TERPERANGKAP

Mobil yang dinaiki Reno dan Rani pun melaju melalui jalan yang agak sepi. Semakin lama semakin lengang saja kondisi jalan seiring dengan semakin jarangnya rumah penduduk. Jalan yang mereka lalui ini termasuk jalan alternatif yang biasa dipilih oleh pengguna jalan kalau jalan utama sedang ada kemacetan. Namun, dalam kondisi jalan utama lancar, biasanya jalan ini memang sepi. Bahkan jalan ini terkenal dengan tingkat kejahatannya yang cukup tinggi.

"Reno, jalannya kok sepi banget, ya? Apa tidak sebaiknya kita putar balik saja. Kata orang-orang di sini sering terjadi pembegalan," ucap Rani dengan perasaan gelisah.

"Tenang saja, Ran. Aku sudah biasa lewat di sini kok. Rumah temanku kan dekat sini. Kamu tenang saja, kan ada aku?" bujuk Reno.

"Tapi, Ren. Perasaanku tidak enak," bantah Rani.

"Santai, Ran. Kamu parnoan banget, sih!" jawab Reno.

Rani semakin gundah saja dengan perasaannya terlebih sejak tadi ia merasa pandangan mata Reno sangat mencurigakan.

Mobil pun terus melaju dan sampailah mereka di jalan yang kiri dan kanannya dikelilingi area persawahan. Ada pemukiman yang cukup jarang penduduknya di tempat itu. Reno meminggirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang ukurannya lumayan besar.

"Kenapa berhenti, Ren?" tanya Rani memberanikan diri.

"Kita sudah sampai di depan rumah temanku. Kamu di sini dulu, ya? Aku masuk ke dalam," jawab Reno sambil menatap mata Rani.

"Oke, jangan lama-lama!" jawab Rani.

Rani mencium bau alkohol yang keluar dari mulut Reno. Gadis itu semakin takut berada berdua dengan pria muda itu. Apalagi gerak-gerik Reno sejak tadi terlihat sangat mencurigakan.

"Jangan ke mana-mana, ya!" ucap Reno sebelum ia keluar dari mobil dan masuk ke pelataran rumah besar itu. Rani memperhatikan Reno terus berjalan masuk ke dalam dan berdiri di depan pintu. Posisi ia dan Reno saat ini berjarak sekitar sepuluh meter.

Rani memperhatikan gerak-gerik Reno dari dalam mobil. Ada seseorang keluar dari dalam rumah menyambut kedatangan Reno. Reno berbicara dengan laki-laki tersebut. Ternyata yang Reno katakan sebagai temannya itu adalah pria dengan badan tinggi besar dan badan penuh tato di sekujur tubuhnya.

"Ya Tuhan! Apa yang sedang mereka perbincangkan? Jangan-Jangan mereka berdua sedang merencanakan hal tidak baik terhadapku?" Rani bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Rani semakin gelisah begitu memperhatikan cara kedua pria itu berbicara. Mereka sesekali melihat ke arahnya. Rani memang tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, tapi sebagai wanita yang berada sendirian di tempat asing seperti itu. Wajar saja jika ia merasa ketakutan. Dalam hatinya Rani menyesal kenapa harus mau dijemput oleh Reno.

Dalam keadaan panik seperti itu, Rani pun tidak ambil pusing. Ia segera mengambil ponselnya. Awalnya ia ingin mengabari temannya untuk datang ke tempat tersebut. Tapi, setelah dipikir-pikir, kebanyakan temannya adalah perempuan juga yang tidak mungkin berani datang ke tempat ini.

"Duh, gimana ini? Aku harus ngapain?" Rani kebingungan.

Pada saat seperti itu, Rani jadi ingat dengan pesan almarhum ayahnya.

"Hati-Hati kalau memilih teman, Nduk. Terutama teman laki-laki. Tidak semua teman itu baik. Kamu harus bisa memilih-milih sendiri," ucapan almarhum ayahnya terngiang-ngiang di pikiran Rani.

"Apa aku coba pesan ojek online saja, ya?" Tiba-Tiba ide itu muncul di pikiran Rani.

"Tapi, apa drivernya mau menjemput ke tempat ini? Bagaimana kalau pesananku ditolak? Ah, aku coba saja dulu. Siapa tahu ada driver yang mau menjemput ke sini," ucap Rani pada dirinya sendiri.

