E L A N A
Sepenggal kisah Arga dan Anita
Kehidupan setelah Anita melahirkan satu anak perempuan lagi, kini total anak Anita dan Arga jadi tujuh orang. Dan yang terkecil bernama Karin Oktavina, kini dia sudah berumur sepuluh tahun.
Kakaknya Cheril sudah berumur sebelas tahun setengah, hanya terpaut hanya terpaut satu tahun. Betapa repotnya Anita saat melahirkan Karin, karena harus mengurus Cheril yang masih kecil.
Arga juga tidak tinggal diam, dia membantu istrinya sebelum berangkat ke kantor saat itu.
"Syukurlah anak-anak kita sudah beranjak besar ya sayang, rasanya baru kemarin kita kerepotan mengurus anak-anak yang masih kecil." kata Arga di tengah waktu senggangnya bersama istrinya.
"Ya, aku juga merasa lega. Ternyata kita bisa menghadapi kerepotan itu bersama-sama." kata Anita lagi.
Keduanya kini sedang menikmati waktu sore di halaman rumah. Duduk di ayunan menggantung berdua dan saling memeluk erat.
"Sayang, bagaimana dengan Chiko dan Celine di sana? Apakah mereka sudah menghubungimu?" tanya Arga.
"Sudah tadi pagi, aku lupa memberitahu sama kamu." jawab Anita.
"Ya sudah, nanti malam aku telepon mereka lagi." kata Arga.
Dia kembali memeluk istrinya lagi, mencium pipi lalu bibirnya. Dia tidak pernah bosan dengan istrinya, malah semakin cinta dan bahagia hidup bersama dengan istrinya itu.
Arga sendiri kini sudah jarang ke kantor hukum, dia akan datang jika ada yang memintanya untuk jadi pengacaranya. Dan saat ini firma hukum itu dia yang menjadi kepala firma hukum.
Karirnya semakin melesat seiring usianya bertambah tua. Dan kini dia menikmati masa tuanya dengan istrinya.
Anak-anaknya sudah besar dan sudah kuliah. Chila kuliah di fakultas kedokteran, sedangkan Chiko dan Celine kuliah di luar negeri dengan jurusan berbeda namun di kampus yang sama.
Chiko mengambil hukum sedangkan Celine lebih memilih jurusan desainer. Angga dan Kevin masih sekolah menengah atas, dan adiknya Cheril dan Karin masih duduk di sekolah dasar.
Arga tidak terlalu khawatir akan biaya hidup dan pendidikan anak-anaknya. Sejak dulu sudah mereka persiapkan tabungan pendidikan dari masing-masing anak, jadi jika mereka melanjutkan pendidikan tinggi Arga dan Anita tidak khawatir.
"Mama, papa!" teriak Karin berlari mendekat oada kedua anaknya.
Anita melepas pelukan suaminya dan melihat anaknya yang berlari mendekat padanya.
"Jangan lari-lari sayang, nanti jatuh." ucap Arga.
"Karin udah gede pa, masa jatuh terus." kilah anak bungsunya itu.
"Tetap aja, yang namanya jatuh itu tidak kenal besar atau kecil sayang. Papa juga pernah jatuh kok di tangga karena buru-buru lari naik tangga." ucap Anita.
"Kok contohnya papa sih, sayang." Arga protes pada istrinya.
"Ya kan contoh nyatanya, pa. Dan memang kenyataannya kan papa pernah jatuh dari tangga." ucap Anita.
Karin duduk di antara kedua orang tuanya yang sedang berdebat kecil.
"Kenapa mama dan papa bertemgkar sih?" tanya Karin.
"Ngga bertengkar sayang, mama sedang jelasin sama papa aja. Tapi papa ngga terima." ucap Anita.
Arga mengalah, dia lalu menarik Karin untuk duduk di pangkuannya.
"Mama sama papa seperti ini sudah biasa sayang. Itu tandanya kita saling sayang dan menyayangi."
"Berarti, kalau Karin sama kak Cheril bertengkar juga saling menyayangi pa?"
Pertanyaan Karin membuat Arga diam, Anita hanya tersenyum tipis. Rasakan ya, pertanyaan anaknya yang semakin pintar.
Anita bangun dari duduknya lalu pergi meninggalkan Arga dan Karin.
"Eh, mau kemana ma?" tanya Arga.
Ke kamar, merapikan baju yang tadi belum di rapikan." jawab Anita.
