Hayati

Hayati

Bab 1 Khotbah Subuh Kong Ali

Suasana pagi di pinggiran kota Jakarta sudah tidak lagi seperti dulu.

Aroma dedaunan yang menjadi pewangi alami sudah tidak lagi tercium hidungku.

Terkadang suara kokok ayam seakan enggan terdengar.

Jakarta kini telah banyak berubah.

Kemajuan pesat terjadi dimana-mana.

Terlintas bayangan saat kota kelahiranku di tempo dulu.

Udara dan Aroma tanah dipagi hari yang menyegarkan

Berdampingan dengan suara kokok ayam jago berkumandang begitu lantang.

Kini, Jakarta sudah menua.

Hayati Nur Amalia

Nama pemberian kedua orang tuaku sejak 25 tahun silam.

Aku terlahir dari kedua orang tua berasal dari Betawi. Sejak aku lahir memang sudah berada di Jakarta.

Selayaknya orang Betawi lainnya, kedua orang tuaku tetap tinggal di sini bahkan sebelum aku lahir.

Lingkungan rumahku masih terasa suasana perkampungan. Karena memang lokasinya berada dipinggiran Jakarta.

Babe yang kesehariannya adalah Pegawai Negeri Sipil ditugaskan menjadi Camat di wilayah tempat tinggal kami. Sedang Nyak memiliki sanggar kesenian Betawi seperti Lenong, Tanjidor dan Topeng.

Aku masih memiliki kakek yang biasa ku panggil Kong Ali, Kong Ali adalah Ayah dari Nyakku. Kong Ali memiliki perguruan Silat Betawi yang masih aktif hingga kini.

Selayaknya anak Betawi lainnya, aku tetap berusaha melestarikan kebudayaan Betawi meski aku adalah generasi jaman now.

Karena Babe, Nyak dan Kong Ali sering berpesan bahwa agar terus menjaga dan melestarikan kebudayaan Betawi supaya tidak punah di terpa zaman.

Terlebih rumahku setiap hari selalu ramai dengan anggota sanggar dan murid perguruan silat.

Sehingga aku tumbuh besar dengan budaya Betawi yang melekat.

Meski begitu, Babe selalu menanamkan bahwa meski aku anak perempuan pendidikan juga sangatlah penting.

Saat aku ingin melanjutkan S2 Babeh, Nyak dan Kong Ali justru mendukung. Mereka malah sangat senang karena zaman sekarang laki-laki dan perempuan punya hak yang sama dalam pendidikan dan karir.

Seperti pagi ini kami biasa memulai hari dengan Sholat Subuh berjamaah di Mushola lingkungan rumah kami.

Saat itu Kong Ali yang menjadi Imam sekaligus khotib.

Dalam ceramahnya Kong Ali banyak memberikan nilai-nilai kemasyarakatan terutama mengenai toleransi dan gotong royong.

...Isi Khotbah Subuh yang disampaikan Kong Ali:...

...Ada istilah yang sering kita dengar yaitu toleransi, “tasamuh” dalam istilah agama. Toleransi adalah batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih dapat diterima. Toleransi adalah penyimpangan dari yang tadinya harus dilakukan, penyimpangan yang dapat dibenarkan....

...Mengapa manusia harus bertoleransi? Agama menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, pasti berbeda-beda, itu bukan saja keniscayaan tetapi itu adalah kebutuhan. Namun dalam saat yang sama, Tuhan menghendaki juga agar kita bersama. Bersama dengan Tuhan, bersama dengan seluruh manusia. Karena kita semua berasal dari ayah dan ibu yang sama. Keniscayaan perbedaan dan keharusan persatuan itulah yang mengantar manusia harus bertoleransi....

... ...

...Sekali lagi kita bertanya, mengapa kita bertoleransi? Karena semua manusia mendambakan kedamaian, tanpa toleransi tidak mungkin ada kedamaian. Semua kita mendambakan kemaslahatan, tanpa toleransi tidak akan ada kemaslahatan. Semua kita menginginkan kemajuan, tanpa toleransi kemajuan tidak akan tercapai....

...Dari sini, agamapun memberikan toleransi, bukan saja dalam kehidupan kemasyarakatan tetapi juga dalam kehidupan beragama. Saya akan memberikan beberapa contoh dari ayat-ayat al-Quran, bahkan dari sejarah Nabi S.A.W. Bagaimana kita bisa melihat tingginya toleransi beliau, bagaimana tingginya toleransi yang diajarkan oleh al-Quran, guna menghadirkan kedamaian dan kesejahteraan. Bukan saja bagi umat Islam, tetapi bagi seluruh rakyat, seluruh masyarakat, bahkan seluruh manusia. ...

