CEO Tampanku Ahli Silat
Sedikit kisah nyata yang dibumbui oleh author. Happy reading, semoga reader suka. 🙏🏼
...***...
Jum'at 15 Oktober 2021 satu bulan setelah kejadian na’as itu. Maya bingung karena sudah 2 minggu dia terlambat kedatangan tamu rutin tiap bulan. Maya sangat takut jika dirinya hamil, padahal dia baru kelas 2 SMA. Maya pun searching di internet tentang test kehamilan. Sore hari pulang sekolah, Maya menggunakan masker untuk menyembunyikan wajahnya dan memakai baju biasa agar orang tidak menyangka kalau dia anak sekolahan. Dia pun memberanikan diri masuk ke apotek membeli test pack. Maya membeli 4 test pact untuk memastikan apakah dirinya benar-benar hamil.
Sabtu 16 Oktober 2021. Pagi-pagi buta sebelum ibunya bangun, Maya bangun lebih awal dan berniat mengecek kehamilan dengan test pack. Dengan perasaan was-was dan rasa takut yang terus menggerogoti hati, mata Maya terpejam menunggu hasil test pack. Setelah beberapa saat test pact itu dia celupkan ke dalam air kecilnya di pagi hari, Maya perlahan membuka matanya mengintip hasil test pact itu. Matanya terbelalak kaget, sejurus kemudian air matanya mulai menetes. Dia belum siap menjadi ibu muda, apalagi dia masih kelas 2 SMA. Maya menangis membayangkan masa depannya telah hancur. Maya terus terisak, namun takut jika orang tuanya mendengar. Maya pun pergi ke belakang rumah yang masih sepi dan berniat menelepon Randy.
"Iya halo, sayang. Apa kamu sedang ingin aku menghisap madu mu di pagi hari? Apa kamu sudah rindu aku memasuki dan menyirami mu dengan madu cinta?" Randy bicara melantur, namun kemudian dia terdiam karena mendengar isak tangis Maya.
"A-aku hamil. Kamu harus tanggung jawab!" Maya menuntut pertanggungjawaban dari Randy.
"Haaah...! Hamil?" Randy terlonjak kaget.
"Aku sudah mengeceknya dengan dua test pact dan... Dan semua hasilnya positif. Kamu harus tanggung jawab menikahi aku secepatnya!" Maya bingung harus bagaimana, solusi satu-satunya adalah menikah.
"Apa kamu sudah gila? Aku baru semester 2, mana mungkin aku menikahi kamu. Orang tuaku pasti tidak setuju." Randy tidak ada rasa tanggung jawab sedikitpun dan hanya memikirkan dirinya sendiri.
"Apa maksud mu, mas? Kamu harus tanggung jawab! Ini anakmu, bukankah kamu selalu bilang kamu mencintaiku dan ingin menikahi ku!"
"Hahaha... Kamu jangan terlalu naif, aku mengatakannya hanya demi mendapatkan kehangatan darimu. Bukankah aku sudah pernah bilang kalau aku hanya butuh kehangatan darimu? Lagi pula belum tentu itu anakku. Bisa saja itu anak Bobby, Marco, Vino atau Ferdi." Randy mengelak untuk bertanggungjawab.
"Kurang ajar kamu, mas! Padahal aku mencintaimu, memberikan segalanya padamu, ternyata kamu hanya menganggap ku sebagai penghangat saat kamu butuhkan. Aku akan lapor ke polisi dan menuntut mu di pengadilan karena kelakuanmu dan keempat temanmu itu!" Maya mengancam Randy, berharap Randy mau bertanggung jawab.
"Ha... Ha... Ha... Apa kamu lupa siapa aku dan siapa dirimu? Keluargamu hanya orang miskin di hadapan keluargaku. Bagaimana kamu bisa menang melawan aku di pengadilan? Sudah jelas siapa yang menang kan? Apalagi kamu juga tidak punya bukti." Jawab Randy dengan sombongnya, alih-alih bertanggung jawab dia justru merendahkan Maya dan keluarganya.
"Lagipula kamu sangat menikmati saat keempat temanku menyesap madu cintamu, bahkan kamu terus meminta mereka memperdalam senjata mereka."
"Aah... Terus di sana, lebih dalam lagi." Randy menirukan teriakan Maya saat itu.
"Bukankah kamu berteriak seperti itu? Aku juga punya videonya. Apa kamu mau menontonnya juga? Aku pun bingung itu anak siapa, aku tidak akan pernah mau bertanggung jawab."
"Itu semua karena kamu memberikan obat pada jus yang kamu berikan padaku. Kamu baj..." Belum sempat Maya mengumpat pada Randy, teleponnya sudah dimatikan.
