Elana melajukan motornya menuju alamat yang di tuju, tapi dia bingung alamatnya itu seperti oernah kenal. Di ambilnya lagi alamat yang tertera di plastik pembungkusnya.
Benar, itu alamat yang sudah familiar bagi Elana. Loundryan itu milik Sandra, dan itu baju-baju milik anaknya. Elana ragu setelah sudah dekat dengan rumah Sandra.
"Apa tante San ada di rumah ya?" tanya Elana pada diri sendiri.
Dia melihat-lihat sekitar rumah berpagar tinggi itu. Dia pun dengan ragu menghampiri pos satpam yang sedang berjaga.
"Selamat siang pak Ali?" sapa Elana pada satpam itu.
Pak Ali, satpam Sandra menoleh pada Elana yang sedang tersenyum padanya.
"Eh, neng El. Mau ketemu bu Sandra ya? Masuk yuk neng?" ajak pak Ali.
"Enngga pak Ali, saya mau mengirim loundryan tante Sandra yang di loundry di tempat bos Marta." kata Elana.
"Tapi ibu Sandra ada lho di rumah, kebetulan belum pergi." kata pak Ali.
"Ngga pak, bisa nitip aja baju loundrynya sama pak Ali. Saya ngga enak sama tante." kata Elana.
"Lho, kenapa ngga enak? Udah yuk, masuk aja. Ibu Sandra juga pasti senang kok neng El datang." kata pak Ali menarik tangan Elana.
Mau tidak mau Elana pun ikut masuk ke dalam rumah Sandra itu. Dia merasa sudah tidak dekat lagi dengan Sandra, dia sendiri yang menjauh karena memang tidak mau merepotkan Sandra. Meski kadang Sandra dan Jhosua datang berkunjung ke rumahnya walau sebentar.
Pak Ali membawa Elana masuk ke dalam rumah Sandra. Terdengar suara riuh anak-anak Sandra berlarian kesana kemari. Elana tersenyum, dia melihat Malvin, Mario dan Lauren sedang bermain dengan ceria.
Tak lama, Sandra turun dari tangga dan pak Ali keluar menuju pos satpamnya. Elana menunduk, dia merasa malu dengan Sandra. Sandra sendiri belum menyadari kalau yang berdiri dekat dengan partisi itu adalah Elana.
"Mbak dari loundry ya? Sudah beres baju loundryiannya?" tanya Sandra pada Elana.
"Iya, saya bawakan baju loundrynya. Katanya mau di pakai buru-buru, tan..." ucap Elana terpotong.
Dia menunduk dan diam, biarlah tante Sandra ngga tahu saya. Pikir Elana. Elana pun masih diam, pandangan matanya berkeliling. Berhenti pada sebuah kamar kecil yang dulu pernah dia tempati sewaktu tinggal di rumah Sandra itu.
"Sebentar ya uangnya, saya merapikan baju anak dulu." kata Sandra lagi masih belum sadar juga kalau dia adalah Elana.
"Iya." jawab Elana singkat.
Sandra merapikan baju Mario yang belum rapi karena berlarian kesana kemari. Malvin melirik ke arah Elana, dia seperti menyadari keberadaan Elana. Malvin pun mendekat pada Elana yang masih menunduk.
"Kakak El?" ucap Malvin.
Elana mendongak, dia tersenyum pada Malvin dan mengusap kepala anak itu. Anak itu lebih paham dengan dirinya.
"Maa, ada kakak El." teriak Malvin.
Sandra menoleh ke arah Malvin, dia terkejut melihat Elana sedang tersenyum pada Malvin. Lalu dia berjalan cepat mendekat pada Elana.
"Kak El? Jadi yang mengantar baju loundry kakak El?" tanya Sandra tidak percaya.
"Iya tante." jawab Elana tersenyum kecil.
"Ya ampun kak El, kenapa kerja di loundry? Kakak El butuh uang?" tanya Sandra.
Dia tidak menyadari kalau Elana itu butuh teman bicara, bukan sekedar uang yang ada di pikiran Elana.
"Ngga tan, El hanya butuh teman aja. Di loundry El punya teman buat ngobrol kok tante." ucap Elana.
