Damar pergi meninggalkan rumah tuan Hisyam dengan pikiran campur aduk. Ia bingung harus pulang ke mana lagi saat ini. Rumah peninggalan almarhumah ibunya terakhir kali sudah rusak. Ia belum punya banyak uang untuk memperbaikinya. Tapi, kalau bukan pulang ke rumah itu lagi, Damar tidak memiliki tempat lain untuk tinggal.
Dengan tas jinjing yang cukup penuh isinya, Damar pun mengendarai motornya menuju ke suatu tempat favoritnya sebelum pulang, yaitu tempat mangkal ojek online-nya. Kedatangannya disambut hangat oleh para driver dan kedua sahabatnya, Bagas dan Yuda. Bagas dan Yuda ini awalnya adalah anggota ojek pangkalan dan beberapa kali pernah bentrok dengan driver ojek online. Hingga akhirnya Damar mengajak kedua pemuda tersebut berkenalan dan menjelaskan tentang cara kerja ojek online.
Dua pemuda yang awalnya antipati dengan ojek online akhirnya pun bergabung dengan Damar untuk menjadi driver ojek online untuk memperluas kawasan menarik ojek. Sedangkan beberapa kawan mereka, Pak Sudro, Pak Hamid, dan lain-lain yang usianya sudah sepuh pun dibelikan Ponsel Jadul oleh Damar dan kawan-kawan untuk sekedar berkomunikasi dengan para pelanggannya. Mereka berdua sudah tidak mungkin untuk belajar mengoperasikan Ponsel Pintar. Tapi, dengan adanya Ponsel sederhana mereka masih bisa menjaga kepercayaan pelanggannya.
Tidak hanya itu, Damar juga membuat kesepakatan antara teman-teman ojek onlinenya dengan ojek pangkalan untuk menentukan area-area yang tidak boleh dijadikan titik jemput oleh para ojek online. Alhasil, ojek online dan ojek pangkalan di kota tersebut bisa rukun semenjak ada orang-orang seperti Damar yang mau menjadi penengah.
"Hai, Damar ... Apa kabar? Tumben narik sepagi ini?" tanya Bagas.
"Sedang tidak baik-baik saja, Gas," jawab Damar.
"Loh, emangnya ada apa? Ayo cerita sama kami. Siapa tahu kami bisa membantu memberikan solusi," jawab Bagas.
"Pasti urusan sama istri kayamu itu, ya?" tanya Yuda.
"Lebih dari itu, Yud. Aku diusir dari rumah," jawab Damar pelan agar tidak didengar driver lain.
"Apaaaa?" Bagas dan Yuda terkejut dengan jawaban Damar.
"Iya, Entahlah aku tidak tahu harus tinggal di mana setelah ini. Rumah peninggalan almarhumah ibuku sudah rusak parah dan aku tidak punya uang sepeser pun untuk memperbaikinya," jawab Damar.
"Kamu tinggal di rumahku saja, Mar!" ajak Bagas.
"Tidak, Gas. Aku enak sama istrimu. Kamu tidak punya kamar lebih," jawab Damar.
"Bagaimana kalau di rumahku saja, Mar?" ajak Yuda.
"Enggak, Yud. Aku tidak enak sama mertuamu," jawab Damar.
"Lah, terus masa kamu mau tinggal di rumahmu yang sudah rusak itu?" tanya Yuda.
"Entahlah, Yud. Aku bingung. Aku juga tidak punya persiapan sama sekali," jawab Damar.
Bagas dan Yuda sama-sama berpikir keras bagaimana caranya Damar bisa memiliki tempat tinggal. Mereka berjalan mondar-mandir di depan Damar.
"Damar, aku punya ide!" pekik Bagas.
"Apa idemu, Gas?" tanya Damar.
"Gimana kalau kamu jual gitarmu itu? Hasil uangnya bisa untuk membeli bahan-bahan untuk memperbaiki rumahmu," terang Bagas.
"Aduuuh, kamu ini gimana sih, Gas? Paling-Paling gitar Damar kalau dijual lakunya cuma dua ratus ribu. Buat beli genteng juga mana cukup uang segitu?" protes Bagas.
"Tidak, Gas. Aku tidak mungkin menjual gitar itu. Itu hadiah dari guru seni budaya SMP-ku. Gitarnya masih ada di kamu, kan?" tanya Damar.
"Iya, Mar. Tenang, gitarnya aman kok di aku. Lah, trus gimana nih dengan tempat tinggalmu?" tanya Bagas.
Damar berpikir sejenak.
"Kamu pegang uang berapa, Gas?" tanya Damar kemudian.
"Enam puluh ribu," jawab Bagas kalem.
"Kamu, Yud, pegang uang berapa?" tanya Damar.