Kebetulan hari ini orang tua Maya harus pergi ke rumah saudara yang sedang punya acara hajatan. Maya pun ijin tidak ikut ke hajatan dengan alasan sakit. Setelah kedua orang tuanya berangkat ke tempat saudara, Maya pergi membeli obat beracun.
"Harusnya aku tidak jatuh cinta pada lelaki lak - nat itu! Harusnya aku sadar, aku hanya anak orang biasa sedangkan dia anak orang berada." Maya menyalahkan dirinya sendiri.
Anak orang kaya memang beda, apalagi Tuan Andi dan Nyonya Ranti Prasetyo Wibowo memang selalu memanjakan anaknya itu dan terkadang mentolerir kenakalan-kenakalan yang Randy lakukan. Sebagai salah satu pejabat tinggi di kota S, Tuan dan Nyonya Prasetyo Wibowo memang sangat sibuk dan hanya menghujani anaknya dengan kekayaan saja. Maya menyadari harusnya dia tidak bersama Randy, apalagi status sosialnya yang beda jauh. Pak Margono Hadi Suwarno ayahnya Maya hanyalah karyawan swasta yang gajinya sedikit di atas UMR dan Bu Suparmi ibunya memiliki warung kecil-kecilan di rumahnya.
Setelah membeli obat beracun, seharian Maya mengurung dirinya di kamar. Malam yang indah, bulan bersinar terang dan langit bertabur bintang. Namun kegelapan menyelimuti hati dan pikiran Maya, dia menangisi kebodohannya. Masih jelas terdengar kata-kata manis, janji-janji manis yang selalu Randy bisikkan padanya. Maya terus merutuki kebodohannya, menyalahkan dirinya sendiri, mengapa dia mau bertahan dengan lelaki toxic seperti Randy. Lelaki yang selalu marah jika tidak dituruti hasrat dan keinginannya. Cinta buta melumpuhkan kewarasan Maya hingga dia memberikan segalanya pada Randy.
Maya menangis tersedu-sedu di atas ranjang, matanya terasa perih namun air mata tidak berhenti menetes. Keadaannya sangat kacau, tangannya mulai memukuli dirinya sendiri karena merasa jijik dengan dirinya yang telah disentuh oleh keempat teman geng Randy. Maya histeris, namun tidak ada yang mendengarnya karena saat ini dia di rumah sendirian dan jarak rumahnya dengan rumah tetangga memang agak jauh.
Gambaran kejadian yang bagaikan nighmare terus berlarian di benak Maya. Satu bulan lalu tepatnya hari Sabtu tanggal 17 September 2021, Randy mengajak Maya temu kangen di vila milik keluarga Randy. Maya sungguh tidak menyangka hari itu adalah hari yang akan menghancurkan masa depannya. Gadis cantik dan pintar menjadi wanita penghibur di hadapan pacar dan gengnya. Randy memberikan obat pada minuman Maya, lalu dia terlebih dahulu menuntaskan hasrat kerinduannya akan kehangatan Maya yang sudah beberapa hari tidak dia rasakan. Kemudian Randy menuntaskan perjanjiannya dengan teman-teman satu gengnya, Maya bagaikan piala bergilir karena Randy membagi kehangatan Maya pada keempat temannya itu. Tidak hanya itu, bahkan Randy tega membawa selingkuhannya di kamar lain. Entah siapa yang sebenarnya jadi selingkuhan, itu pun sulit dijelaskan.
Maya berucap pada dirinya sendiri. "Jika ada kesempatan hidup kembali aku akan membalas semua pengkhianatan dan penganiayaan yang kamu lakukan padaku. Jika tidak, maka biarkan Tuhan yang akan menghukum kamu dan teman-temanmu."
"Tuhan, hamba sangat berlumuran dosa. Mohon ampuni dosa hamba yang hina ini. Berilah mereka hukuman yang setimpal, Tuhan." Maya berdoa dengan berurai air mata.
"Maafkan aku, ayah, ibu. Anakmu ini sungguh tidak berbakti, seharusnya aku sekolah dengan benar demi meraih cita-citaku. Jika ada kesempatan hidup kembali, aku berjanji akan membahagiakan kalian berdua dan menjadi orang hebat yang dapat membanggakan kalian."
Maya mengambil beberapa obat dan meminumnya dengan mata terpejam. Beberapa saat kemudian Maya meregang nyawa, mulutnya mengeluarkan busa.
Maya seperti dalam kegelapan beberapa saat, namun kemudian dia membuka matanya kembali. Maya pikir dia telah mati dan sedang berada di alam lain. Dia melihat ke sekelilingnya, namun semuanya terlihat sangat familiar.
