Damar menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan untuk menstabilkan emosi. Hampir saja ia melakukan pembunuhan terhadap istrinya dan pasangan selingkuhnya. Tindakan bodoh yang tentunya akan membawa ia mendekam di penjara. Bagaimana dengan Arya nanti? Anak itu pasti akan bingung menjawab pertanyaan orang-orang tentang ayah dan ibunya? Mampukah ia menjawab bahwa ayahnya sedang mendekam di penjara karena membunuh ibunya yang berselingkuh dengan pria lain.
"Tidak! Arya tidak boleh menanggung beban mental itu selama hidupnya,"
KLETEK!
TAP TEP TAP TEP
Terdengar suara langkah kaki dari lantai atas melewati tangga menuju lantai satu. Dari suara derapan langkah itu, Damar sudah hapal betul siapa pemiliknya. Dia adalah Tuan Hisyam mertuanya, orang yang paling ditakuti dan disegani di rumah itu. Pria tegap itu berhenti sekitar di tangga ke sepuluh jika dihitung dari bawah. Dari posisi itu ia dapat melihat ke seluruh penjuru ruangan di lantai satu.
"Ada apa, Siska?" tanya Tuan Hisyam kepada anak tersayangnya yang baru saja keluar dari kamar.
Arya sudah tidak ada di gendongan perempuan itu lagi. Sepertinya Siska sudah meletakkan Arya di Play Ground pribadinya. Siska tidak langsung menyahut. Ia masih melirik ke arah Damar.
"Siska berzinah dengan Dave, Pa!" jawab Damar dengan cukup keras.
Tuan Hisyam cukup terhenyak mendengar informasi dari Damar. Tapi, Tuan Hisyam masih belum yakin kalau tidak mendengar jawaban langsung dari anak kesayangannya sendiri.
"Benarkah apa yang dikatakan Damar barusan, Siska?" tanya Tuan Hisyam dengan nada agak tinggi.
Siska terkejut mendapat pertanyaan seperti itu dari papanya.
"Aku tidak mencintai Damar, Pa! Dave itu laki-laki baik, Pa. Dia juga berasal dari keluarga terhormat. Tidak seperti Damar yang hanya menjadi parasit di rumah ini!" jawab Siska dengan ketus.
"Tega-Teganya kamu berkata seperti itu, Sis. Bagaimanapun aku ini suami masih suami sahmu!" jawab Damar spontan.
"Stop! Berani-Beraninya kamu berbicara tanpa aku suruh, Damar! Kamu sudah lupa, siapa yang berkuasa di rumah ini!" teriak Tuan Hisyam.
Damar menahan amarahnya. Bagaimana pun Tuan Hisyam adalah papa mertuanya yang harus ia hormati. Siska tersenyum sinis kepada Damar yang mati kutu di depan papanya.
"Siska! Apa kamu yakin Dave benar-benar mau menikahimu? Jangan-Jangan dia sama seperti ayah kandungnya Arya, yang lari dari tanggung jawab," ujar Tuan Hisyam lagi sambil melangkah turun dari atas tangga.
Hati Damar merasa teriris ketika Tuan Hisyam menyebut 'ayah kandung' Arya. Bagaimana pun selama ini ia sudah menganggap Arya sebagai anak kandungnya sendiri.
"Tidak, Pa. Dave bukan lelaki seperti itu. Dia sudah lama ingin menikah denganku, tapi dia masih menunggu Damar pergi dari rumah ini!" jawab Siska sambil menunjuk Damar dengan tangan kiri.
"Berani-Beraninya kamu berkata begitu, Siska!" teriak Damar tak tahan ingin sekali menghajar Siska.
"Damar! Tetap di tempat kamu. Siska ini anakku. Jangan sampai kamu menyakitinya. Apa kamu ini tidak sadar keberadaan kamu di sini ini hanya untuk menebus hutang almarhumah ibumu!" teriak Tuan Hisyam.
Siska berlari ke atas tangga menuju posisi papanya. Setelah dekat ia pun memeluk papanya.
"Papa lihat sendiri, kan, bagaimana tabiat Damar? Bagaimana Siska bisa mencintainya kalau dia sekasar itu pada Siska. Siska selama ini hanya diam karena Siska tidak mau mengecewakan Papa untuk kedua kalinya," tutur Siska dengan gaya merajuk.
"Siska! Kamu jangan bersandiwara di depan Papa! Aku tidak pernah berbuat kasar kepada kamu selain tadi? Suami mana yang tidak geram melihat istrinya berpelukan dengan pria lain?" teriak Damar dengan amarah.
"Pa ... Siska takut!!" rayu Siska pada papanya.