"Tapi kalau di loundry itu nanti tangannya kasar kak, mending di butik tante aja yuk kalau mau kerja. Di sana kakak bisa belajar membuat baju kok, tangan kakak juga ngga kasar. Kalau kerja di loundry kan kakak capek." kata Sandra.
Dia berusaha mendekat lagi pada Elana, dan Elana tahu itu. Tapi sesuatu yang pernah menyakitkan tidak akan pernah Elana ulangi lagi.
"Ngga tante, di sana kan menggunakan mesin cuci. Jadi tangan El ngga kasar kok tante." jawab Elana.
"Tetap aja kerja di loundry itu kurang enak. Kalau kakak mau, besok kakak datang ke butik tante ya." bujuk Sandra lagi.
"Ngga tante, terima kasih. El belum berminat membuat baju, hehe.."
"Kakak El kenapa ngga tingga di rumah lagi?" tanya Malvin.
"Kakak punya rumah sendiri, dek. Sayang kalau di kosongkan rumahnya." jawab Elana pada Malvin.
"Aku pengen main sama kakak El kok, tapi kata mama kakak sibuk." ucap Malvin.
"Iya, kakak kerja. Jadi ngga bisa main sama Malvin juga Mario."
"Coba kakak ke butik mama, pasti Malvin senang main ke butik juga."
"Hehe, lain kali ya."
"Yaaa."
Sandra mendengar percakapan anaknya dengan Elana hanya tersenyum, memang tidak mudah membujuk Elana kembali lagi ke rumahnya. Dia sadar, mungkin Elana sudah segan padanya.
"Kak, ini ongkos loundrynya ya. Dan ini untuk kakak juga." kata Sandra menyerahkan uang pada Elana.
"Terima kasih tante. Kalau begitu El kembali ke loundry lagi ya, ngga enak sama bos Marta kalau lama ngantar loundryan." ucap Elana.
"Ya sudah, hati-hati ya kak." pesan Sandra.
"Iya tante." jawab Elana.
Elana pun keluar dari rumah besar itu, ada banyak kenangan manis di rumah besar tersebut sebelum dia keluar selamanya. Senyumnya mengembang ketika ingat Jhosua sering sekali menggendongnya sewaktu dia kecil. Tapi sekarang dia sudah besar dan Jhosua sudah punya tiga anak.
Di depan gerbang Elana berpapasan dengan Mince, pembantu Sandra yang tidak suka pada Elana. Dia heran, kenapa ada Elana di rumah Sandra.
"Elana?" tanya Mince.
"Iya mbak Mince." jawab Elana memarkirkan motornya untuk pulang ke tempat loundry.
"Kamu berani datang ke rumah nyonya Sandra lagi? Kan kamu sudah di usir?"
"Saya cuma mengirim baju loundryan tante Sandra aja kok mbak Mince." jawab Elana.
"Ooh, kamu kerja di loundry ya, heh itu pantas kok buat kamu." kata Mince dengan sinis.
Elana hanya tersenyum saja, lalu dia menghidupkan mesin motor dan melajukannya. Satpam yang tahu Mince sinis pada Elana pun mendekat.
"Eh, Mince. Kenapa kamu sinis banget dengan neng Elana?" tanya pak Ali.
"Kenapa? Saya ngga suka sama anak narapidana itu." ucap Mince dengan sombongnya.
"Kamu tidak berhak membenci neng Elana, sebenarnya neng Elana itu harus di hormati. Jangan mentang-mentang kamu kepercayaannya ibu Sandra jadi malah sombong sama neng Elana." ucap pak Ali lagi.
"Tapi ibu Sandra aja ngga suka sama gadis itu, kok. Kok kamu yang repot sih pak Ali?"
"Ya karena sikap kamu itu salah." pak Ali mengingatkan.
"Halah, sudahlah. Meladeni pak Ali ngga akan habis, saya mau masuk dulu." ucap Mince.
Pak Ali hanya menggelengkan kepala saja dengan tingkah Mince. Benar-benar pembantu tidak tahu diri, gumam pak Ali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
DewiDewi
betul pak, emang dasar si mince ga tau diri😣😣😖😖😖😖
2022-04-18
0
DewiDewi
songong bgt nih pembantu😡😡😡😡😡🤬🤬🤬🤬🤬
2022-04-18
0
Nur Aeni
mulai deh s mince, blagu
2022-04-17
0