"Aku tahu kamu menghindar dari kita, sayang." ucap Arga lagi.
"Ya, benar. Kamu jawab pertanyaan anakmu itu, aku mau ke kamar." kata Anita melengos pergi.
Tanpa menoleh lagi, Anita langsung melangkah pergi meminggalkan keduanya. Tentu saja Arga jadi kesal, namun dia berharap pertanyaan anaknya nanti jangan berlanjut. Karena anak bungsunya itu selalu bertanya setelah di jelaskan akan ada pertanyaan lagi.
Itu membuatnya bingung dan pusing, dia bisa selamat dari pertanyaan anaknya jika ada Anita.
"Pa, kok diam aja sih?" protes Karin.
"Eh, adek tanya apa tadi?"
"Yaah, papa kok jadi pelupa sih. Tadi adek tanya, berarti kalau adek bertengkar sama kakak Cheril itu tandanya sayang kan pa?" pertanyaan Karin di ulang.
Arga diam, dia mencari jawaban yang sekiranya jangan sampai Karin bertanya lagi. Malaikat penolongnya sedang menghindar.
"Ya ngga begitu sayang, kalau bertengkar itu tidak baik. Bukan saling menyayangi, kalau saling menyayangi itu saling tolong menolong, membantu saudaranya dan tidak bertengkar. Kalau bertengkar itu perbuatan yang tidak bagus." ucap Arga, dia merasa bangga bisa menjelaskan semuanya.
"Kalau bertengkar tidak bagus, kenapa papa sama mama tadi bertengkar?" tanya Karin.
Glek.
Arga diam seribu bahasa, dia menelan ludahnya. Kenapa juga ada pertanyaan lagi sih? pikir Arga.
"Kan tadi sudah mama bilang, kita hanya menjelaskan sama adek. Kalau mama sama papa sedang menjelaskan tadi." kata Arga lagi.
"Tapi aku pernah lihat, papa dan mama bertengkar kok." kilah Karin lagi.
"Kapan?" tanya Arga.
"Tadi malam, terus papa malah mencium mama di kamar." jawab Karin dengan muka polosnya.
"Eh?"
"Papa juga tidurin mama di kasur." ucap Karin lagi masih dengan wajah polosnya.
Arga semakin bingung, dia harus menanggapi bagaimana dengan anaknya itu. Akhirnya dia membawa Karin masuk ke dalam rumahnya.
"Ayo masuk ke dalam rumah, kita main di dalam rumah." ajak Arga pada Karin agar tidak lagi bertanya yang dia sendiri susah untuk menjawabnya.
"Ih, Karin udah besar pa. Kenapa harus main terus?" jawab Karin kesal.
"Kalau ngga mau main, ya belajar dong sayang." Arga mengalihkan ajakannya.
"Ngga mau!" teriak Karin.
"Lho, kok ngga mau?" tanya Arga heran.
"Tadi udah belajar, masa belajar lagi sih."
"Terus maunya apa?" Arga mengalah, dia lelah harus berdebat terus dengan anak bungsunya itu.
"Kita jalan-jalan naik mobil yuk pa, kak Cheril juga di ajak biar rame." ajak Karin antusias.
"Emm, mama ngga di ajak? Abang Angga sama bang Kevin?" memberi pendapat.
"Kan bang Angga belum pulang pa, bang Kevin juga." jawaban Karin selalu bisa mematahkan pertanyaan Arga.
"Nanti kalau abang kalian datang, terus di rumah ngga ada orang. Kan kasihan."
"Kan ada bi Ina di rumah."
Aduuuh, Arga pusing dengan celotehan anaknya itu. Selalu saja kalah dalam berdebat dengan anak bungsunya. Akhirnya dia mengalah, dia mengajak masuk Karin ke dalam rumah.
"Ya udah, kita tanya mama dulu ya." kata Arga akhirnya menyerah dan meminta bantuan istrinya.
"Oke pa."
Senyum Karin mengembang, dia masuk ke dalam rumah mendahului Arga. Tarikan nafas panjang keluar dari hidung Arga, kemudian dia masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya.
_
_
_
❤❤❤❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-05-03
0
Farra
Seru ya yang punya anak ramai..
2022-04-19
0
Triple.1
aku mampir kak...baru baca bab pertama...keknya ini lanjutan ya kak...kepo sama cerita pertamanya deh
2022-04-11
0