Sore itu setelah Sandra dan Jhosua menyambut Mourin di rumahnya atas kebebasan Mourin, Elana sangat senang bisa berkumpul lagi dengan ibunya.
Meski hatinya sangat ingin bermanja-manja dengan Mourin, tapi dia tahu Mourin ingin istirahat di kasur empuk yang selama ini tidak dia rasakan.
Elana pun menyiapkan makanan untuk ibunya yang sedang istirahat di kamarnya. Elana memasak agak istimewa yaitu ayam goreng juga soto babat. Dia ingin memberikan makanan enak, setidaknya kali ini saja. Karena di penjara jarang sekali makan makanan enak.
Setelah selesai masak, Elana menyiapkan di meja makan. Dia lalu pergi ke kamar Mourin untuk membangunkannya, bersiap makan siang yang terlambat.
Tok tok tok
"Ma, makan sudah siap." ucap Elana memanggil Mourin.
Dia mendengar ada suara batuk mamanya yang terus menerus. Dia panik, hingga Elana menggedor pintu kamar Mourin. Menarik handle pintu kamarnya.
"Ma, apa mama baik-baik saja?" tanya Elana masih panik.
"Ngga apa-apa sayang, mama hanya batuk aja. Sebentar mama buka pintunya." kata Mourin.
Elana menghela nafas panjang, dia takut terjadi apa-apa. Saat ini yang dia punya hanya Mourin, dia tidak mau terjadi apa-apa pada ibunya itu.
Tak lama, pintu kamar Mourin terbuka. Terlihat Mourin tersenyum di paksakan, dia menahan batuknya agar Elana tidak mengkhawatirkannya.
"Mama sakit batuk?" tanya Elana.
"Mama tadi kesedak aja, ngga tahu air liur mama kok jadi masuk ke hidung." jawab Mourin berbohong.
"Mama jangan bohong." kata Elana.
"Ngga kok, beneran mama hanya ke sedak aja. Ya udah yuk kita makan, kamu masak apa?" tanya Mourin.
"El coba bikin soto babat, siapa tahu mama suka." kata Elana.
Mourin tersenyum, dia lalu meraih pinggang Elana. Baru ini anaknya membuatkan makanan untuknya, selama ini dia tidak pernah membuatkan makanan untuk Elana. Ya sejak kecil tidak pernah membuatkan Elana makanan. Ada rasa sesak di hati Mourin, tapi dia tahan agar Elana tidak sedih.
Dia sangat beruntung mempunyai anak sebaik dan sesabar Elana, sejak kecil banyak sekali cobaannya untuk anaknya itu.
"Coba mama cicipi, kalau suka nanti El sering buat soto untuk mama." kata Elana menyiapkan piring dan sendok untuk Mourin.
Mourin memperhatikan apa yang di lakukan Elana, rasa sedih dan terharu tidak bisa dia sembunyikan. Membuat air matanya mengalir dan sedikit terisak.
"Mama kenapa?" tanya Elana meletakkan piring berisi nasi di depan Mourin.
"Mama merasa bersalah sama kamu El, mama tidak pernah menyiapkan makanan untuk El. Tapi sekarang anak mama menyiapkannya untuk mama. Maafkan mama ya sayang, hik hik hik." kata Mourin sambil terisak.
"Udah ma, El ngga apa-apa kok. Sekarang El lebih tegar karena mama sudah bebas dan bisa hidup sama El lagi." kata Elana.
"Iya, mama janji akan selalu sama kamu sayang." ujar Mourin.
Mereka kemudian makan bersama, sesekali Mourin menatap anak gadisnya itu. Dia ingin bertanya, apakah Evan papanya pernah datang menjenguknya?
"Ada apa ma, lihat El terus?" tanya Elana menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Emm, mama mau tanya. Papa kamu pernah datang menjengukmu?" tanya Mourin ragu.
"Pernah ma, dua kali. Setelah itu ngga pernah datang lagi." jawab Elana santai.
Tak ada kesedihan dalam wajah Elana, apakah karena sudah biasa menerima semu kepahitan dalam hidupnya. Sehingga Elana seperti biasa saja menanggapi hal itu. Bagi Mourin, Evan sudah melupakan dirinya juga tidak masalah. Tapi, apakah dia tega melupakan Elana putrinya itu?
"Ooh, kamu ngga cerita sama mama ketika jenguk mama." kata Mourin.
