor ke mana-mana. Apalagi sebagian mantanmu adalah rekan dia di group musik milik papamu, kan? Tidak mungkin ia tidak mengetahui betapa busuknya kamu di masa lalu," jawab Boy.

"Lantas, apa aku tidak berhak untuk mencintai dan dicintai seseorang dengan tulus, Boy? Aku capek harus begini terus. Mereka tidak tahu, semua itu aku lakukan karena aku benar-benar kesepian," jawab Reno.

"Mereka tidak tahu, Ren. Mereka tahunya kamu itu anak orang kaya yang hobi mempermainkan wanita. Itu saja yang mereka tahu. Makanya, bagi perempuan seperti Rani, butuh waktu untuk bisa menerimamu," jawab Boy.

"Waktu? Berarti aku masih punya kesempatan merebut hatinya, kan?" tanya Reno.

"Iya. Kamu bisa. Namun, kamu harus tahu, ada suatu hukum tanam tuai yang diyakini oleh masyarakat kita. Sepertinya, kamu harus menerima balasan dari semua perbuatanmu dulu sebelum kamu bisa menaklukkan hati perempuan yang benar-benar kamu cintai," jawab Boy.

"Ya, Boy. Semoga aku bisa menghadapi semuanya," jawab Reno.

Mereka berdua sudah dekat dengan mobil Reno.

"Senar bassnya kamu bawa kan, Boy?" tanya Reno.

"Iya, Ren. Ini aku bawa. Nanti sekalian aku bantu pasangke gitarmu," jawab Boy sambil menunjukkan senar bass di tangannya.

"Oke. Sip, kalau begitu. Oh, ya, papa nanyain kamu terus, Boy. Kapan kamu mau gabung ke group musik Alaska katanya," ujar Reno.

"Bilang saja sama papamu. Aku nggak bisa main musik dangdut," jawab Boy.

"Kalau masalah itu kan bisa diatur, Boy. Kamu bisa mencobanya sekaligus belajar. Aku yakin kamu pasti bisa, Boy," jawab Reno.

"Enggak, Ren. Jiwaku tidak di dangdut, Ren," sanggah Boy.

"Kamu ini Boy sejak dulu idealis. Kapan kamu majunya kalau seperti itu terus? Kamu tahu kan, masyarakat sekarang ini sedang gemar-gemarnya sama musik dangdut? Kalau kamu tetap kekeuh nggak mau main dangdut, lambat laun kamu akan tertinggal. Sekarang aja aku lihat kamu sudah jarang main, kan?" protes Reno.

"Biar sudah, Ren. Daripada aku melakukan hal yang tidak aku suka. Hasilnya pasti tidak akan baik," jawab Boy kekeuh dengan pendiriannya.

"Terserah sudah, Boy," jawab Reno tak mau memperpanjang pembicaraan.

Mereka berdua pun saat ini sudah berdiri di depan pintu masing-masing. Reno di samping pintu depan dan Boy berdiri di samping pintu belakang.

"Loh, Rani kok nggak ada?" tanya Reno pada Boy.

"Apa, Ren? Rani nggak ada di dalam?" Boy balik bertanya.

"Iya, Boy. Ke mana perginya Rani, ya? Tadi dia aku suruh nunggu di dalam mobil," jawab Reno.

"Mungkin dia kebelet, Ren?" tanya Boy.

"Emangnya kalau kebelet dia mau buang air di semak-semak? Kamu ini ada-ada saja!" protes Reno.

"Masa dia kabur, Ren?" tanya Boy.

"Kali aja dia takut ngeliat tatomu itu, Boy!" jawab Reno kesal.

"Ha ha ha ... Masa begitu, Ren?" Boy tertawa mendengar celoteh sahabatnya itu.

"Kam cari ke belakang sana, Boy. Aku cari ke depan!" perintah Reno.

"Oke!" jawab Boy.

Kedua pasangan sahabat itu pun berjalan ke arah yang berlawanan.

"Raaaaaan!!!" teriak Reno dengan keras sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Raaaaaaniiiiii!!!" teriak Boy tak mau kalah.

