Sesuai tekadnya, Elana akan pindah ke rumah peninggalan eyangnya. Memang besar tapi dia akan membaginya lagi untuk di kontrakkan agar dia bisa menyambung hidup dari uang kontrakan rumah sebagian itu.
Uang tabungan dia pakai untuk menyekat tembok menjadi dua rumah. Memang kebetulan rumah agak memanjang dan berbetuk leter L, jadi Elana bisa memotong dan menyekatnya. Di rumah itu juga ada dua kamar mandi luar, dan setiap kamar pasti ada kamar mandinya. Jadi tidak usah mengantri berebut kamar mandi jika pagi hari.
Setelah di rapikan, Elana membuat iklan rumah di sewakan atau di kontrakkan. Dan minggu depan dia akan pindah ke rumahnya yang sekarang.
Sandra tahu kalau Elana akan pindah minggu depan ke rumah peninggalan itu. Jadi dia tidak terlalu marah pada Elana karena minggu depan akan pindah.
Hanya Jhosua belum tahu, biarlah. Nanti juga akan menyadarinya sendiri. Dia tidak mau Jhosua akan memarahi atau menghalanginya untuk pindah rumah.
"Neng, rumah sebelahnya mau di kontrakkan ya?" tanya tetangga yang kebetulan melihat papan tulisan di kontrakkan.
"Iya bu, rumah sebelahnya di kontrakkan. Tapi bayarnya bulanan aja." jawab Elana.
"Oh, gitu ya. Emm, teman saya sedang mencari kontrakan baru. Bisa kan neng tempatnya di kontrakan?" tanya tetangga itu lagi.
"Ya, tentu saja bisa bu."
"Baiklah, besok teman ibu suruh datang kemari untuk melihat keadaan rumahnya sendiri. Boleh minta nomor ponselnya neng?"
"Iya boleh."
Elana pun mengetikkan nomor ponsel ke ponsel tetangga rumah eyangnya. Dia senang, begitu cepat dia akan mendapatkan uang. Bulan depan, setidaknya itu akan menguragi beban hidupnya selama dia tinggal sendiri di rumah itu sebelum dirinya mendapatkan pekerjaan.
Biarlah dia hanya membawa baju-baju dan buku pelajarannya saja, toh di rumah itu ada springbed bekas pemilik yang dulu mengontraknya. Masib bagus sih, tinggal di bersihkan.
"Nanti orangnya mengubungi neng ya." kata tetangga itu yang bernama Siti.
"Iya bu, terima kasih sebelumnya."
"Iya neng, sama-sama."
Elana lalu mengunci rumahnya kemudian dia akan pulang ke rumah Sandra. Rasanya lelah sekali, niatnya dia akan mencicil barang yang akan di bawanya dari rumah Sandra meski tidak banyak, tapi mungkin besok saja. Pikir Elana.
_
Elana bingung mengatakan pada Jhosua kalau besok dia akan pindah ke rumahnya yang baru. Yang masih menyayangi Elana adalah Jhosua, karena Jhosua kerja dan pulang malam hari. Jadi dia jarang bertemu dengan Jhosua. Dan malam ini Jhosua pulang lebih awal dari biasanya.
Elana masih diam belum bicara pada Jhosua tentang rencana besok. Sandra sendiri acuh saja tanpa membantu Elana mengatakan pada Jhosua.
Sampai makan malam selesai, Elana tidak memberitahu Jhosua.
"Aku ngga berani bilang sama om Jho, tapi biarlah. Nanti juga om Jho tahu sendiri." gumam Elana.
Dia merapikan tasnya yang berisi buku-buku pelajaran serta baju seragam sekolahnya. Setelah membereskan selesai, Elana membaringkan tubuhnya. Rasanya lelah sekali, lelah hatinya juga tubuhnya karena dari pagi dia beres-beres lagi di rumah barunya.
Besok hari Senin, Elana izin sebelumnya pada ketua kelas kalau Senin besok dia tidak berangkat. Meski tidak di gubris ucapannya, tapi setidakmya ketua kelas mempunyai jawaban kalau dia izin tidak berangkat sekolah jika gurunya tanya dia tidak hadir. Hari Seninnya Elana pergi ke rumah barunya.
Dia hanya pamit di pagi hari pada Sandra dan Jhosua untuk pindah ke rumah eyangnya.
"Kakak El pindah rumah? Di mana" tanya Jhosua bingung.
"Di rumah eyang dulu om, sayang kalau tidak di tempati. Sebelahnya bisa di kontrakkan sama orang lain." jawab Elana.
"Apa kakak El sudah tidak betah tinggal di rumah om?" tanya Jhosua.
"Bukan om, kan sayang aja rumah kosong di tinggal. Nanti kalau El libur bisa kok datang ke rumah om Jho sama tante San." kata Elana agar Jhosua tidak bertanya tentang keadaannya sekarang.