Rani pun segera mengambil Ponselnya lagi dan melakukan pemesanan ojek online. Setelah ditolak pesanannya oleh beberapa driver, akhirnya ada satu driver yang menerima pesanannya.

"Apakah posisi sesuai peta?" Isi chat masuk di aplikasi tersebut.

"Iya, Mas. Posisi sesuai lokasi," jawab Rani.

"Pakaian saya berwarna Merah, Mas. Ada manik-maniknya. Saya tunggu, ya! Posisi saya di dekat mobil berwarna silver. Di depan rumah besar, pinggir sawah." Rani memperjelas informasinya dengan harapan mempermudah driver mengenali dirinya.

"Ya Tuhan!" Rani terkejut saat ia mengangkat wajahnya, ternyata Reno sudah berada di sebelahnya sedang mengetuk kaca jendela mobil.

Tok Tok Tok

"Apa, Ren?" tanya Rani dengan agak kaget.

"Bukakan pintu sebelah! Kunci mobilnya tertinggal di dalam!" jawab Reno dari arah luar mobil sambil menunjuk ke arah dashboard.

Rani menoleh ke arah dashboard. Benar saja, kunci mobil ada di atasnya. Rani menoleh ke arah Reno. Reno memasang wajah ramah. Dalam hati ia berpikir bahwa kalau ia tidak membuka mobil, maka ia akan aman berada di dalamnya tanpa harus ketakutan dengan rencana Reno. Tapi, ia tidak bisa mengendarai mobil tersebut. Andaipun ia tidak membukakan pintu untuk Reno, Reno pasti bisa merusak kaca mobil dan melakukan kejahatannya.

"Tapi, apakah benar Reno akan berbuat tidak baik terhadapnya?" Rani mulai ragu dengan pikirannya.

"Ayo, Ran. Buruan buka pintunya!" Suara Reno lagi dari arah luar mobil.

"Tu-Tunggu, Ren?" Rani bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

Ia pun memilih untuk mengulur waktu saja sambil menunggu pesanan ojeknya datang. Ia tidak mungkin melawan Reno secara frontal. Ia menggeser duduknya untuk bisa menjangkau pegangan pintu di sebelah. Reno menunggu Rani membuka pintu sebelah dengan perasaan senang.

"Duh, tanganku tidak sampai ...," keluh Rani.

"Kamu geseran ke sana sedikit, Ran! Pasti sampai kok tanganmu! Teriak Reno dari arah luar.

" Iya, Ren. Sabar, ya?" jawab Rani berusaha natural. Padahal ia memang sedang memperpanjang waktu saja.

Pada menit ke sekian akhirnya Rani pun berhasil membuka pintu untuk Reno. Ada rasa deg-degan saat ia sudah membuka pintu tersebut. Reno segera masuk ke dalam mobil begitu pintu dibuka.

"Maaf ya, Ren, aku lama membuka pintunya!" ujar Rani dengan pelan.

Reno menoleh ke arah Rani.

"Kamu sengaja, kan, tidak segera membukakan pintunya?" ujar Reno dengan tatapan mata tajam.

"Enggak kok, Ren. Aku emang kesulitan menjangkau gagang pintunya," jawab Rani berusaha meyakinkan pria di depannya.

Reno meraih tangan Rani.

"Kamu mungkin bisa berkata begitu kepada orang lain, Rani. Dan orang lain pasti langsung percaya sama kamu. Tapi, ingat!!! Aku ini Reno. Aku tidak sebodoh yang kamu bayangkan!" ujar Reno dengan suara lembut sambil mencium tangan Rani.

Rani semakin ketakutan mendapat perlakuan seperti itu. Ia tidak menyangka Reno bisa menebak isi hatinya.

"A-a-aku serius, Reno!" jawab Rani dengan terbata-bata sambil menarik tangannya dari pegangan Reno.

"Tahu, nggak? Ketakutanmu ini semakin menunjukkan kalau apa yang aku katakan barusan itu benar!" jawab Reno sambil menatap lekat mata Rani dengan tatapannya yang tajam.

BERSAMBUNG

Novel ini ada yang baca nggak, ya? Tunjukkan kehadiranmu dengan like dan komentar.

Terpopuler

Comments

Rafa Retha

Rafa Retha

Damar sang penyelamat

2023-05-11

1

V3

V3

ikutan deg degan deh

2023-01-22

0

Ayuk Vila Desi

Ayuk Vila Desi

ah . deg degan...takut

2022-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!