"Damar! Aku tidak mau melihat perdebatan di antara kalian. Siska ini anak perempuanku satu-satunya yang sangat aku sayangi. Kebahagiaannya adalah yang paling utama bagiku. Apapun akan aku lakukan demi dia," ujar Tuan Hisyam.
"Tapi, Pa-" potong Damar.
"Siska! Kamu masih ingin melanjutkan rumah tanggamu dengan Damar atau tidak?" tegas Tuan Hisyam.
Siska tersenyum bahagia karena sudah bisa merebut hati papanya. Tapi, sakit hatinya terhadap Damar tadi yang mau membunuhnya, belum terbalas. Ia pun merencanakan sesuatu.
"Kalau Siska sih menurut apa kata Papa, meskipun Siska harus hidup penuh dengan rasa takut dan kesedihan dengan Damar, Siska rela kok, asal itu keinginan Papa," jawab Siska dengan wajah sengaja dibuat sendu.
"Siska!" Damar sekali lagi berteriak kepada Siska karena Siska sedang bersandiwara.
"Damar! Berhentilah berkata kasar kepada anakku. Maafkan papa karena selama ini papa mengira Damar tidak pernah berbuat kasar kepadamu. Ternyata papa salah," jawab Tuan Hisyam sambil memeluk anak perempuannya dengan erat.
Siska tersenyum penuh kemenangan di balik pelukan papanya, sedangkan Damar menatap tajam ke arah Siska karena ia tidak terima difitnah oleh istrinya sendiri. Tapi sekali lagi, ia tidak berdaya untuk membantah ucapan Tuan Hisyam.
"Damar! Sebaiknya kamu segera mengemasi barang-barangmu dan cepat pergi dari rumahku ini!" tegas Tuan Hisyam.
"Tapi, Pa! Bagaimana dengan Arya?" jawab Damar tidak terima dengan pengusiran papa mertuanya.
"Arya? Ya Tuhan!" Sejenak Tuan Hisyam tercenung dengan apa yang barusan ia katakan.
Ia menyadari bahwa selama ini Arya sangat dekat dengan Damar, meskipun Damar bukanlah ayah kandung cucunya itu. Tuan Hisyam menarik wajah Siska. Siska menyadari gurat kesedihan di wajah papanya. Ia menyadari Arya adalah salah satu titik kelemahan baginya untuk memenangkan hati papanya. Siska yang benar-benar kesal dengan Damar yang hampir membunuhnya dan juga Dave, ia pun dengan tegas berkata,
"Arya itu anakku, Pa. Aku akan mengurusnya dengan baik. Dave juga akan menjadi papa yang baik untuk Arya," ujar Siska.
"Kamu dengar sendiri kan, Damar? Pergilah kamu dari rumah ini! Biarlah Siska bahagia hidup bersama Dave," ujar Tuan Hisyam lagi.
Damar tidak menjawab. Hati dan harga dirinya benar-benar hancur saat itu. Percuma ia membela diri toh tidak ada lagi orang di rumah ini yang percaya dengannya.
Damar buru-buru menuju kamar. Ia melihat Arya sedang asyik bermain robot Ultra Man yang ia belikan di pasar malam sewaktu ia mengantar salah satu penumpang ke sana. Arya paling senang bermain mainan pembelian Damar dibandingkan mainan-mainan lain yang lebih mahal. Damar memandang wajah lugu dan lucu anak kecil itu. Dipeluknya tubuh anak kecil itu dalam-dalam. Tangis Damar pecah saat itu.
"Paaaa ... Paaaaa ...," celoteh Arya sambil mengusap air mata di pipi papanya.
Seumur hidup hanya dua kali Damar menangis, saat meninggalnya ibunya dan saat ini.
"Papa tidak apa-apa, Arya. Kamu janji akan menjari anak yang salih ya, Nak! Hormati ibumu ya, Nak! Papa akan sering-sering mengunjungi kamu, Nak! Papa Janji ...," ucap Damar di sela-sela isak tangisnya.
Bersambung
Perjalanan Damar masih panjang, author butuh dukungan like dan komentar Kakak semuanya. Suak nggak nih dengan novel ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
𝙔𝙖𝙮𝙖𝙖
kasian banget sih damar
2023-02-08
0
Ahnafal Wafa Tsaqifa
lha kok jadi mewek😭
2023-01-20
0
V3
sediiiih ..... sediiiih bgt Damar di hina dan fitnah bgtu 😭😭😭
palingan nti ending nya tu istri laknat berubah jd ngejar-ngejar Damar ,, mgk aja sih maaf kak aku cm nebak aja 🙏🙏
2023-01-18
0