"Ya, terserah kakak El aja. Om Jho juga ngga bisa melarang kakak El, tapi ingat dengan janjinya ya sering datang ke rumah om dan tante San." kata Jhosua lagi.
"Iya om. Kalau begitu, El pamit dulu om Jho, tante San. Maaf kalau El sudah merepotkan tante sama om Jho." kata Elana meraih tangan Jhosua dan Sandra untuk di cium sebagai tanda hormat.
Jhosua hanya menatap kepergian Elana. Dia yakin Elana merasa tidak enak harus tinggal dengannya dan Sandra. Lagi pula dia tahu istrinya itu suka kesal sama Elana, dia kasihan. Sejak kecil di jauhkan dari teman-temannya sampai sekarang, dan kini istrinya malah sering marah pada Elana. Dia tahu pembantunya juga ikut mengucilkannya. Jhosua sendiri tidak bisa mencegah atau memberi peringatan pada istrinya, bukannya tidak pernah bahkan kadang sering. Tapi timbulnya akan bertemgkar, dan itu tidak baik bagi hubungannya dengan Sandra.
Memang sebaiknya Elana pindah jika keadaan rumah sudah tidak kondusif seperti dulu. Nanti dia akan sering menjenguk Elana jika ada waktu senggang, pikir Jhosua.
Lalu mobil taksi yang membawa Elana pergi sudah melaju menuju rumah yang ada jauh dari rumah Sandra dan Jhosua. Tapi lebih dekat dengan tempat sekolahnya.
Jhosua menatap Sandra yang hanya diam saja sejak tadi, dia tidak tahu apa yang di pikirkan istrinya itu.
"Mama kenapa diam saja?" tanya Jhosua pada istrinya.
Sandra menunduk, namun belum menjawab pertanyaan suaminya. Dia menghela nafas panjang dan melangkah pergi meninggalkan Jhosua yang masih keheranan padanya.
Jhosua hanya menggelengkan kepalanya saja, mau marah atau menasehati juga sudah malas.
_
Sampai di rumah barunya, Elana kembali duduk termenung di kursi tamu model lama. Dia bingung harus melakukan apa saat ini. Elana merogoh saku bajunya, mengambil uang tersisa di saku. Masih ada lima puluh ribu, siang ini dia akan mengambil uang di atm untuk keperluan hidupnya di rumah baru.
Pindah rumah pasti membutuhkan banyak uang, meski hidup sendiri dia butuh barang dan bahan makanan untuk stok di rumah.
Kemudian Elana akan pergi ke warung untuk membeli beras secukupnya hari ini dan juga lauk seadanya. Kadang hidup sendiri lebih baik dari pada hidup dengan orang yang tidak menyukai kita. Hal apa pun akan selalu salah di mata orang yang tidak menyukai kita.
Sampai di warung, Elana memberi barang yang dia butuhkan. Membeli sesuai kebutuhan saja, dan besok dia membeli barang dapur yang penting saja. Kompor dan gas, panci, kuali wajan serta piring seadanya juga gelas.
"Beli apa neng?" tanya tukang warung.
"Beli beras bu sama mi instan lima buah." jawab Elana.
"Sebentar ya neng orang baru di kompleks ini ya?" tanya tukang warung itu.
"Iya bu, baru hari ini." jawab Elana.
"Sendiri aja atau sama siapa?" tanya tukang warung lagi.
"Sendiri bu." jawab Elana singkat saja.
Dia sudah tidak nyaman jika di tanya terus, pasti ujung-ujungnya tanya orang tuanya. Semoga ibu warung ini tidak tanya-tanya lagi, gumam Elana dalam hati.
Dan doa Elana terkabul, ada dua orang pembeli lagi sehingga tukang warung melayani pembeli lainnya.
"Nih neng, jumlahnya dua puluh lima ya."
"Ini bu uangnya."
Setelah memberikan uang pada tukang warung, Elana menunggu kembalian. Dia melihat dua orang itu seperti seorang mahasiswa yang sedang berbelanja. Dan sepertinya mereka sedang melakukan KKN di kampung itu.
Elana memerima kembalian uangnya, lalu dia pergi dari warung tersebut dan pulang ke rumahnya.
_
_
_
❤❤❤❤❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Athallah Linggar
sandra ternyata ga tylus sayang sm elana,ga kan bisa pny hati seperti anita walaupun disakiti tp masih ony empati sm orang yg menyakiti Dan joshua,kamu tuh kpl rmhtangga,kno ga tegas,kr elana kamu bisa dikasih anak,letoy bngt jd cwo najisss😡😡😡
2022-10-31
0
DewiDewi
setuju bgt sama El
2022-04-18
0
Azzura
iya bener banget gak salah lagi ini thor
2022-04-08
0