Mereka berdua terus berusaha mencari keberadaan Rani. Hingga akhirnya Reno pun sampai di tempat Rani bersembunyi. Rani sedang bersembunyi di balik sebuah batu yang dikelilingi semak-semak.

Di balik batu itu Rani benar-benar merasa ketakutan. Ia takut dijadikan korban kejahatan oleh Reno dan temannya. Ia menahan napas saat Reno semakin dekat posisinya dengan dirinya. Terlebih sepertinya Reno mulai curiga Rani berada di balik batu itu.

"Kamu di situ, Ran?" teriak Reno dari jarak beberapa meter dari batu itu.

Tentu saja Rani tidak menyahut. Karena itu sama saja dengan bunuh diri. Keringat dingin mengucur dengan deras dari tubuh langsingnya. Rani merasa ini adalah akhir dari persembunyiannya dan ia akan jatuh ke tangan Reno dan temannya. Membayangkan hal buruk itu terjadi membuat jantung perempuan itu berdegup semakin kencang.

"Rani ... Itu kamu, kan?" tanya Reno dengan suara agak keras.

Kali ini Reno hanya berjarak beberapa meter dari persembunyian Rani. Kali ini Rani menangis sehingga suara tangisannya terdengar sampai ke telinga Reno.

"Nah kan, dugaanku benar, kan? Ayo, keluar Rani! Ngapain kamu sembunyi di situ?" ujar Reno lagi.

Rani pun tidak bisa berkelit lagi. Ia pun bangkit dari duduknya masih dengan tangisannya yang terisak. Reno melihat ke arah Rani dengan tatapan keheranan.

Tepat saat Reno akan mendatangi Rani, tiba-tiba terdengar bunyi motor dari arah jalan. Mereka berdua menatap ke arah sumber datangnya suara. Ada seorang pria dengan jaket berwarna hijau sedang mengendarai sebuah motor.

Hati Rani bersorak setelah mengetahui bahwa driver ojek online yang ia pesan akhirnya datang juga. Tanpa ba bi bu lagi ia pun segera berlari ke arah motor itu dengan tangan membawa high heel yang ia pakai sejak tadi sambil berteriak.

"Paaaaaaak!!! Saya yang pesan ojeknya ...," teriak Rani.

"Raaaan! Kamu mau ke mana? Jangan Raaaan!!!" teriak Reno begitu menyadari Rani berusaha lari darinya.

Sopir ojek yang melihat adegan itu pun kebingungan.

"Tolong, Pak! Aku mau diperk*sa!" teriak Rani oada sopir ojek online.

"Hah!" Reno sempat terkejut mendengar teriakan Rani.

"Tidak, Pak! Aku tidak mau memperkosa gadis itu. Dia itu temanku!" teriak Reno pada sopir ojek.

Sopir ojek celingak-cekinguk kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus mempercayai omongan gadis itu ataukah omongan pria itu yang benar?

Reno berusaha mengejar Rani. Ia benar-benar tidak menyangka Rani akan salah paham padanya. Ia harus menjelaskan hal itu pada Rani dan sopir itu. Namun, Rani kini sudah berada di dekat sopir ojek online itu.

"Ran! Aku tidak sejahat itu!" teriak Reno.

"Jangan percaya omongan pria itu, Pak! Ayo, buruan bawa aku pergi dari sini!" teriak Rani sambil naik ke atas boncengan.

Sopir ojek online gelagapan. Ia tidak bisa mengambil keputusan.

"Ayo, Pak! Buruan jalan!" teriak Rani.

Karena tidak langsung melajukan motornya akhirnya Reno semakin dekat dengan posisimereka berdua.

BERSAMBUNG

Like dan komentarnya, dong!

Terpopuler

Comments

Rafa Retha

Rafa Retha

hahaha....
bingung deh Damar si ojek online

2023-05-11

1

V3

V3

ternyata Boy dan Reno baik kok gak sejahat pikiran Rani ,, jd lucu bacanya ,,, tukang ojeg nya jd bingung sndri 🤭🤭

2023-01-22

0

Ayuk Vila Desi

Ayuk Vila Desi

ternyata mereka gak jahat...aku sudah suudzon

2022-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!