"Bukankah ini kamarku? Loh… Kok aku pakai baju ini? Bukannya semalam aku bukan pakai baju ini? Dimana botol obat yang aku beli kemarin?" Maya kebingungan.
"Mayaaa… Cepat bangun, nak! Atau kamu akan terlambat MOS dan dihukum kakak kelas mu!" Teriak Bu Parmi, ibunda Maya.
"MOS? Masa Orientasi Siswa?" Maya masih bingung dengan keadaannya saat ini. Maya segera membuka ponselnya. "Ini… Ini kan ponselku yang lama? Kan sudah aku jual, kok masih di sini?"
"Mayaaa… Cepat bangun! Kamu tidak ingin terlambat kan!" Bu Parmi masuk ke kamar Maya. "Kamu sudah bangun? Kenapa tidak menyahut dari tadi?" Bu Parmi memarahi putrinya.
"Bu, ini tanggal berapa? Kok ponselku masih yang ini? Ponselku yang baru kemana, bu?" Maya masih linglung.
"Apa kamu sudah hilang ingatan gara-gara tidur kaya kebo? Sejak kapan kamu beli ponsel baru? Atau kamu habis mimpi punya ponsel baru?" Bu Parmi berkacak pinggang dan menepuk lengan Maya.
"Cepat siap-siap! Ini sudah jam 5 pagi, bukannya kemarin kamu bilang mau berangkat pagi-pagi untuk siap-siap MOS?"
Maya membuka ponselnya, terlihat di layar ponselnya sekarang adalah hari Senin tanggal 6 Juli 2020. "Loh…! Kok tanggal tanggal 6 Juli 2020?"
"Mayaaa… Cepat siap-siap! Ibu mau nyiapin sarapan, jangan ngelantur!" Bu Parmi berjalan ke luar dari kamar Maya dan ngedumel.
"Anak ini habis mimpi apa sih? Bisa-bisanya nyari ponsel baru, udah untung bisa masuk sekolah favorit yang cukup mahal." Bu Parmi berjalan ke dapur menyelesaikan tugas memasak sarapan.
Maya mendengar ucapan ibunya. "Ponsel baruku yang beliin mas Randy, bu." Maya berucap lirih.
"Apa aku benar-benar kembali ke masa awal sekolah SMA? Apa Tuhan mendengarkan doaku dan memberiku kesempatan ke dua?"
Maya beranjak bangkit dari tempat tidurnya, lalu matanya beredar melihat ke sekeliling kamarnya. Matanya tertuju ke meja belajar, di sana ada pita warna-warni dan tas dari karung beras yang dulu dia pakai waktu MOS.
"Tuhan, ini bukan mimpi kan? Engkau memberiku kesempatan ke dua." Maya menangis bahagia.
"Tuhan, ijinkan aku membalas dendam pada orang-orang yang telah berbuat jahat padaku sebelumnya. Aku bertekad akan mengubah takdirku. Aku tidak mau terjerat oleh pria lak - nat seperti Randy."
"Terima kasih… Terima kasih, Tuhan, atas kesempatan ke dua yang telah Engkau berikan. Aku berjanji akan menjadi lebih baik dari pada aku yang dulu. Yang pasti aku akan lebih berbakti pada kedua orang tua ku."
"Tunggu pembalasanku Randy Prasetyo Wibowo." Maya melemparkan bingkai foto Randy yang ada di meja belajarnya hingga pecah.
"Mayaaa…! Apa yang kamu lakukan?" Terdengar teriakan Bu Parmi dari arah dapur.
"Nggak sengaja bingkai fotonya jatuh, Bu. Nggak apa-apa kok!"
Maya pun segera bersiap sambil terus berpikir bagaimana dia akan bersikap pada Randy saat bertemu nanti. Amarah di hati Maya pasti akan tersulut saat melihat Randy dan keempat temannya. Maya berpikir keras bagaimana dia akan membalaskan dendamnya.
...***...
Bagaimana Maya akan bersikap pada Randy?
Bagaimana cara Maya membalas dendam pada Randy dan gengnya?
Jangan lupa ikuti update cerita selanjutnya ya…
Jangan lupa jempol, komentar, vote dan tambahkan ke favorit ya… Terima Kasih 😘💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
park린 디
keknya seru baru pertma bca novel
2023-01-26
1
syafica putri
mampir kk dsini
2022-05-24
0
Kayla Hasifa Hasifa
sesuai janji aku mampir kk author.
dan dah masuk long favorit ku..
2022-05-24
1