Dia juga menyuapkan nasi di sendoknya ke dalam mulutnya, berusaha mengunyah dan menelannya pelan. Karena rasanya sangat sedih jika mantan suaminya itu melupakan anaknya yang sekarang sudah gadis itu.
"Aku akan menyusul papa suatu saat nanti ma." ucap Elana membuat Mourin diam sejenak dan menatap Elana.
"Mau apa?" tanya Mourin heran.
"Nanti, jika aku dapat beasiswa. Aku akan berusaha untuk giat belajar, agar di sekolah dapat beasiswa bagi siswa yang selalu menjadi jaura kelas." kata Elana.
Mourin masih diam, dia tidak setuju jika Elana menyusul papanya di Rusia. Mau apa?
Tapi Mourin tidak memperpanjang pertanyaannya dan alasan apa Elana ingin menyusul papanya itu.
"Apa sebaiknya kamu kuliah di sini aja, El?" tanya Mourin.
Ternyata dia penasaran juga dengan alasan Elana ingin kuliah di Rusia.
"Aku ingin tahu papa bagaimana di sana, lagi pula papa ngasih alamat rumahnya di sana. Aku akan berkunjung." kata Elana.
Apa yang di inginkan Elana?
"Kamu merindukan papamu?" tanya Mourin merasa sedih dengan Elana.
"Aku anaknya ma, wajar jika aku kangen papa. Dan mama ngga usah khawatir, aku bisa hidup dengan baik di sana kok nantinya." kata Elana.
Dia tahu Mourin keberatan dengan keinginannya. Tapi dia juga ingin tahu bagaimana kehidupan papanya di sana. Hanya dua kali dalam setahun Evan mengirimkan uang pada Elana. Dan bulan depan akan di kirim uang untuknya. Elana akan mengumpulkan uang tersebut untuk hidupnya nanti di Rusia.
Saat ini dia kelas sebelas SMA, jadi satu tahun lagi dia menyelesaikan sekolahnya.
Mourin menghela nafas panjang, terasa tenggorokannya gatal dan terbatuk.
Uhuk uhuk uhuk.
Mourin batuk sangan kencang dan wajahnya langsung merah padam.
"Ma, mama sakit?" tanya Elana.
"Ngga kok, ini tenggorokan mama gatal. Mungkin habis makan belum minum jadinya gatal." jawab Mourin.
Elana mengambilkan minuman untuk Mourin, dia menerima gelas berisi air putih. Dan air putih itu langsung di tenggaknya sampai habis.
"Maaf ya, mama tersedak tadi." kata Mourin.
"Mama ngga setuju El ke Rusia menemui papa?" tanya Elana menatap Mourin sedih.
"Ngga sayang, kenapa kamu berpikir mama seperti itu?" tanya Mourin masih terbatuk tapi pelan.
"El hanya ingin tahu ma, apa papa masih sayang El kalau El ada di sana." kata Elana.
Mourin tersenyum, dia memegang kepala Elana yang dekat dengannya.
"Itu terserah kamu aja sayang, mama tidak akan melarangmu. Kamu sudah besar, pantas kamu mencari papa kamu." kata Mourin.
Mourin sekarang lebih menghargai pilihan anaknya, tidak seegois dulu ketika masih bersama Rendi ataupun Evan. Atau setelahnya, dia kini berbeda. Lebih keibuan dan sangat menyayangi Elana.
Itu karena rasa penyesalannya dulu ketika menelantarkan Elana yang saat itu masih butuh kasih sayang penuh kedua orang tuanya.
Mourin terpuruk dan sering pergi ke klub malam ketika Evan menceraikannya. Entahlah, rasanya sangat malu Mourin mengingat itu. Apa lagi Elana yang terkena sakit jantung, kebocoran jantungnya membuat Elana sering sakit-sakitan. Hanya pembantunya saja yang merawat Elana pada saat itu.
Jika mengingat itu, Mourin merasa sedih dan menangis. Betapa pahitnya hidup Elana sejak kecil. Terlantar meski ada dirinya, dan mirisnya lagi dia di asuh oleh sahabatnya.
Kini sahabatnya, Sandra mempunyai tiga anak. Tentu saja dia merasa repot dan tidak membutuhkan Elana lagi sebagai teman sepinya saat itu. Meski begitu, Mourin akan berterima kasih pada sahabatnya itu yang telah mengasuh anaknya dulu.
_
_
_
❤❤❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Xyylva Xyylva
syikurlah mourin sudah menyesali perbuatannya
2022-05-02
0
NandhiniAnak Babeh
cerita yg penuh tangis 😭😭
2022-04-06
1