"Empat puluh lima ribu. Kenapa?" tanya Yuda lagi.
"Oke, begini. Hari ini kita narik ojek. Berapa pun uang yang kalian punya, aku pinjam. Tapi, sisihkan dulu buat uang belanja keluarga kalian. Aku mau beli terpal untuk tempat berteduhku sementara. Nanti terpalnya bantuin masang ya, di rumahku?" ucap Damar.
"Kamu beneran mau tidur pake terpal saja?" tanya Yuda tidak percaya.
Damar mengangguk.
"Nggak apa-apa, Yud. Yang penting aku bisa beristirahat," jawab Yuda.
"Oke, deh. Sekarang, ayo kita hidupkan aplikasi kita semua. Kita cari uang sebanyak-banyaknya untuk Damar!" ujar Yuda kemudian.
Damar menatap dengan penuh haru pada dua sahabatnya itu. Sejenak kesedihannya sirna dari pikirannya.
"Life must go on ...,"
Drrrrrrt ...
Tiba-Tiba ponsel Damar berbunyi. Ponsel yang kata anak muda sekarang dibilang kualitas 'kentang', tapi sudah menghasilkan uang jutaan untuk memenuhi kebutuhan Arya dan Siska selama ini.
"Gas, Yud, aku dapat orderan nih!" ucap Damar.
"Daerah mana, Mar?" jawab Damar.
"Dari desa dekat waduk itu," jawab Damar.
"Hati-Hati, Damar. Di sana agak rawan kejahatan. Daerahnya sepi!" pesan Yuda.
"Oke. Siap! Nanti sore jam empat kumpul di sini ya?" ucap Damar.
"Oke!" jawab Bagas.
Setelah mengucap salam kepada teman-temannya, Damar pun membawa motornya menuju titik lokasi pemesan ojek online nya. Damar tahu betul di lokasi itu sering terjadi tindak kejahatan perampokan dan pencurian motor. Damar berharap semoga hal itu tidak terjadi padanya. Harta satu-satunya yang ia miliki sekarang adalah motornya itu.
"Lokasi sudah sesuai, kan?"
"Iya, Kak. Buruan!"
Damar pun buru-buru menuju titik lokasi yang dimaksud. Ia masih membawa tas jinjing berukuran besar di depan. Ia berharap penumpang kali ini tidak akan melakukan protes karena banyaknya barang bawaan Damar. Yang ia takutkan juga penumpang itu akan memberikan ulasan buruk tentang pekerjaannya yang berakibat akunnya akan disupense sementara oleh perusahaan.
Sementara itu di tempat lain, Rani sedang turun dari pentas dan bersiap untuk pulang. Ada sebuah mobil yang sudah bersiap mengantarnya pulang.
"Maaf, Ren. Aku mau pulang baik ojek saja," ujar Rani.
"Aku jauh-jauh datang ke sini untuk menjemputmu loh, masa kamu menolak?" jawab pria bernama Reno itu.
"Iya, Mbak Rani. Kasihan Mas Reno sejak tadi nungguin Mbak Rani di depan," imbuh Ragil si pembawa acara.
Rani akhirnya tidak bisa menolak tawaran Reno, anak pemilik group musik Alaska tempat ia menyandarkan hidup.
"Oke ...," jawab Rani kemudian.
Reno melonjak bahagia mendapat jawaban menggembirakan itu. Ia pun buru-buru membuka pintu dan mempersilakan Rani untuk duduk di kursi depan.
"Terima kasih!" jawab Rani kalem.
Mobil pun melaju dengan kecepatan standar meninggalkan lokasi pernikahan. Para fans Rani memanggil-manggil nama Rani ketika mobil tersebut menyibak kerumunan. Rani melemparkan senyuman pada para fans-nya itu.
"Kok belok kiri, Ren?" tanya Rani kebingungan.
"Iya. Aku ada perlu sebentar," jawab Reno kalem.
"Aku turun sini saja kalau begitu!" protes Rani.
"Kan hanya selisih sedikit saja, Ran? Aku beneran ada kepentingan. Aku janji sebelum Zuhur kamu sudah sampai di rumah," rayu Reno.
"Oke. Tapi awas kalau kamu macam-macam!" ancam Rani.
"Tenang, Rani. Aku bukan cowok seperti itu!" jawab Reno sambil menyungging senyum.
Reno senang karena Rani tidak protes lagi. Sepertinya rencananya akan berjalan dengan mulus.
BERSAMBUNG
Apa yang akan dilakukan Reno terhadap Rani?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PASTI SI RENO INGIN BUAT CABUL KE RANI..
2023-06-20
0
V3
Reno psti punya rencana jahat pd Rani
2023-01-22
0
Ayuk Vila Desi
kayaknya si Tebo yang punya niat jahat
2022-12-13
0