Jantung Rani berdegup dengan kencang tatkala mendengar ucapan seperti itu dari Reno. Tapi, Rani bukanlah gadis bodoh. Ia tahu kalau ia mengiyakan ucapan Reno sama saja ia menyakiti hati Reno. Dan dalam posisi seperti ini seorang laki-laki yang sakit hati bisa melakukan apa saja untuk melampiaskan rasa sakit hatinya.
"Apaan kamu, Ren?" ucap Rani dengan tenang.
Reno melemparkan senyuman manisnya kepada Rani. Sepertinya laki-laki ini mulai percaya dengan ucapan perempuan di hadapannya.
"Rani ... Rani ... kamu memang beda dengan perempuan lain ...," gumam Reno.
Rani pun membalas senyuman Reno meskipun di dalam hatinya sebenarnya menyimpan rasa ketakutan yang amat sangat terhadap pria di depannya.
"Ren ... Apa urusanmu sudah selesai dengan temanmu?" tanya Rani memecah keheningan di antara mereka yang terjadi selama beberapa menit.
"Kalau belum, kenapa? Kalau sudah, kenapa?" Reno balik bertanya.
"Ya, enggak kenapa-kenapa, sih. Hanya saja aku sudah capek setelah seharian bekerja," jawab Rani.
"Kalau kamu capek, kamu nggak apa-apa kok tiduran di mobil," jawab Reno.
"Tiduran di mobil? Aku nggak biasa tidur selain di kasur, Ren" jawab Rani.
"Kamu harus membiasakan dirimu, Ran. Bagaimana seandainya nanti suamimu punya mobil?" balas Reno spontan.
Rani terperangah mendengar perkataan spontan Reno.
"Maksudnya gimana?" tanya Rani tidak mengerti sambil menoleh ke arah Reno.
"Ya, mak-sud-nya nanti kalau kamu menikah dan kamu harus menempuh perjalanan jauh bersama suamimu di mobil, kamu harus terbiasa tidur di mobil, kan?" jawab Reno dengan tergagap.
"Kalau suamiku punya mobil. Kalau enggak?" kelit Rani.
"Harus. Suamimu harus punya mobil," jawab Reno tegas.
"Tidak, Ren. Aku tidak sematre itu. Bagiku punya mobil atau tidak, asal dia setia dan tidak macam-macam, itu sudah cukup," jawab Rani.
Reno mulai kelihatan gugup. Tengkuknya mulai berkeringat dingin mendengar perkataan Rani yang sangat diplomatis.
"Aktifitasmu yang padat itu membutuhkan mobil, Ran. Coba kamu bayangkan dengan dandanan seperti ini terus kamu dibonceng pakai motor, bagaimana?" desak Reno.
"Emang kenapa dengan dandananku, Ren? Ada yang aneh?" tanya Rani dengan nada yang kurang mengenakkan pertanda ia agak tersinggung dengan perkataan Reno.
"Tidak, Ran. Aku tidak bermaksud menjelekkan model dandananmu, Ran. Kamu itu sangat cantik. Tapi, coba bayangkan kalau kamu dibonceng motor dengan dandanan begini, semua mata pasti akan memandang ke arah kamu," jawab Reno lancar.
Jawaban Reno sedikit membuat hati Rani berbunga-bunga. Reno semakin takjub saja dengan kecantikan Rani.
"Ran ...," panggil Reno.
Rani pura-pura tidak mendengar. Pandangannya tetap tertuju ke depan.
"Ran ...," panggil Reno lagi.
"Iya, Ren ...," jawab Rani sambil menoleh.
Reno memberanikan diri meraih jari jemari Rani. Namun, kali ini Rani menolak jarinya dipegangi Reno.
"Maaf, Ren ...," ujar Rani.
"Ran ... se-be-narnya aku sudah mau mengatakan ini ...," ucap Reno dengan tersendat.
Reno memberanikan diri menatap Rani dengan tatapan lembut. Rani berusaha menyelami apa yang akan dikatakan oleh Reno.
"Kamu mau bilang apa, Ren?" tanya Rani berusaha tenang.
"Ran ... aku sudah lama suka sama kamu," ujar Reno dengan segenap keberanian yang ia bangun sejak tadi.
Rani terhenyak mendengar pengakuan pria di depannya. Ia tidak menyangka Reno alan mengatakannya di tempat seseram ini.
"Apa, Ren?" tanya Rani masih tidak percaya dengan pengakuan Reno.
Reno menarik napas dalam-dalam.
"Iya, Ran. Aku ingin kamu mau jadi pacar aku," jawab Reno.
