Driver itu pun menoleh ke arah Rani karena merasa namanya dipanggil.
"Iya, Mbak," sahut Damar sambil menatap perempuan di depannya.
"Nama kamu Damar, kan?" tanya Rani dengan ekspresi wajah terkejut.
"Iya, saya Damar, Mbak. Kenapa?" Damar balik bertanya. Ia pikir perempuan di depannya sudah mengetahui namanya dari aplikasi.
"Kamu Damar SMP 2, kan?" Rani bertanya dengan nada semakin penasaran.
"I-iya. Kok, Mbak bisa tahu saya alumni SMP 2?" Damar mulai merasa aneh dengan pertanyaan perempuan di depannya.
"Kamu lupa sama aku, Mar?" Rani memajukan wajahnya supaya Damar mengingat dirinya.
"Si-siapa, ya?" Damar memicingkan matanya karena ia benar-benar tidak ingat dengan perempuan di depannya.
"Ekskul musik ingat, nggak?" tanya Rani dengan senyum sumringah.
"Ingat lah. Pembinanya Bu Hesti yang super galak. Mbak ini siapa, ya? Masa anaknya Bu Hesti? Anaknya Bu Hesti kan cowok," Damar menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Coba kamu sebutin nama personel ekskul musik waktu itu!" tantang Rani.
"Dita yang megang bass, Dani yang pegang drum, Toni yang pegang keyboard ... Siapa, ya? Aku kok bisa lupa, sih?" Damar jadi kesal dengan daya ingatnya sendiri.
"Cuma itu yang kamu ingat? Kalau sama vokalisnya, kamu nggak ingat sama sekali?" tanya Rani.
"Aku ingat kok sama vokalisnya. Andini, kan? Tapi aku masih sesekali ketemu Andini. Dia kan sekarang jadi wedding singer?" jawab Damar.
"Hm ... Kamu masih ingat nggak sama adik kelas kamu dua tingkat yang jadi vokalis cadangannya Mbak Andini? Yang pernah minta dibuatin lagu sama kamu?" Rani mulai memberikan clue yang lebih signifikan.
Damar menatap wajah perempuan di depannya dengan saksama. Ia memandang wajah Rani sambil berpikir keras. Pada suatu titik dia pun berkata,
"Masa kamu ini Re-ni?" tanya Damar dengan ragu-ragu karena wajah orang di depannya saat ini sangat berbeda dengan Reni yang ia kenal dulu.
"Iya, Mar. Aku ini Reni Item," jawab Rani sambil merapatkan kedua tangannya ke samping badannya sebagai tanda bahwa ia merasa insecure dengan julukan yang melekat padanya waktu ia masih SMP.
"Iya tah kamu Reni?" Damar masih belum percaya dengan penglihatannya.
"Iya, Mar. Aku ini emang Reni Anisa yang dulu sering kamu panggil Reni Item waktu masih sekolah. Sekarang apa kamu masih mau panggil aku Reni Item lagi?" tantang Rani.
"Ya enggak lah. Maafin aku ya dulu pernah membully kamu? Kamu beda banget ya sekarang? Aku masih belum percaya kalau kamu ini Reni adik kelasku waktu SMP," sahut Damar pendek.
"Nggak apa-apa, Mar. Namanya dulu kita sama-sama masih kecil. Masuk yuk, Mar! Ketemu ibuku di dalam."
"Makasih, Ren!"
Damar pun masuk ke dalam rumah Rani dengan perasaan bahagia. Ia tidak menyangka bahwa penumpang yang ia tolong tadi di tempat sepi adalah Reni Anisa teman SMP-nya dulu.
"Ada siapa, Ren?" tanya Ibunya Rani dengan suara gemetar.
"Ibu pasti terkejut kalau aku kasih tahu siapa tamu kita."
"Emangnya siapa yang datang, Ren?"
Ibunya Reni memutar roda kursi untuk keluar dari kamarnya, tapi dihalangi oleh Rani.
"Tebak dulu, Bu. Tamu di depan itu teman SMP-ku dulu, Bu."
"Rahma?" tebak ibunya.
"Bukan, Bu. Dia itu teman cowok dan pernah satu Eksul musik sama aku."
"Damar?" tebak ibunya dengan suara agak keras hingga terdengar sampai di ruang tamu.
"Ssstttt!!!" Rani menutup mulut ibunya dengan tangan kanannya.
"Jangan kenceng-kenceng, Bu! Nanti orangnya denger," protes Rani.
"Ibu pengen buru-buru ketemu sama Damar. Ibu penasaran seperti apa sih orangnya, kok sampai membuat anak ibu-"
"Stop, Bu, plis!" Lagi-Lagi Rani menutup mulut ibunya dengan tangannya.