...Kita sama-sama tahu, Nabi menyatakan bahwa “aku diutus untuk membawa agama yang penuh dengan toleransi.” Ketika terjadi Perjanjian Hudaibiyah, saat itu, dalam konsepnya Nabi menuliskan kalimat Bismillahi ar-Rahmani ar-Rahim. Namun oleh kaum Musyrik tidak disetujui. Mereka meminta agar ditulis menjadi Bismikallahumma. Nabi berkata kepada Ali bin Abi Thalib “hapus basmalah dan tulisbismikallahumma sesuai usul mereka!” Nabi menyusun dan menyatakan: “inilah perjanjian antara Muhammad Rasulullah dan wakil dari kaum musyrik Mekkah.” Pemimpin delegasi kaum musyrik berkata “seandainya kami mengakui engkau sebagai rasul Allah, maka kami tidak akan memerangimu. Tulis “perjanjian ini antara Muhammmad putra Abdullah!” Rasul pun berkata “hapus kata Rasulullah dan ganti dengan Muhammad putra Abdillah!”  Sayidina Ali dan sahabat-sahabatnya tidak ingin bertoleransi dalam hal ini, mereka enggan menghapusnya. Tetapi Nabi yang penuh dengan toleransi itu menghapus 7 kata demi kemaslahatan, demi perdamaian....

... ...

...Kita memang tidak boleh mengorbankan aqidah demi toleransi, tetapi dalam saat yang sama kita tidak boleh mengorbankan toleransi atas nama aqidah....

...Karena itu terdapat sekian banyak ayat al-Quran yang berbicara atau menganjurkan kita bertoleransi. Bacalah surat Saba’ (34) ayat 25 dan 26. Anda akan menemukan di situ Nabi diajarkan untuk menyampaikan kepada kaum musyrik, kepada non muslim, bahwa kami atau anda yang berada dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata. Yakni, mungkin kami yang benar, mungkin juga kami yang salah. Tetapi nanti Allah akan menghimpun kita, dan Dia-lah yang akan memberi putusan siapa yang benar, siapa yang salah. Ini bukan berarti mengorbankan aqidah dengan dengan berkata bahwa kita salah. Tetapi demi kehidupan bermasyarakat yang penuh kedamaian, jangan mempersalahkan siapapun. Katakanlah boleh jadi anda benar, boleh jadi anda salah....

...Bismillahi ar-rahmani ar-rahim…...

...“Ya Allah…...

...Kami bermohon kepadaMu. Dengan “La ilaha illallah” tidak ada Tuhan selain Engkau,  yang Maha Pengampun dan Maha Mulia. Lapangkanlah dada kami, bukalah pintu-pintu hati kami, singkirkanlah kemarahan dan fanatisme yang ada di dalam hati kami. Anugerahilah kami kemampuan untuk menerapkan agamamu yang penuh dengan toleransi ini....

Suasana begitu khidmat, Jamaah betul-betul meresapi isi khotbah subuh yang disampaikan oleh Kong Ali.

Tepat pukul 05.30 Jamaah meninggalkan Masjid.

Melanjutkan kembali aktivitasnya masing-masing.

Salah satu nasihat Kong Ali yang tak pernah kami lupakan adalah mengenai Etos dan Semangat Kerja.

...*Salah satu ayat menunjuk masalah ini adalah ayat...

...Al*- Qur’an surat al-Jumu’ah ayat 10, yang artinya:...

...“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” ...

Dari ayat tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bagaimana sebagai manusia kita harus memiliki Etos Kerja dalam bidang apapun yang ditekuni. 

Etos kerja Islam menurut merupakan karakter dan kebiasaan manusia dengan kerja, terpancar dari sistem keimanan/aqidah Islam yang merupakan sikap hidup mendasar terhadapnya. 

Etos kerja Islam adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh kemampuan, pikiran, dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia.

Setiap muslim sudah seharusnya mampu menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. 

Etos kerja Islami adalah akhlak dalam bekerja sesuai dengan nilai-nilai Islam sehingga dalam melaksanakannya tidak perlu lagi dipikir-pikir karena jiwanya sudah menyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

SHINICHI KUDO

SHINICHI KUDO

keren thor

2022-06-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!