Giliran Rani yang menarik napas dalam-dalam mendengar jawaban Reno yang sangat lugas barusan.
"Kamu mau kan, Ran?" Kali ini Reno sudah lebih bisa menguasai dirinya setelah mengungkapkan isi hatinya yang ia pendam selama ini.
"A-a-aku ...," Rani betul-betul gelagapan dan tidak bisa berkata-kata.
Reno tidak menyahut. Ia hanya memandangi wajah Rani. Rani semakin gugup.
"Ren ... a-a-aku be-lum siap untuk membina suatu hubungan serius." Akhirnya jawaban itu pun keluar dari mulut Rani. Jawaban yang sebenarnya tidak ingin diungkapkan oleh gadis itu karena takut mengecewakan laki-laki di depannya.
Terlihat sekali raut kekecewaan di wajah Reno. Ia tidak menyangka Rani akan menolaknya. Padahal Reno yakin ia memiliki segala sesuatu yang tidak dimiliki oleh laki-laki lain. Secara fisik, Ia cukup gagah dan tampan. Harta pun ia miliki. Ia tidak habis pikir bahwa Rani tidak terkesima dengan hal itu.
"Apa kamu sudah punya pacar, Ran? Makanya kamu menolakku?" tanya Reno memberanikan diri.
"Tidak, Ren. Bukan begitu! Kamu jangan salah tanggap. Aku masih belum berpikir ke arah situ karena aku masih mau fokus dengan karirku dan juga ibuku yang sedang sakit," jawab Rani jujur.
"Kalau masalah karir, kamu tahu kan aku bisa membantumu? Masalah ibumu juga bukan masalah yang sulit bagiku," jawab Reno.
"Tapi, Ren ... aku tidak mau menyulitkan orang lain. Maafkan aku ya, Ren ...," jawab Rani dengan nada sehalus mungkin.
Sesungguhnya alasan terbesar kenapa Rani menolak Reno adalah ia sudah banyak mendengar isu-isu miring tentang pria itu. Bahwa Reno adalah seorang playboy yang sudah mengecewakan banyak wanita dan juga ia tidak suka dengan gaya hidup Reno yang dikabarkan sering pergi ke klub-klub malam di kotanya.
"Tunggu sini dulu ya, Ran!" ucap Reno sambil keluar dari mobil.
"Kamu mau ke mana, Ren?" tanya Rani.
"Aku mau ke temanku lagi ...," sahut Reno datar.
Rani memperhatikan gerak-gerik Reno yang terkesan mencurigakan. Reno berjalan meninggalkan mobil menuju rumah besar itu. Rani bertanya-tanya di dalam hatinya.
"Ngapain Reno ke sana lagi? Apa aku sudah salah berkata terhadapnya? Jangan-Jangan ... Ya Tuhan ... selamatkan aku ..."
Rani benar-benar merasa ketakutan apalagi ia merasa sudah menyakiti hati Reno. Ia takut Reno dendam padanya dan merencanakan sesuatu untuk menyakitinya.
Rani memandang ke arah pintu rumah besar itu. Kali ini Reno sudah masuk ke dalam rumah tersebut. Cukup lama Rani menunggu Reno keluar dari rumah itu. Namun, kali ini Reno agak lama berada di dalam sana. Entah apa yang sedang dilakukan Reno di dalam rumah itu bersama temannya. Hal itu membuat jantung Rani berdegup dengan kencang. Keringat dingin mengucur dengan deras dari tubuh penyanyi itu.
Hingga akhirnya, Rani melihat Reno keluar dari rumah itu bersama temannya. Ada hal aneh yang dilihat oleh perempuan itu. Teman Reno keluar dengan memegang seutas tali di tangan kanannya. Rani terbelalak melihat keanehan itu.
"Ya Tuhan ... apa yang akan dilakukan mereka merdua terhadapku? Apakah mereka akan membunuhku? Tidaaaak ... Aku harus pergi, tapi ke mana? Di sini tidak ada siapa-siapa yang bisa aku mintai tolong," Rani bertarung dengan pikirannya sendiri.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
V3
aku sampai geser bacanya lagi ke atas ,, perasaan td judul nya di tembak tp kok gda perkelahian ,,
eeee ..... ternyata di tembak nya itu ttg cinta toh 🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤣🤣
2023-01-22
0
Ayuk Vila Desi
ojok ya juga lama...gak ngerti ampe2 apa jarak ya jauh
2022-12-13
0
Ayuk Vila Desi
tak kira di tembak Karo bedil🤭🤭
2022-12-13
0