"Baiklah. Tapi, tolong dorong ibu ke depan, ya? Tangan ibu nggak kuat kalau harus memutar roda lama-lama."
"Oke. Tapi, Ibu harus janji untuk nggak ngomong aneh-aneh kalau suda ketemu Damar. Apalagi kalau sampai bahas waktu aku masih SMP. Aku bakalan nginap satu bulan di kosan pokoknya."
"Iya ... Iya."
"Bu, Bi Darum mana?"
"Ibu suruh pulang tadi soalnya cucunya sedang sakit."
"Tapi Ibu nggak ap-apa, kan? Obatnya diminum terus, kan?"
"Ibu nggak apa-apa kok! Obatnya sudah ibu minum secara rutin. Kamu bisa lihat sendiri bagaimana kondisi ibu."
"Syukurlah. Reni senang sekali kalau kondisi ibu membaik."
"Udah deh, buruan dorong kursi ibu ke depan! Ibu sudah nggak sabar mau ketemu dengan Damar."
"Oke"
Rani pun mendorong kursi roda ibunya menuju ruang tamu. Ibunya Rani takjub melihat sosok Damar yang menurutnya sangat tampan dan postur tubuhnya atletis. Pikirnya, pantas saja dulu Rani sangat mengidolakan Damar.
"Assalamualaikum ..." Damar mengucap salam sambil berdiri dan berjalan ke arah perempuan tua di depannya. Ia pun menjabat dan mencium tangan perempuan tua itu.
"Waalaikmsalam ... Nak Damar, ya?"
"Iya benar, Bu. Saya teman SMP-nya Reni," sahut Damar dengan sopan sambil memilik ke arah Rani karena ia heran kenapa bisa perempuan itutahu namanya padahal tidak pernah bertemu sebelumnya.
"Aku barusan yang cerita ke ibu," jawab Rani pada Damar.
"Oooo pantesan ibu langsung tahu nama saya."
"Silakan duduk, Nak Damar ! Biar dibuatkan minuman sama Reni."
"Eh, nggak usah repot-repot, Bu!"
"Nggak repot, kok! Ayo, Ren, buatkan minuman untuk Nak Damar!'
"Iya, Bu."
Setelah ditinggal Reni ke dapur, Damar pun diajak ngobrol ngalor ngidul oleh ibunya Reni.
"Nak Damar kerja apa sekarang?"
"Ngojek online, Bu. Kebetulan barusan tanpa sengaja mengangkut Reni."
"Sekarang rame ojek online, ya? Ditekuni Nak Damar. Insyaallah berkah."
"Iya, Bu. Dengan ijazah SMK sudah untung bisa diterima jadi driver ojek online."
"Iya, Nak Damar. Bisa pulang tiap hari juga. Daripada Reni tuh jadi penyanyi dangdut. Keluarnya malam-malam dan jauh ke pelosok-pelosok kota dan desa. Ibu sering mencemaskan keselamatan Reni karena kerjanya kan sampai tengah malam. Takut terjadi apa-apa di jalan. Kalau sudah punya pasangan gitu ya ibu lebih tenang ada yang jagain dia."
"Loh, Reni belum punya pasangan tah, Bu?"
"Belum, Nak Damar. Padahal sudah banyak yang mau ngelamar dia, tapi anaknya susah diatur. Sampai ibu malu sendiri menolak lamaran tetangga atau saudara."
"Mungkin belum ketemu yag cocok, Bu."
"Iya. Sebenarnya ibu sudah ingin sekali menimang cucu. Teman sepantaran ibu sudah punya cucu semuanya. Malah ada yang sudah punya cicit. Oh ya ... Kalau Nak Damar sendiri apa sudah punya istri?"
Damar terkejut mendapat pertanyaan seperti itu. Ia bingung harus menjawab apa kepada ibunya Reni. Mau menjawab sudah menikah, tapi nyatanya ia sudah diusir oleh Siska, istrinya. Mau menjawab tidak punya istri nyatanya ia belum resmi bercerai dengan Siska.
Ibunya Reni menatap penuh selidik wajah Damar. Ia menunggu jawaban dari pertanyaannya.
BERSAMBUNG
Kira-Kira Damar menjawab bagaimana, ya?
Like dan komentar kamu sangat berarti buat aku. Dan jangan lupa untuk membaca karyaku yang lain :
1. LARAS
2. KAMPUNG HANTU
3. SEKOLAH HANTU
4. MARANTI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
V3
lebih baik Damar Menjawab jujur saja pd ibu nya Rani
2023-01-22
0
Pelangi Biru
coba jujur aja lah mar
2023-01-02
1
Ayuk Vila Desi
bilang aja terus terang mar...
2022-12-13
0