Pulang dari rumah Sandra, Elana berpikir jika memang seandainya mau tinggal lagi di rumah itu. Yang jadi musuh bukan Sandra, tapi pembantunya. Bisa jadi akan jadi bumerang buat dirinya nanti, akan di cari kesalahan-kesalahannya lagi.
"Aku tuh punya salah apa sama mbak Mince, setiap ketemu selalu sinia. Memang dia siapa?" gumam Elana sambil memarkirkan motor bosnya.
Sedangkan bosnya memperhatikan Elana menggerutu kecil, dia pun mendekat.
"Ada apa El? Kamu sepertinya kesal pulang-pulang mengantar baju loundry?" tanya bos Marta.
"Oh, itu bos. Pembantu yang punya baju loundry tadi orangnya cerewet. Jadi saya kesal, heheh." ucap Elana.
"Ooh, jangan di ladeni. Biarkan dia dengan kesombongannya pembantu kok sombong. Sudah, jangan di pikirkam. Cepat kerjakan lagi pekerjaanmu, kasihan Riri." kata bos Marta.
"Iya bos. Ini uang loundrynya." kata Elana menyerahkan uang pada bos Marta.
Dia pun masuk ke dalam rumah dan menuju belakang untuk meneruskan pekerjaannya.
_
Sementara itu di bandara internasional Soetta, laki-laki usia sekitar empat puluh delapan tahun dengan manarik koper menuju terminal dan keluar parkiran. Dia sangat rindu dengan negerinya sendiri, dia berencana tinggal di Indonesia hanya satu bulan. Berbagai rencana sudah dia susun sejak di negara istrinya.
Ya, dia adalah Evan, ayah dari Elana yang sudah lima tahun tidak berkunjung datang ke Indonesia dan menemui anaknya. Kali ini dia akan meminta Elana ikut dengannya, sekali pun nanti Sandra atau Mourin mempertahankan Elana.
Dia juga akan mempersiapkan pengacara untuk mengambil alih hak asuh anak. Dia tahu itu terlalu jahat pada mantan istrinya Mourin, tapi dia berpikir kalau Mourin keluar dari penjara bisa menikah lagi dengan laki-laki lain. Tidak baik juga terlalu lama Elana hidup dengan Mourin yang baru keluar dari penjara.
Evan tidak tahu, selama hidup Elana itu sangat menderita. Tidak ada teman juga selalu di kucilkan oleh teman-temannya. Bahkan oleh Sandra sendiri juga pernah secara tidak sengaja mengusirnya.
"El, papa datang untukmu. Papa akan memaksamu ikut sama papa, lagi pula usiamu sudah tujuh belas tahun. Kamu berhak memilih ikut papa ke Rusia." gumam Evan dengan harapan penuh akan mudah mendapatkan Elana.
"Taksi."
Evan menyetop taksi di depan yang lewat, dia lalu masuk ke dalam mobil taksi dan mengatakan ke sebuah hotel untuk dia menginap. Dia mencari hotel terdekat untuk bisa lebih mudah menemui Elana di rumah Sandra.
Satu jam setengah perjalanan menuju hotal yang dia minta. Tak ada kemacetan karena memang waktu jam dua siang. Jadi jalan begitu lancar.
Ponsel Evan berdering, dia melihat nama Ana istrinya.
"Halo?"
"Ty priyekhal?" ( Kamu sudah sampai?) tanya Ana
"Di, chto ty delayesh?" ( Kamu sedang apa?) kata Evan.
"em, yesh'." jawab Ana.
"Oh, Diego uzhe spit?" ( Oh, apa Diego sudah tidur?)
"Uzhe." ( Sudah )
" Kogda prosnesh'sya pozzhe skazhi yemu, cto papa skuchayet pi nemu." ( Kalau sudah bangun nanti, katakan padanya papa merindukannya. )
"Khorosho."
" Ya prosto priyekhal v otel', chotby snachala otdokhnut." ( Aku baru sampai hotel, mau istirahat dulu ).
"Khorosho, ya veshayu trubku." ( Baik, aku tutup teleponnya.
"Hem."
Klik
Evan lalu memasukkan ponselnya lagi ke dalam saku celananya. Mobil berhenti di depan hotel yang cukup lumayan besar dan berbintang. Dia pun turun dari dalam mobil taksi dan membayar ongkos taksi, lalu dia menuju bagian chek in hotel. Memesan kamar selama satu bulan.
Evan sekarang lebih sukses setelah menikah dengan Ana Tathiana, seorang berkebangsaan Rusia. Sudah hampir sepuluh tahun menikah, kehidupan Evan dan Ana terbilang tidak ada perselisihan. Sangat mulus. Mereka juga baru di karunia anak setelah menginjak usia pernikahan delapan bulan.
Mungkin Tuhan memberinya sebuah ujian atau sebuah karma hingga di usia delapan tahun baru di karunia anak. Dan anaknya mempunyai kebutuhan khusus. Meski pun begitu, Evan sangat sayang pada anaknya Diego.
Segala terapi dan pengobatan dia dan Ana lakukan di Rusia untuk membuat anaknya normal seperti kebanyakan orang.
Hingga Evan bicara pada istrinya untuk membawa anaknya Elana di keluarganya. Dia bertekad akan membawa Elana dan hidup dengannya bersama Ana dan Diego. Ana sendiri menerima permintaan Evan untuk membawa Elana ke Rusia dan akan di kuliahkan di sana.
Dan kini Evan ada di Indonesia, menemui Sandra dan Mourin serta membujuk Elana untuk ikut dengannya.
Evan belum tahu kalau mangan istrinya itu sudah meninggal. Dan anaknya hidup sebatangkara dan sederhana di rumah peninggalan neneknya.
_
Evan ke rumah Sandra siang hari, dia pikir Elana ada di rumah Sandra.
"Pak, apa ibu Sandra ada?" tanya Evan pada pak Ali, satpam rumah Sandra dan Jhosua.
"Ada pak, bapak siapa ya?" tanya pak Ali.
"Saya temannya dari jauh. Katakan saja begitu." jawab Evan.
"Ooh, baik. Saya akan panggil bu Sandranya."
"Ya, saya tunggu."
Pak Ali pun pergi meninggalkan Evan di depan gerbang, karena pintu gerbang rumah belum di buka. Evan menunggu agak cemas, dia takut Sandra akan menolaknya bertemu Elana.
Tak lama pak Ali keluar lagi dan menemui Evan. Dia membuka pintu pagar itu untuk mempersilakan Evan masuk.
"Kata bu Sandra, bapak masuk aja katanya." kata pak Ali.
"Terima kasih."
Evan lalu masuk setelah pintu pagar terbuka, dia melangkah lebih ke dalam. Pintu rumah sudah terbuka dengan Mince berdiri di depan, ingin tahu siapa teman majikannya itu.
Ternyata dia tahu kalau itu adalah Evan, ayah dari Elana. Mince hanya menunduk malu, karena anak dari laki-laki itu sering dia hina. Tapi anehnya Mince tidak pernah kapok dan berhenti memperolok Elana.
Entahlah, memang Mince wataknya seperti itu.
"Silakan duduk pak, bu Sandra masih di kamarnya." kata Mince setelah Evan di suruh masuk.
"Iya, terima kasih." ucap Evan.
Mince masuk ke dalam, dia naik tangga untuk memberitahu tamunya sudah ada di ruang tamu.
Sepuluh menit Sandra turun dari kamarnya, lebih tepatnya kamar anaknya yang sekarang sedang tidur siang. Dia melihat dari tangga siapa yang bertamu itu, namun wajah laki-laki itu tidak jelas.
Dan kini dia melangkah menuju ruang tamu menemui Evan. Setelah dekat, dia terkejut dan terdiam.
Evan menoleh padanya lalu tersenyum ramah. Berdiri menyambut Sandra.
"Hai San, apa kabar?" tanya Evan pada Sandra yang masih diam karena terkejut dengan kedatangannya.
"Silakan duduk lagi." kata Sandra yang sudah menetralkan rasa terkejutnya.
Evan duduk, juga Sandra. Namun Sandra belum berani bicara apa pun, dia tahu Evan berkunjung padanya ingin menanyakan Elana.
"Gue ingin ketemu Elana, San. Apa dia ada?" tanya Evan langsung pada intinya.
Sandra masih diam, dia tiba-tiba terisak. Entah karena merasa bersalah atau karena mengingat Mourin lagi setelah bertemu Evan.
"San, lo baik-baik aja?"
"Lo mau bertemu Elana?"
"Iya, di mana dia?"
"Sebentar, gue mau ambil sesuatu dulu." kata Sandra.
Dia menuju meja makan, mengambil pena dan kertas lalu menuliskan sesuatu di kertas itu. Setelah selesai, dia kembali menemui Evan dan memberikan kertas yang tadi dia tulis.
"Temui Elana di alamat ini, dia ada di sana. Setelah lo sudah menemui Elana, gue tunggu lo di rumah lagi untuk cerita selanjutnya. Tapi gue mohon maaf sebelumnya sama lo." kata Sandra pelan.
"Maksudnya apa? Gue ngga ngerti Sandra."
"Temui dulu Elana di alamat itu, nanti lo tahu maksud gue." jawab Sandra.
Evan pun menerima secarik kertas dengan pesaraan bingung, lalu dia berpamitan karena dia tidak mau menunggu lama menemui Elana.
_
_
_
~~>> translate carinya di google lho ya..😅😅
😊😊😊😊😊😊❤❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Athallah Linggar
Dulu mah kya herder menggonggong sm eva,skrg kya krupuk disiram air mlempem,cihhh munafik loh sandra😡😡😡
2022-10-31
0
Zully
ngerasa salah dia telah ngusir elana
2022-04-17
0
Nur Aeni
kagak ngerti thor 😅
2022-04-17
0